Ingat, Jaga 5 Perkara Sebelum 5 Perkara Agar Hidup Berkah

5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA. Hidup adalah anugerah dan nikmat dari Sang Maha Pencipta yang harus selalu kita syukuri. Hidup tentu saja tidak hanya berisikan berbagai kesempatan dan kemudahan akan tetapi juga berisikan berbagai tantangan dan ujian.

5-perkara-sebelum-5-perkara

Islam mengajarkan kepada kita untuk selalu bersiap diri di saat sedang menerima kesempatan ataupun kemudahan, sebelum datangnya berbagai tantangan dan ujian yang tentu saja tak terelakkan. Kata-kata hikmah dan nasihat yang sering kita dengar mengenai keniscayaan ini yaitu, selalu ingat, jaga 5 perkara sebelum 5 perkara lainnya.

Nasihat ini tidak hanya menjadi pengingat tetapi juga menjadi panduan hidup agar kita selalu siap menghadapi perubahan yang tak terhindarkan. Apa saja 5 perkara sebelum 5 perkara tersebut ? Simak hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam berikut ini.

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Artinya :“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, luangmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim)

Yuk kita bahas masing-masing 5 perkara sebelum 5 perkara sebagaimana disebutkan hadits di atas, agar kita menjadi semakin paham, dan bisa mengamalkannya dalam kehidupan kita.

1. Manfaatkan Masa Mudamu Sebelum Datang Masa Tuamu

Perkara pertama dari 5 perkara sebelum 5 perkara adalah tentang masa muda. Masa muda adalah masa penuh energi, semangat, dan peluang. Pada masa inilah kita bisa melakukan banyak hal yang mungkin sulit dilakukan ketika usia sudah lanjut, terutama dalam hal fisik.

hadits-5-perkara-sebelum-5-perkara

Hadits di atas menekankan pentingnya memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya. Masa muda adalah waktu yang paling ideal untuk belajar, bekerja keras, dan beribadah dengan penuh kekuatan, karena kondisi fisik masih sangat prima dan bugar.

Seiring dengan pertambahan usia, maka sunnatullahnya fisik manusia akan banyak mengalami penurunan kemampuan, sebagaimana Allah kabarkan dalam Al Quran,

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ

Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(QS. Ar-Rum : 54)

Apa-apa yang disaat muda secara fisik mudah dilakukan, ketika umur semakin bertambah maka lambat laut hal-hal tersebut menjadi sulit dilakukan. Termasuk dalam hal ritual ibadah seperti shalat, puasa dan lain sebagainya.

Namun, seringkali kita lupa dan tergoda untuk menyia-nyiakan waktu masa muda dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kita lupa bahwa hidup itu ada batas waktunya, dan tidak akan bisa diulang kembali.

Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”

Demikian kata mutiara Imam Syafii tentang waktu yang berlalu begitu cepat, tanpa kita sadari masa tua akan datang, di mana energi dan kesempatan sudah tidak lagi sebanyak saat kita muda. Dan waktu yang telah berlalu tidak mungkin bisa diulang kembali.

Jika waktu muda kita tidak digunakan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat, mengerjakan amal shaleh, maka pasti akan digunakan untuk hal yang sia-sia. Maka kelak kita akan masuk dalam golongan orang-orang yang menyesal.

Bila kesadaran baru datang belakangan, disaat usia sudah tidak muda lagi, disaat kemampuan fisik sudah menurun, maka tidak banyak lagi kesempatan yang bisa dilakukan, sungguh amat sangat merugi.

Hal tersebut juga disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Artinya : “Wahai Rasulullah, manusia mana yang dikatakan baik?” Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya namun baik amalnya.” “Lalu manusia mana yang dikatakan jelek?”, tanya laki-laki tadi. Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya namun jelek amalnya.” (HR. Tirmidzi).

Oleh karenanya sebagai seorang Muslim, harus memanfaatkan masa muda ini dengan sebaik-baiknya. Mendekatkan diri kepada Allah, memperdalam ilmu agama, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan di dunia dan akhirat dengan semaksimal mungkin.

Jangan sampai masa muda terlewat begitu saja, lebih banyak melakukan hal yang sia-sia dibandingkan dengan mempersiapkan bekal amal sholeh sebanyak-banyaknya dan memberikan manfaat maksimal bagi diri kita dan orang lain, sebagai bekal kembali kepada-Nya kelak.

2. Manfaatkan Masa Sehatmu Sebelum Datang Masa Sakitmu

Perkara kedua dari 5 perkara sebelum 5 perkara adalah nikmat sehat. Kesehatan adalah nikmat yang sering kita lupakan sampai kita kehilangannya. Ketika tubuh kita sehat, kita memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai aktivitas dengan mudah. Namun, ketika sakit datang, kita baru menyadari betapa berharganya kesehatan itu.

hadits-tentang-waktu-kesehatan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya : “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Peringatan ini disampaikan Rasulullah sebagai alarm bahwa kita sebagai manusia seringkali melupakan nikmat-nikmat yang Allah telah limpahkan, dan baru menyadarinya ketika nikmat itu Allah ambil. Termasuk nikmat sehat yang harus disyukuri dengan menjaganya, serta memanfaatkannya untuk melakukan amal shaleh, sebelum datangnya sakit.

Jangan menunggu sampai kita sakit baru kita menyadari pentingnya menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan tidak hanya berarti menjaga tubuh dari penyakit fisik, tetapi juga menjaga kesehatan mental dan spiritual.

3. Manfaatkan Kekayaanmu Sebelum Datang Masa Kefakiranmu

Kekayaan adalah ujian, dan dalam Islam, kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kekayaan yang kita miliki harus digunakan untuk kebaikan di jalan Allah, seperti membantu sesama, berinfak dan sedekah, dan melakukan amal shaleh lainnya.

Dalam Al-Quran, Allah berfirman:

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya : “Berinfaklah dari sebagian harta yang Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?'” (QS. Al-Munafiqun: 10)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa harta yang kita miliki adalah titipan Allah yang harus digunakan dengan bijak, saat kita masih diberi waktu hidup di dunia. Jangan sampai kita menyesal kelak, ketika harta sudah tidak lagi berada di tangan kita, atau ketika kita sudah tidak ada di dunia lagi atau kematian telah datang menghampiri kita.

Manfaatkan harta yang kita miliki untuk berbuat kebaikan dan amal shaleh, karena harta yang kita infakkan di jalan Allah akan menjadi bekal kita di akhirat nanti.

4. Manfaatkan Waktu Luangmu Sebelum Datang Masa Sibukmu

Waktu adalah salah satu nikmat yang sering kita lupakan dan abaikan. Jika orang barat mengatakan bahwa waktu adalah uang, “time is money“, maka Islam mengajarkan kepada kita bahwa waktu sangat berharga, dan tidak dapat digantikan dengan apapun.

Allah subhanahu wata’ala mengingatkan dengan tegas dalam Al Quran,

وَالْعَصْرِۙ

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

Artinya: “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Asr: 1-3)

Ayat di atas mengingatkan kita tentang betapa berharganya waktu, dan manusia akan selalu berada dalam kerugian terkait dengan waktu, kecuali mereka yang beriman dan karenanya mengerjakan amal shaleh dan kebaikan dengan saling menasehati.

Uang selalu dapat dicari dan diganti, akan tetapi waktu yang telah berlalu tidak akan pernah dapat digantikan dengan apapun atau sebesar apapun nilainya. Waktu jauh lebih berharga daripada uang, karena setiap detik waktu yang kita miliki adalah kesempatan untuk beribadah dan beramal shaleh.

Rasulullah SAW pun mengingatkan dalam haditnya:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya : “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya: kesehatan dan waktu luang.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits ini menegaskan sekaligus memberikan peringatan keras tentang perilaku manusia yang sering abai dan melupakan nikmat berupa kesehatan dan waktu luang. Saat sehat seringkali kita lupa bersyukur, dan menjaga kesehatan, karena merasa bahwa kesehatan adalah sesuatu yang memang sudah sepantasnya kita miliki, bukan lagi nikmat yang merupakan anugerah Allah subhanahu wata’ala.

Begitupula dengan waktu luang, seringkali diabaikan dengan melakukan hal yang sia-sia. Padahal, waktu luang seperti pembahasan sebelumnya tidak bisa diulang. Waktu luang yang terlewat dengan kesia-siaan hanya akan mendatangkan penyesalan bagi kita kelak.

Karena sesungguhnya waktu luang yang kita dapatkan bisa dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal yang bermanfaat, melakukan amal sholeh, seperti memperdalam ilmu, memperbanyak ibadah, dan membantu sesama. Kesemuanya akan menjadi tabungan kebaikan, tabungan amal sholeh untuk kelak dipertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda:

  لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ) 

Artinya : “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR. Ibnu Hibban dan At-Tirmidzi).

Jika kita tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik, maka kita akan merasakan kesibukan yang membuat kita menyesal karena tidak bisa melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan ketika waktu luang itu ada. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu.

Terkadang kita sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, sehingga kita kehilangan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang lebih berharga. Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim, kita harus pandai mengatur waktu dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kebaikan diri kita dan orang lain.

5. Manfaatkan Hidupmu Sebelum Datang Matimu

Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup. Tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang, namun yang pasti, setiap kita akan menghadapinya.

Dalam Al-Quran, Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya :“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Kita harus memanfaatkan waktu hidup kita untuk beribadah kepada Allah, melakukan kebaikan, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat.

Hidup adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk mengumpulkan pahala dan bekal untuk akhirat. Setiap amal kebaikan yang kita lakukan di dunia ini akan menjadi investasi kita di akhirat.

Oleh karena itu, jangan sia-siakan hidup ini dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Manfaatkan setiap detik yang Allah berikan untuk berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada-Nya.

5 perkara sebelum 5 perkara adalah nasihat berharga yang harus selalu kita ingat dalam menjalani hidup ini. Sebagai seorang Muslim, kita harus memanfaatkan masa muda, kesehatan, kekayaan, waktu luang, dan hidup kita dengan sebaik-baiknya sebelum datangnya masa tua, sakit, kefakiran, kesibukan, dan kematian.

Dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang Allah berikan, kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh keberkahan dan persiapan untuk kehidupan yang abadi di akhirat nanti. Mari kita jadikan nasihat ingat jaga 5 perkara sebelum 5 perkara ini sebagai panduan dalam menjalani hidup, agar kita tidak menjadi orang yang menyesal di kemudian hari.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan hidayah untuk selalu istiqamah dalam menjalankan kebaikan dan mempersiapkan diri dalam 5 perkara sebelum 5 perkara yang pasti akan kita hadapi. Aamiin.

Wallaahu’alam bishawab.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

(Ebook GRATIS) Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
This is default text for notification bar