Membalas Cacian Dengan Cacian Bisa Melahirkan Dosa Jariyah!

DOSA JARIYAH. Beberapa waktu lalu, badai ujian menerpa keluarga kami. Bukan dari luar, melainkan dari sosok yang masih dekat dalam silsilah keluarga. Ia dengan penuh amarah meluncurkan tudingan keji disertai dengan kata-kata tak beretika. Ia menuduh kami berbuat aniaya, padahal kenyataan justru sebaliknya, fitnah itu tak memiliki pondasi sedikit pun.

dosa-jariyah

Yang membuat dada terasa sesak bukan sekadar tuduhan yang sangat tidak beralasan, melainkan cara ia melampiaskan kemarahannya. Ucapan-ucapan sarat caci, kalimat bernada kutukan, serta makian kasar mengalir deras dari lisannya seolah tak ada kendali. Kami mencoba diam, berusaha tidak terbakar.

Namun, seiring waktu, salah satu dari kami tersulut, dan akhirnya, balasan dengan nada serupa pun terlontar, walaupun hanya di belakang punggung yang bersangkutan. Di sanalah titik renung bermula.

Apakah ada yang keliru dengan sikap membalas kemarahan itu? Bukankah Islam menuntun kita untuk menjawab keburukan dengan kelembutan? Balasan kata-kata buruk yang dilontarkan oleh salah seorang dari kami , mungkinkah akan berubah menjadi noda yang terus mengalir, bahkan saat raga tak lagi bernyawa?

Makna Mendalam di Balik Dosa Jariyah

Kita akrab dengan pahala jariyah, ganjaran kebaikan yang terus mengalir walau pelakunya telah meninggalkan dunia. Ilmu yang mencerdaskan, sedekah yang memberdayakan, atau doa dari keturunan yang shaleh/shalehah.

Namun di sisi lain, di sisi gelap yang mungkin jarang diperbincangkan, tersembunyi pula dosa jariyah. Apa itu dosa jariyah ?

Dosa jariyah adalah dosa yang tak kunjung padam, merambat seperti api dalam sekam karena perbuatan yang menular dan menjalar ke banyak hati.

Contoh dosa jariyah, yang mungkin sering kita abaikan, diantaranya :

  • Membagikan konten penuh maksiat di sosial media, ujaran benci, atau provokasi
  • Menanamkan kebiasaan negatif yang ditiru tanpa pikir panjang
  • Melontarkan kata yang memicu orang lain ikut tergelincir dalam dosa

Satu perbuatan atau perkataan yang buruk bisa menjadi benih yang tumbuh liar di hati banyak jiwa, dan kita akan tetap menanggung konsekuensinya, meski tak lagi terlibat langsung.

Saat Lisan Menjadi Sumber Dosa Jariyah

Membalas makian sering kali dianggap sebagai bentuk pembelaan diri. Tapi dalam syariat Islam, lisan tak boleh dijadikan alat pelampiasan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam menegaskan bahwa seorang mukmin sejati, bukanlah pribadi yang ringan mencela, suka melaknat, apalagi gemar memaki.

Beliau bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Artinya : “Orang beriman itu bukan pencela, bukan pelaknat, bukan orang yang berkata keji dan bukan pula orang yang berkata kotor.” (HR. Tirmidzi)

Saat kita terpancing dan melontarkan cacian, lisan kita bisa menjadi pemantik kobaran emosi bagi orang lain. Jika kata-kata kita meluas, ditiru, bahkan digunakan untuk membenarkan makian yang lebih besar, disitulah awal mula dosa jariyah dari lisan, ucapan yang ringan di mulut, namun berat di akhirat.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam juga mengingatkan:

وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا

Artinya : “Barang siapa yang memulai suatu keburukan dalam Islam, lalu diikuti oleh orang lain, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa mereka yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

Ucapan Adalah Doa, Berhati-hatilah!

Dalam Islam, setiap ujaran kita tak pernah hilang begitu saja, semuanya tercatat, semua memiliki bobot. Kalimat yang muncul saat marah bisa jadi bakal menjadi doa yang terkabulkan, atau kutukan yang berbalik menghantam kita.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda,

عَن أبي هُرَيرة ، قال : قال رَسُول اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وَسَلَّم :إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللَّهِ، لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا، فَيَهْوِي بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ سَبْعِينَ خَرِيفًا (رواه أحمد)

Artinya : “Bisa jadi seseorang mengatakan satu kalimat yang dimurkai Allah, suatu kalimat yang menurutnya tidak apa-apa. Akan tetapi, dengan sebab kalimat itu dia jatuh ke neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR. Ahmad)

Balaslah Luka dengan Kelembutan

Dalam Al Quran Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

Artinya : “Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang ada permusuhan antara kamu dan dia akan menjadi seperti teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34)

Ayat ini bukan sekadar retorika, tapi prinsip hidup penuh hikmah: jangan pernah membalas luka dengan duri yang sama. Walau berat, menahan diri adalah bentuk kekuatan tertinggi yang hanya dimiliki oleh orang yang mengerti makna akhlak mulia.

Jalan Bijak Saat Dihantam Kata

Setelah melalui momen penuh ujian itu, berikut ini adalah kesimpulan yang penulis endapkan dalam sanubari:

1. Tenangkan Hati, Jangan Terburu Menjawab
Marah itu manusiawi, tapi membalas dalam kondisi panas hanya memperkeruh suasana. Diam bisa menjadi bentuk kebijaksanaan yang paling tinggi.

2. Doakan Mereka yang Melukai
Doa bukan berarti menyerah, tapi bentuk pembersihan hati dari dendam dan luka. Biarlah hidayah yang menjawab keburukan mereka.

3. Klarifikasi dengan Niat Baik
Jika memungkinkan, sampaikan kebenaran dengan tenang, dalam ruang tanpa emosi. Banyak konflik meletus karena miskomunikasi.

4. Menjauh, Tapi Jangan Memutus Tali
Ada kalanya kita perlu mengambil jarak, bukan untuk menjauh selamanya, tapi agar hati punya ruang untuk pulih.

5. Jangan Mengumbar Aib di Hadapan Dunia
Membuka borok orang lain bukan hanya merusak martabat mereka, tapi juga melukai jiwa kita sendiri. Aib bukan untuk diumbar, tapi untuk ditutupi dengan hikmah.

Doa Saat Difitnah atau Dimaki

Berikut ini adalah doa yang bisa dibaca saat disudutkan atau dihina, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam. Beliaupun seringkali mendapatkan hinaan dan cacian dari kaum kafir.

Doa yang beliau baca adalah doa yang baik sebagai balasannya. Berikut beberapa doa yang bisa dibaca :

1. Memohonkan Ampun
Saat mendapatkan hinaan dari kaum kafir, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar dosa-dosa orang yang mencacinya tersebut diampuni.

رَبِّ ‌اغْفِرْ ‌لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ ‌لَا ‌يَعْلَمُونَ

Artinya: “Ya Allah ampunilah kaumku, (mereka berbuat demikian) karena mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Doa Memohon Perlindungan
Doa Siti Maryam ibunda Nabi Isa alaihissalam dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 173 juga merupakan doa yang bisa dibaca saat mendapatkan fitnah ataupun celaan yang bisa menimpa siapapun.

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

Artinya: “Cukuplah bagi kami Allah sebagai penolong dan Dia adalah sebaik-baik pelindung”. (QS. Ali-Imran : 173)

Ayat tersebut dapat menguatkan hati kita menghadapi fitnah dan meyakini bahwa Allah SWT yang akan menolong kita.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam juga kerap melafalkan kalimat “Hasbunallahu wa ni‘mal wakil” saat menghadapi tekanan, menunjukkan bahwa curahan terbaik adalah kepada Sang Maha Kuasa, bukan manusia.

Menjaga Lisan, Menjaga Kehidupan Setelah Kematian

Dari semua gejolak dan pelajaran ini, satu hal menjadi terang: menjaga lidah adalah bentuk penjagaan terhadap nasib kita sendiri. Ucapan yang sembrono bisa menjadi benih dosa yang terus tumbuh bahkan saat tubuh telah membatu dalam liang lahat.

Sebaliknya, memilih sabar, memilih kata yang menyejukkan, memilih mendoakan daripada mencela, semuanya menjadi investasi akhlak yang berdampak jauh melebihi apa yang bisa dilihat mata.

Jika kamu juga mungkin pernah mengalami pengalaman serupa, semoga sepenggal pengalaman ini menjadi lentera kecil yang bisa menerangi jalanmu. Mari kita saling menguatkan, bahwa membalas luka dengan kebaikan bukan kelemahan, melainkan kekuatan tertinggi yang jarang dimiliki manusia.

Dari luka yang ditorehkan orang lain, jika kita bersabar, maka kita berdoa dan berharap, Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang akan membalasnya dengan balasan terbaik. Tersedianya taman pahala yang abadi di Jannah-Nya nanti, selalu menjadi kerinduan dan cita-cita kita semua saat nanti kembali kepada-Nya. Aamiin allahumma aamiin.

Demikianlah sedikit pengalaman dan renungan yang penulis bisa bagikan kepada sahabat pembaca semua. Tidak ada lain tujuannya semata agar bisa memberikan manfaat bagi siapapun. Semoga ada manfaat yang bisa dipetik dari tulisan pendek ini.

Wallahu’alam bishawab.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Bikin sendiri Game Edukatif Interaktif dengan CANVA Gak Pake Ribet
This is default text for notification bar