Sebelum Aku Tiada, Surat Dari Gaza Yang Bikin Kita Terdiam

SEBELUM AKU TIADA , SURAT-SURAT DARI GAZA. Pernah kebayang nggak sih, suatu saat sahabat menerima surat, dari seseorang yang mungkin sudah tiada ?

Bukan dari masa lalu yang jauh. Tapi dari sebuah tempat di mana hidup dan mati begitu tipis batasnya. Terlebih tulisan dalam surat tersebut adalah tulisan dari anak-anak yang menulis suratnya sambil ngumpet di bawah meja goyang.

sebelum-aku-tiada

Dari ayah yang belum sempat menggendong bayinya, dari seorang gadis kecil yang untuk memegang penanya saja, tangannya gemetar karena luka yang sangat menyakitkan di tangannya.

Itu yang sahabat akan temukan pada buku Sebelum Aku Tiada (Surat-surat dari Gaza), sebuah buku karya Asma Nadia, yang bukan cuma berisi kata-kata, tapi suara.

Sebelum Aku Tiada Bukan Sekadar Buku

Kalau sahabat berpikir ini semacam novel, sahabat bakalan kaget, karena ini bukan tentang fiksi. Ini tentang kenyataan yang sangat pahit, tentang surat-surat dari Gaza yang ditulis bukan buat dibaca, tapi semata untuk bertahan.

Ini Adalah Nafas Terakhir yang Sempat Ditulis

Bayangkan seorang bocah kecil di Gaza menulis surat buat ibunya, yang tubuhnya terkubur di puing rumah mereka. Bocah kecil ini tahu kalau surat yang ia tulis tidak akan pernah sampai.

Tapi ia tetap menulis, karena ia sadar, satu-satunya cara buat tetap waras ya cuma itu. Dan sekarang, surat itu sampai ke tanganmu. Lewat buku ini.

Surat-Surat Dari Gaza yang Bikin Dada Sesak

Ada surat dari ayah buat anak yang belum lahir. Ia tulis kata-kata sambil peluk perut istrinya yang udah dingin. Ada remaja putri yang nulis tentang cita-citanya jadi guru, padahal sekolahnya tinggal abu.

anak-anak gajza kelak akan menuntut tanggung jawab kita

Ada juga anak kecil yang menggambar keluarganya lengkap, walau kenyataannya, cuma dia yang tersisa. Setiap halaman dari buku Sebelum Aku Tiada ini, bakalan bikin siapapun yang membacanya harus berhenti sejenak, menarik napas, karena rasanya terlalu nyata, dan kita semua yang membacanya masih menjadi manusia.

Manusia yang masih punya rasa kemanusiaan, tidak seperti para penjajah yang menjajah tanah Palestina, yang perilakunya bukan lagi seperti manusia. Perilaku para syaitan yang sedang menjelma di bumi, dalam wujud manusia yang memiliki kekejaman diluar nalar manusia.

Asma Nadia Menulis Dengan Air Mata, Bukan Tinta

Asma Nadia, yang biasa kita kenal lewat novel-novel inspiratifnya, kali ini menulis dengan cara berbeda. Ini bukan soal plot atau ending twist. Ini soal menyampaikan suara-suara yang nggak sempat bersuara.

anak-anak gaza menangis

Dan yang bikin merinding: 100% royalti buku ini disumbangkan untuk Palestina.

Iya, semua. Tanpa disisain. Nggak buat penulisnya. Nggak buat penerbit. Semua buat mereka yang masih bertahan di tanah yang terus digempur dan terus dihabiskan tanpa sisa oleh para penjajah laknatullah.

Ini Bukan Tentang Perang, Ini Tentang Manusia.

Kita sering lihat berita soal Gaza. Tapi jujur aja, terkadang cuma sekilas, lalu kita scroll. Tapi buku ini adalah surat-surat dari Gaza yang bakalan bikin sahabat pembaca nggak bisa lagi pura-pura nggak tahu.

surat wasiat anak gaza

Karena ini bukan soal politik. Ini soal perasaan, ini soal menjadi manusia. Tentang anak kecil yang ketakutan, tentang rindu yang nggak bisa dititipkan, tentang kehilangan yang terlalu sunyi.

Kita mungkin saat ini belum bisa bantu banyak. Tapi kita bisa memilih untuk tidak tinggal diam.

Peduli Melalui Buku Sebelum Aku Tiada

Beberapa orang cerita, mereka butuh waktu lama buat menyelesaikan buku ini. Bukan karena bukunya susah dibaca dan dipahami, bukan pula karena gaya tulisannya yang tidak nyaman untuk dibaca, akan tetapi karena hati mereka menjadi berat.

Ya, sebagai yang merasa masih menjadi manusia, apa yang disajikan dalam buku Sebelum Aku Tiada, Surat-surat Dari Gaza ini begitu berat untuk diterima hati manusia.

anak-anak gaza

Ada yang bilang, “Saya baca dua halaman, terus nutup. Nangis dulu. Baru lanjut.”

Ada juga yang bilang, “Saya jadi mikir dan tersadarkan, kalau selama ini ternyata saya hidup terlalu nyaman.”

Dan jujur, reaksi kayak gitu wajar. Karena ini bukan buku biasa.

“Nggak Perlu Jadi Aktivis Buat Peduli”

Kadang kita merasa kecil. “Saya cuma bisa beli buku, emang cukup?”

Kepedulian nggak diukur dari besar-kecilnya aksi. Kadang, satu buku bisa jadi jembatan. Satu buku bisa jadi doa. Satu buku bisa menyalakan harapan.

blurb-surat-surat-dari-gaza

Dan buku ini, bisa jadi langkah pertama sahabat.

Terakhir, Sebuah Bayangan…

Seorang anak duduk sendirian, dengan lilin kecil di pojokan ruangan. Di luar, langit nggak biru. Tapi merah, Karena ledakan.

Dia nulis surat. Nggak tahu akan dikirim ke mana, tapi dia tetap nulis.

Dan sekarang, surat itu ada di tanganmu.

Jangan Biarin Mereka Hilang dari Ingatan

Buku ini bukan sekedar buku untuk dibaca, sahabat akan merasa seperti sedang menerima surat-surat itu sendiri dan saat membukanya, tak ada jalan kembali.

Ini bukan tentang perang. ini tentang manusia. Tentang kita, tentang keberpihakan.
Dan setelah halaman terakhir, sahabat akan sadar mereka tak benar-benar pergi.

Mereka masih hidup dalam setiap huruf yang kau baca, dalam setiap luka yang kau rasakan di dada. Selama kita tak membiarkan mereka dilupakan.

Buku ini bukan sekadar bacaan, tapi bentuk kepedulian. Selama kita masih baca surat-surat ini, mereka nggak benar-benar pergi.

Gimana Cara Pemesanan ?

Buku Sebelum Aku Tiada – Surat-surat Dari Gaza saat ini bisa dipesan melalui PRE-ORDER ke nomor WA yang tertera pada gambar.

surat dari anak-anak gaza

Atau silahkan klik tombol WhatsApp (WA) di bawah ini.

whatsapp-kontak

Bacalah, Dengarkan, Ceritakan

Mereka masih ada di antara kata-kata. Di antara air mata, diantara detak hati kita yang peduli. Teruslah berbuat, sekecil apapun biar suara mereka tidak akan pernah terdiam dan hilang.

Barakallahu fiikum.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sebelum Aku Tiada - Surat Dari Gaza (PRE-ORDER)
This is default text for notification bar