Isi Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 10, Ujian Persaudaraan

ISI KANDUNGAN SURAT AL-HUJURAT AYAT 10. Pernah gak, kamu lihat dua orang muslim berdebat panas di media sosial? Awalnya cuma soal pendapat ringan, tapi lama-lama jadi saling serang, saling sindir, bahkan saling menjatuhkan?

isi-kandungan-surat-al-hujurat-ayat-10

Kadang cuma karena beda pandangan kecil, ukhuwah yang udah dibangun bisa runtuh begitu aja. Padahal kalau kita mundur sejenak dan lihat ke dalam diri, bukankah kita semua mengucapkan kalimat yang sama?

La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.

Kalimat yang seharusnya jadi pengikat terkuat antara satu muslim dengan muslim lainnya. Tapi kenapa, justru yang satu iman pun sering terpecah?

Di sinilah Surat Al-Hujurat ayat 10 datang membawa pelajaran besar:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat : 10)

Isi kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 10 ini bukan sekadar nasihat tentang damai. Ia adalah panggilan, untuk kembali menyadari bahwa keimanan sejati tak hanya diukur dari ibadah pribadi, tapi juga dari bagaimana kita memperlakukan saudara seiman.

Lewat tulisan ini, aku ingin ajak kamu ngelihat lebih dalam makna ukhuwah Islamiyah dari ayat tersebut: gimana ia bisa jadi cermin kehidupan kita hari ini, dan kenapa menjaga persaudaraan justru salah satu tanda ketakwaan yang sering terlupakan.

Isi Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 10

Kalau kita perhatiin, Allah gak bilang “orang yang satu bangsa itu bersaudara” atau “orang yang sependapat itu bersaudara.” Tapi yang Allah sebut adalah “orang-orang beriman itu bersaudara.” Kalimat sesederhana itu ternyata dalam banget maknanya.

Ayat ini turun di Madinah, saat dua kelompok kaum Anshar sempat berselisih karena perbedaan kecil. Nabi Muhammad ﷺ langsung menengahi dan turunlah perintah dari Allah: damaikanlah dua saudaramu, karena mereka sama-sama beriman.
Pesannya jelas: iman itu perekat, bukan pembeda.

Artinya, selama seseorang mengucapkan syahadat dan meyakini Allah sebagai Tuhannya, maka ia punya hak untuk diperlakukan sebagai saudara. Gak peduli beda suku, warna kulit, mazhab, bahkan beda gaya dakwah, selama imannya sama, tali persaudaraan itu tetap ada.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ukhuwah di sini bukan sekadar hubungan sosial, tapi hubungan spiritual yang terikat karena keimanan. Jadi kalau satu muslim tersakiti, seharusnya hati kita juga ikut sakit. Karena luka saudara seiman, pada dasarnya, juga luka kita sendiri.

Ukhuwah Islamiyah: Lebih dari Sekadar Teman Seiman

Kadang kita salah paham soal arti “ukhuwah.” Kita pikir, selama masih saling sapa dan gak ribut, berarti udah cukup. Padahal ukhuwah Islamiyah jauh lebih dari sekadar rukun di permukaan.
Ia adalah ikatan batin yang tumbuh dari keimanan, rasa peduli yang muncul bukan karena kedekatan pribadi, tapi karena kesamaan tujuan: sama-sama pengen diridhai Allah.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

Artinya : “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dalam kesulitan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari situ kita tahu, ukhuwah bukan hanya tentang damai, tapi juga tentang tanggung jawab. Kalau saudara kita lagi sedih, kita hibur. Kalau dia salah, kita nasihatin dengan lembut. Kalau dia salah jalan, kita tarik kembali, bukan malah membiarkannya jatuh, apalagi diserang rame-rame.

Sayangnya, di zaman sekarang, banyak hubungan ukhuwah yang tergerus ego.
Kita lebih gampang menilai daripada memahami, lebih cepat menyalahkan daripada menasihati. Dan sering kali, yang hilang duluan bukan iman, tapi adab.

Padahal, ukhuwah sejati justru diuji saat ada perbedaan. Bukan pas semua sedang sepakat dan sejalan, tapi ketika muncul perbedaan pendapat, di situlah keikhlasan kita benar-benar terlihat. Apakah kita memilih memutus, atau justru memperkuat tali yang mulai rapuh?

Ukhuwah Islamiyah mengajarkan bahwa cinta karena Allah itu gak butuh alasan, dan memaafkan karena Allah itu gak butuh pembuktian. Karena pada akhirnya, semua kebaikan yang kita lakukan kepada sesama muslim akan kembali jadi cahaya buat diri kita sendiri.

Tantangan Ukhuwah di Era Digital

Zaman sekarang, menjaga ukhuwah mungkin justru terasa lebih sulit daripada masa sahabat dulu. Bukan karena kita gak paham maknanya, tapi karena kita hidup di era di mana satu komentar bisa disalahpahami, satu potongan video bisa bikin ramai, dan satu tweet bisa memecah banyak hati.

Media sosial, yang niat awalnya buat mendekatkan, sering malah jadi ladang salah paham. Beda pandangan sedikit, langsung muncul debat panjang. Kadang gak salah niat, tapi salah nada. Dan tanpa sadar, kita lupa satu hal: muslim yang kita “lawani” di kolom komentar itu juga saudara seiman.

Jika kita perhatikan isi kandungan Surat Al-Hujurat ayat 10, maka jelas Allah sudah memperingatkan kalau dua saudara berselisih, damaikanlah mereka. Artinya, peran kita bukan untuk memperkeruh suasana, tapi jadi penenang. Tapi yang sering terjadi justru sebaliknya: kita ikut nyinyir, ikut nyindir, bahkan ikut nyebarin potongan yang belum tentu benar.

Ulama sering bilang, fitnah di akhir zaman bukan cuma soal berita bohong, tapi juga soal tergesanya lidah sebelum pikiran sempat menimbang. Maka di dunia digital yang serba cepat ini, menjaga ukhuwah berarti juga menjaga jari dan kata.

Karena kadang satu kalimat bisa lebih tajam dari pedang, dan satu sindiran bisa meninggalkan luka lebih dalam dari yang kita kira. Ukhuwah Islamiyah bukan berarti semua harus sama. Bukan juga berarti kita gak boleh kritik. Tapi ada adab, ada empati, ada rasa hormat.

Kita bisa tetap tegas tanpa kasar, bisa beda pendapat tanpa kehilangan kasih.
Dan justru di situlah kekuatan umat Islam diuji, bukan pada seberapa keras kita bicara, tapi seberapa lembut kita menjaga hati.

Cara Menghidupkan Nilai Al-Hujurat Ayat 10

Allah gak cuma nyuruh kita paham makna ukhuwah, tapi juga menghidupkannya.
Karena tahu makna tanpa mengamalkannya itu ibarat baca peta tanpa pernah melangkah.

Nilai dari isi kandungan Surat Al-Hujurat ayat 10 sebenarnya sederhana, kalau kita benar-benar beriman, buktinya terlihat dari bagaimana kita memperlakukan saudara seiman.

Berikut beberapa langkah kecil yang bisa kita mulai:

1. Minta maaf duluan, meski gak sepenuhnya salah.
Kadang gengsi bikin ukhuwah mati perlahan. Padahal minta maaf bukan tanda kalah, tapi tanda hati yang lebih tenang. Satu pesan maaf bisa jadi awal damai baru.

2. Jaga lisan, dan di zaman sekarang, jaga jempol.
Sebelum komentar, tanya dulu ke diri sendiri: “Kalimat ini bikin orang tenang atau justru nyakitin?” Kalau yang keluar bukan kebaikan, lebih baik tahan. Diam pun bisa jadi ibadah kalau tujuannya menjaga hati orang lain.

3. Damaikan kalau bisa, jangan malah memperkeruh.
Kalau lihat dua teman muslim berselisih, bantu luruskan dengan cara yang lembut. Bukan dengan menyalahkan salah satu, tapi dengan mengingatkan dua-duanya bahwa mereka saudara. Kadang kita gak sadar, kata-kata yang menenangkan bisa lebih kuat daripada seribu argumen.

4. Ingat: ukhuwah itu bagian dari takwa.
Ayat ini ditutup dengan kalimat “bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Artinya, menjaga persaudaraan bukan cuma soal hubungan sosial, tapi bentuk nyata dari ketakwaan. Allah bahkan menjanjikan rahmat bagi mereka yang menjaga ukhuwah. Jadi, kalau kita ingin hidup penuh berkah, mungkin salah satu jalannya adalah dengan menjaga hubungan yang baik sesama muslim.

Ukhuwah gak butuh acara besar buat dimulai. Cukup dari satu langkah kecil: menahan diri, memaafkan, memahami. Dan dari situ, bisa tumbuh sesuatu yang jauh lebih besar, rahmat dari Allah yang mengikat hati-hati yang tadinya terpisah.

Refleksi Diri: Ukhuwah Itu Perjalanan

Kalau dipikir, ukhuwah itu gak sesederhana yang sering kita dengar di ceramah.
Ia bukan sesuatu yang lahir otomatis hanya karena kita sesama muslim. Ukhuwah itu perjalanan, ada pasang surut, ada luka, ada ujian, tapi juga ada kesempatan buat tumbuh dan saling belajar.

Kadang kita merasa, menjaga persaudaraan itu melelahkan. Apalagi kalau harus sabar sama orang yang sulit, atau memaafkan yang bahkan gak minta maaf. Tapi justru di situlah keindahannya. Karena Allah gak menilai hasil akhirnya, tapi prosesnya.

Bayangin kalau semua orang beriman mau sedikit aja menahan ego, menurunkan suara, dan memilih damai daripada debat, mungkin dunia Islam akan terasa lebih tenang.
Gak perlu nunggu tokoh besar buat berubah. Cukup mulai dari diri sendiri: menahan amarah, mendoakan yang berbeda pendapat, dan terus berusaha jadi muslim yang bikin orang lain merasa aman.

Ukhuwah bukan berarti gak pernah beda pandangan. Tapi tentang gimana kita tetap saling menghormati di tengah perbedaan itu. Karena di balik semua keragaman, Allah udah kasih satu identitas yang sama buat kita semua: “mukmin.”

Dan menjadi mukmin berarti siap menjaga, bukan merusak.
Siap menyatukan, bukan memisahkan.
Siap menenangkan, bukan menyulut.

Itulah arti ukhuwah yang sesungguhnya, bukan cuma diucapkan, tapi diusahakan setiap hari, sekecil apa pun langkahnya.

Dari Ayat ke Aksi Nyata

Isi kandungan Surat Al-Hujurat ayat 10 bukan sekadar ayat tentang perdamaian. Ia adalah pengingat lembut dari Allah, bahwa ukuran keimanan sejati gak cuma di sajadah dan dzikir, tapi juga di cara kita menjaga hubungan dengan sesama muslim.

Karena kadang, luka terbesar di hati umat bukan datang dari musuh di luar, tapi dari saudara sendiri yang lupa cara berlemah lembut.

Jadi, yuk mulai dari hal yang paling sederhana.
Kalau selama ini ada hati yang pernah kita sakiti, coba hubungi.
Kalau ada saudara yang pernah salah paham, ulurkan tangan duluan.
Kalau lihat orang berbeda pendapat, jangan buru-buru nge-judge, dengarkan dulu.

Kita gak bisa mengubah semua orang, tapi kita bisa mulai dari diri sendiri. Dan siapa tahu, dari satu langkah kecil itu, dari satu sikap damai, satu kata maaf, atau satu doa yang tulus Allah turunkan rahmat-Nya buat menyatukan hati-hati yang dulu sempat retak.

Karena pada akhirnya, ukhuwah itu bukan soal berapa banyak saudara yang kita punya, tapi seberapa kuat kita menjaga yang sudah ada.

Kalau kamu juga percaya kalau kekuatan umat Islam berawal dari hati yang saling menyayangi, share tulisan ini biar makin banyak saudara seiman yang ingat pesan indah dari Allah:

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Isi kandungan Surat Al-Hujurat ayat 10 bukan cuma tentang teori ukhuwah Islamiyah, tapi juga tentang bagaimana iman itu diterjemahkan ke dalam tindakan nyata. Ayat ini ngajarin kita buat menjaga persaudaraan sesama muslim, menahan ego, dan memilih damai di atas perbedaan.

Dalam kehidupan modern yang penuh ujian dan perbedaan pendapat, nilai-nilai dari isi kandungan Surat Al-Hujurat ayat 10 tetap relevan bahkan makin penting buat memperkuat hubungan antarsesama umat Islam.

Semoga kita bisa terus belajar dari ayat ini, bukan cuma dengan lisan, tapi lewat perbuatan yang membawa ketenangan dan rahmat bagi banyak orang.

Demikianlah sedikit artikel singkat tentang isi kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 10. Mohon maaf jika ada kesalahan ataupun kekeliruan dalam pembahasan di atas, semata karena kelemahan dan kefakiran penulis, sebaliknya segala yang benar semata datangnya dari Allah subhanahu wata’ala. Semoga bermanfaat.

Wallahu’alam bishawab.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Al Quran Besar (A4) Murah, Dibawah 100rb
This is default text for notification bar