Kata-Kata Untuk Hari Ayah: Renungan Ayah Lima Anak

KATA-KATA UNTUK HARI AYAH. Setiap kali anak-anak saya bertambah usia, saya diam-diam bertanya ke diri sendiri: “Sudah seberapa hadir saya di hidup mereka?”

Anak pertama saya baru menikah. Yang kedua mulai kerja. Anak ketiga masih kuliah, dan dua sisanya sibuk dengan PR dan sekolah. Hidup saya, rasanya, dibagi dalam lima potongan yang masing-masing ngajarin hal baru soal jadi ayah.

kata-kata-untuk-hari-ayah

Hari Ayah bukan soal perayaan buat saya. Tapi soal momen buat berhenti sebentar. Lihat ke belakang, lalu bertanya ke dalam: “Udah cukup belum jadi ayah yang hadir?”

Cinta Seorang Ayah: Jarang Terucap, Tapi Terasa

Saya bukan tipe yang pintar ngomong manis. Pelukan pun, kadang kaku. Tapi bukan berarti gak cinta. Cinta seorang ayah sering kali muncul dalam bentuk yang orang lain gak lihat: kerja keras tanpa henti, doa yang lirih di sepertiga malam, diam-diam nyari tahu kabar anak lewat ibunya.

Di rumah, saya bukan cuma kepala keluarga. Saya tahu betul, Allah menitipkan peran besar: pemimpin, pelindung, panutan.

Dalam Al Quran surat At-Tahrim ayat 6, Allah bilang:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”

Itu bukan ayat biasa. Itu pengingat yang nancep di hati setiap kali saya ambil keputusan. Mulai dari hal besar kayak pilih sekolah, sampai hal kecil kayak ngontrol nada suara pas lagi capek atau sedang banyak pikiran.

Fatherless: Ayah Ada, Tapi Tak Terasa

Saya pernah baca satu data yang bikin kaget: banyak anak tumbuh tanpa kehadiran emosional dari ayahnya, istilahnya fatherless. Bukan karena ayahnya gak ada secara fisik, tapi karena gak benar-benar hadir.

Itu jadi bikin saya bermuhasabah, apakah saya termasuk?

Apa selama ini saya sibuk cari nafkah, tapi lupa nyapa isi hati anak saya?

Saya mulai sadar, jadi ayah itu gak cukup sekadar “ada di rumah”. Tapi hadir, secara batin, telinga, dan hati.

Kata-Kata untuk Hari Ayah: Bukan Pujian, Tapi Cermin

Bagi saya, Hari Ayah bukan soal menerima ucapan atau hadiah. Tapi cermin. Buat lihat ulang, sudah sejauh mana saya jadi tempat aman dan nyaman buat anak-anak saya.

Kadang cinta seorang ayah muncul dalam hal-hal kecil:

  • Mengingatkan mereka saat bangun pagi untuk shalat subuh
  • Simpen hasil karya mereka walau sederhana
  • Nonton mereka dari kejauhan pas tampil di panggung
  • Ngomong pelan sambil memberi semangat, saat anaknya sedang gagal, bukannya memarahi

Cinta itu gak perlu megah. Tapi nyata.

5 Anak, 5 Pelajaran tentang Jadi Ayah

Dari lima anak, saya belajar lima hal berbeda, yang kesemuanya menjadi ilmu dan pengalaman yang mungkin tidak terdapat dalam buku-buku parenting modern.

Anak pertama yang baru menikah:

Saya belajar ikhlas dan percaya serta mempercayai lelaki lain, yang Allah takdirkan menjadi jodoh anakku untuk menjadi imamnya. Ternyata cinta ayah berubah bentuk jadi doa dan restu.

Anak kedua yang mulai kerja dan tinggal jauh dari kami:

Saya belajar percaya dan selalu berharap, serta berdoa agak perjalanannya ini akan membentuknya menjadi seorang qowwam, di dalam rumah tangganya kelak, sebagaimana Allah perintahkan.

Anak ketiga yang masih kuliah:

Saya belajar kasih ruang. Biarkan mereka jatuh, dan tugas saya cuma jaga biar mereka gak lupa bangkit.

Anak keempat dan kelima yang masih sekolah:

Saya belajar nyamain frekuensi. Kadang harus masuk dunia mereka. Ngobrol pakai bahasa mereka. Bercanda biar mereka gak takut cerita.

Semua anak ngajarin saya satu hal: jadi ayah bukan soal kontrol. Tapi soal kesadaran untuk terus bertumbuh, terus belajar serta ketulusan buat menemani mereka tumbuh.

Syukur Jadi Ayah, Meski Kadang Capek

Kalau ditanya, “Apa enaknya jadi ayah?”

Jawaban saya mungkin gak panjang. Tapi jelas.

Waktu anak pertama lahir, tangan saya gemetar. Tapi dalam hati saya bilang, “Alhamdulillah, ini amanah.”

Waktu mereka sekolah, saya bersyukur masih selalu bisa nganter, walau harus sering mengalami drama-drama kecil.

Waktu mereka beranjak remaja, saya bersyukur bisa belajar untuk mengontrol emosi, walau prosesnya berlangsung cukup panjang, seiring pertambahan umur dan pemahaman.

Waktu mereka mulai ada rasa suka dengan lawan jenis, saya bersyukur masih dianggap penting untuk dimintakan pendapat dan restunya.

Menjadi seorang ayah memang capek dan berat. Tapi Allah gak kasih peran ini ke semua orang. Jadi kalau sudah dikasih, bersyukurlah karena Allah percaya sama kita, dan harus dijaga dengan sepenuh jiwa.

10 Pelajaran Menjadi Ayah yang Lebih Terasa Hadir

Saya bukan ayah yang sempurna, bahkan jauh dari sempurna, tapi saya terus belajar dan berproses. Ini adalah hal-hal kecil yang saya pelajari dan terus coba lakukan hingga kini, biar kehadiran saya terasa bagi mereka:

  1. Shalat berjamaah bareng di Mesjid, sekadar di rumah pun jadi
  2. Dengerin mereka cerita, meski seringkali kalah dengan rasa lelah sepulang kerja
  3. Menemani mereka belajar, walau terkadang sering buntu di tengah jalan, karena drama-drama belajar yang menggoda kesabaran
  4. Sempatkan waktu buat ngobrol tanpa gadget
  5. Tanya kabar mereka, bukan cuma nilai mereka
  6. Ajak mereka bercanda, biar gak tegang dan membangun kedekatan
  7. Bikin waktu keluarga yang bebas dari TV dan HP, dan ini berat sekali memang, terutama di masa serba online dan mobile gadget saat ini.
  8. Peluk mereka tiba-tiba, kadang mereka lebih butuh itu daripada nasihat
  9. Doakan mereka satu per satu, dengan menyebutkan nama mereka dalam setiap doa sehabis shalat
  10. Jadi versi terbaik dari diri saya semaksimal mungkin, karena anak-anak selalu memperhatikan dan mengambil contoh dari setiap tindakan dan perilaku kita.

Kata-Kata Untuk Hari Ayah Dari Dirinya Sendiri

Baru belakangan ini saya sadar, ayah juga butuh afirmasi, kadang bukan dari anak, tapi dari dirinya sendiri.

Kata-kata untuk Hari Ayah yang Saya bilang ke diri saya:

“Aku masih jauh dari sempurna. Tapi aku selalu berusaha untuk terus mencoba.”
“Anak-anak mungkin gak ngomong, tapi mereka tahu mereka menyayangiku.”
“Istri mungkin gak sering muji, tapi dia tetap bertahan, apapun perilaku yang diterimanya dariku. Itu sangat berarti banyak bagiku.”

Kata-kata kayak gitu, ternyata penting, buat jaga agar saya tetap waras. Agar selalu siap untuk terus hadir di sisi mereka.

Kata-Kata untuk Hari Ayah Itu Harus Jujur

Di Hari Ayah ini, saya gak butuh hadiah. Gak nunggu ucapan atau kata-kata untuk hari Ayah juga sesungguhnya.

Saya cuma menginginkan dan bermohon kepada-Nya hal-hal di bawah ini :

– Lihat anak-anak saya tumbuh dalam iman dan akhlak
– Bisa terus jadi tempat mereka pulang dan bertanya
– Bisa bikin istri saya tenang dan bahagia
– Bisa meninggal nanti dalam keadaan Allah ridho dan diridhoi-Nya
– Bisa berkumpul bareng lagi di surga-Nya kelak

Aamiin allahumma aamiin…

Dan kalau kamu seorang ayah juga, yuk sama-sama belajar hadir. Hadir yang beneran. Gak sempurna gak apa-apa, asal gak pernah berhenti untuk terus berusaha.

Selamat Hari Ayah Nasional

Tepat di tanggal 12 November ini, untuk semua bapak, abi, ayah, papi, atau baba, yang diam-diam kuat. Yang kadang rapuh tapi gak pernah nunjukin. Yang lebih sering bertanya pada diri sendiri, “Udah cukup belum ya aku jadi ayah?”

Hari ini bukan buat merayakan. Tapi buat mengingat: kita tetap dibutuhkan.

Dan insyaAllah, cinta kita, walau gak banyak kata, tetap sampai di hati mereka. Orang-orang yang kita cintai karena Allah.

Wallahu’alam bishawab.

Barakallahu fiikum.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Al Quran Besar (A4) Murah, Dibawah 100rb
This is default text for notification bar