PENSIUNAN TETAP MAU BELAJAR? Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, setuju gak kalau yang namanya belajar itu tidak pernah ada batasnya. Siapapun, kapanpun, di usia berapapun tetap harus mau untuk terus belajar.
Walaupun usia terus bertambah, yang namanya belajar tetap harus kita lakukan. Walaupun tidak bisa kita pungkiri dalam kehidupan kita, ada sebagian anggapan bahwa di saat usia sudah lanjut, maka proses belajar dengan sendirinya akan berhenti.
Apalagi jika merujuk pada peribahasa di bawah ini, yang rasanya sudah cukup familiar bagi, karena sering kita dengar, baik dari orang tua, guru atau mungkin dari bacaan yang kita baca.
“Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air.”
Peribahasa di atas sering dijadikan sebagai motivasi agar semangat mencari ilmu sejak dari kecil. Saat masih kecil atau di usia muda, walaupun berat prosesnya, ibarat mengukir di atas batu, keras, cadas, tapi jika berhasil diukir maka hasil ukirannya akan terus membekas. Ilmu yang dipelajari akan menetap lama dalam memori seorang manusia.
Sebaliknya, belajar di saat usia dewasa, apalagi usia senja bagaikan mengukir di atas air, hampir mustahil! Jikapun berhasil, maka hanya akan terlihat sekejap, setelah itu akan hilang selamanya.
Mungkin orang tua kita dulu saat mengucapkannya, atau guru di sekolah tanpa sadar bisa membawa sebagai sebuah pemahaman yang dianggap sebagai kebenaran seumur hidup. Bahwa belajar di usia tua itu seperti sia-sia, ibarat masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tapi, benarkah demikian?
Penulis ingin ajak sahabat pembaca merenung sejenak. Kita sudah bekerja puluhan tahun, membesarkan anak, menyelesaikan banyak tanggung jawab. Tapi sekarang, setelah menjadi pensiunan atau menjelang usia pensiun, kita justru punya satu hal yang sangat langka: waktu. Dan pertanyaannya adalah, mau kita apakan waktu itu?
Banyak dari mereka yang masih merasa aktif dan produktif setelah menjadi pensiunan, ingin meneruskan hobi yang selama ini mungkin tidak bisa tersalurkan. Atau tergerak untuk belajar hal-hal baru yang lagi trend saat ini, seperti belajar digital marketing, desain di Canva, menulis e-book, sampai jualan online.
Tapi tidak sedikit dari mereka yang langsung mundur teratur karena muncul suara-suara dari dalam kepala,
“Ah, aku sudah tua, otak ini nggak bisa lagi diajak mikir.”
“Belajar teknologi sekarang susah, beda sama anak muda.”
“Udahlah, pensiun itu waktunya istirahat, waktunya menikmati, bukan memulai sesuatu yang baru lagi.”
Dan masih banyak lagi pemikiran-pemikiran serupa yang membuat niat dan keinginan yang masih ada menjadi surut. Padahal, jika kita telusuri berdasarkan data dan fakta secara ilmiah, bisa jadi justru sekarang adalah waktu terbaik untuk mulai.
Benarkah demikian? Yuk kita coba bahas satu persatu.
Apakah Otak Pensiunan Usia 50+ Masih Bisa Belajar Hal Baru?
Bagaimana tinjauan ilmiah terkait dengan pertanyaan di atas? Jawabannya, BISA!
Secara ilmiah, otak manusia memiliki yang namanya neuroplastisitas. Ini adalah kemampuan otak untuk membentuk koneksi baru antar sel-sel saraf, meski kita sudah lanjut usia. Bahkan riset dari Harvard Medical School membuktikan bahwa orang di atas usia 60 tahun yang belajar keterampilan baru seperti menggunakan tablet atau memotret, mengalami peningkatan fungsi memori dan kognitif.
Artinya, otak kita memang tidak secepat dulu saat muda, tapi ia tetap bisa belajar, dengan catatan, mau mencoba.
Peribahasa yang Salah Dimengerti
Penulis pribadi mencoba untuk mencari tahu asal muasal dari peribahasa “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air.” sebagai validasi dari tema artikel ini. Tanpa mencoba untuk mengecilkan makna dari peribasa itu sendiri.
Ternyata yang penulis dapatkan dari laman NU Jabar yang membahas juga tentang peribasa tersebut, berasal dari pepatah Arab, lebih tepatnya bersumber dari ucapan seorang ulama besar Al-Hasan Al-Basri, Al-tabi’i Al-jalil, yang artinya:
“Hapalan–dalam satu riwayat: ilmu–[yang diajarkan] saat usia dini itu bagaikan mengukir di atas batu.”
Ucapan tersebut diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqih wa al-Mutafaqqih, jilid 2 halaman 91.
Dan kalimat peribahasa lanjutannya, “belajar sesudah dewasa bagai melukis di atas air.” berdasarkan postingan tersebut, kurang jelas atau belum ditemukan asal usul pastinya.
Jadi penulis sementara ini menyimpulkan berdasarkan fakta dan data ilmiah di atas, peribahasa ini memang mengandung ibroh untuk memotivasi kita, agar sedini mungkin mendapatkan ilmu akan lebih baik. Karena secara fisik, usia muda memiliki kelebihan dari sisi kemampuan fisik yang jauh lebih baik dibandingkan usia lanjut.
Hal tersebut pasti akan berpengaruh dalam proses belajar. Akan tetapi, bukan berarti belajar di usia tua termasuk para pensiunan, merupakan hal yang mustahil. Hanya dibutuhkan pendekatan yang berbeda, butuh lebih banyak kesabaran dan pengulangan.
Zaman kita kecil, belajar itu dipaksa. Diulang-ulang. Ada hukuman kalau lupa. Maka hasilnya ‘terukir’ saat ini. Tapi belajar di usia sekarang, justru punya kelebihan, kita bisa belajar dengan sadar, dengan tujuan, dan dengan semangat yang berbeda.
Kita belajar bukan karena harus, atau terpaksa, tapi karena ingin. Dan motivasi itu lebih kuat dari sekadar hafalan masa kecil. Tapi Bukannya Belajar Teknologi atau hal-hal baru itu sulit?
Memang, kalau kita pakai standar anak muda, apalagi terkait teknologi kekinian. Tapi sekarang sudah banyak sekali teknologi yang ramah pemula dan senior-friendly. Misalnya, belajar tentang desain grafis menggunakan Canva.
Cukup drag-and-drop, tanpa harus punya skill desain, atau latar belakang IT, sudah bisa bikin brosur, kartu ucapan, e-book, yang keren karena semua sudah ada templatenya. Tinggal belajar bagaimana menggunakan dan memanfaatkan fitur-fitur tersebut.
Bahkan dengan perkembangan teknologi AI (Artificial Intelligent) saat ini, siapapun bisa membuat game atau permainan edukasi online sendiri dengan mudah, yang dulu mungkin gak pernah terbayangkan. Seperti yang penulis sampaikan pada artikel sebelumnya dengan judul Bikin Sendiri Game Edukasi Interaktif Online Tanpa Ribet!
Dengan kemauan untuk terus belajar, dari sebuah e-course tentang belajar Canva AI, penulis yang sudah usia 50+, bisa membuat poster Asmaul Husna siap print PDF A4, Flashcard Asmaul Husna siap print, dan game edukasi online Flashcard Asmaul Husna, bermodalkan aplikasi Canva gratisan. Alhamdulillah jadi berasa muda selalu. Usia boleh terus bertambah, tapi semangat untuk terus belajar jangan sampai pernah padam.
Masih banyak ilmu-ilmu dan skill baru lainnya yang bisa kita pelajari dan kuasai, dengan modal semangat, dan tentu pola belajar yang harus disesuaikan. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan seperti ChatGPT atau AI tools lainnya akan sangat bisa membantu kita untuk melakukan banyak hal seperti belajar menulis, riset, bahkan bikin konten!
Bayangkan, kita bisa belajar semua itu dari rumah, tanpa harus jadi jagoan komputer. Cukup punya kemauan dan semangat muda, terus ingin belajar tanpa kenal lelah.
Belajar Tidak Harus Sendiri
Salah satu yang bikin belajar terasa berat di usia lanjut adalah karena kita merasa sendirian. Tapi sebenarnya, ada banyak komunitas belajar untuk usia 50+ yang bisa sahabat ikuti.
- Komunitas Bisnis Online BISMA yang selalu rutin membagikan e-book gratis dan webinar gratis seputar bisnis online. Walaupun tidak dikhususkan untuk usia 50+ tapi banyak juga pesertanya yang berusia lanjut.
- Kelas online Skill For Cuan, ini komunitas berbayar tapi sangat terjangkau investasinya dan ilmu yang didapat sangat bernilai jauh dibandingkan dengan biaya investasinya. Sangat penulis rekomendasikan untuk diikuti.
- Komunitas menulis untuk pemula dari Mbak Indari Mastuti (pengusaha dan penulis Best Seller). Channel telegram dari Mbak Indari, gratis untuk bergabung, dan beliau memiliki program berbayar khusus untuk para pensiunan yang ingin bisa menulis dan berbisnis online dengan tulisan.
Bahkan sahabat pun bisa mulai dari platform YouTube yang gratis, untuk mendapatkan video tutorial ataupun motivasi terkait ilmu dan skill baru. Gak harus terburu-buru, perlahan, setahap demi setahap dan praktik. Tidak perlu malu untuk bertanya, dan jangan pernah takut salah.
Karena semua orang yang sekarang ahli, dulunya juga pemula. Dan yang jadi pemula di usia pensiun, bukan berarti terlambat. Tapi justru berani.
Inspirasi Para Pensiunan
Banyak tokoh-tokoh dunia yang sukses mempelajari hal-hal baru yang dilakukan pada usia senja atau mungkin bisa kita sebut para pensiunan, diantaranya :
Colonel Sanders, di usia 65 tahun, setelah pensiun dari pekerjaannya, ia mulai menjual resep ayam gorengnya. Dari sana lahirlah KFC, salah satu jaringan restoran terbesar di dunia. Terlepas dari situasinya saat ini dimana KFC merupakan salah satu merk produk yang menjadi bagian dari program boikot karena dukungannya kepada Israel, akan tetapi secara perjalanan bisnisnya, masih sangat patut untuk dijadikan inspirasi.
Laura Ingalls Wilder, buat sahabat saat ini sudah berusia 40+ pasti sudah tidak asing dengan sebuah serial televisi berjudul “Little House on the Prairie”. Ya serial ini merupakan adaptasi dari sebuah karya buku anak-anak yang sangat popular di seluruh dunia pada tahun 1932-1943, yang ditulis oleh penulis Amerika Laura Ingalls Wilder pada usia diatas 60 tahun.
Rumah Kecil di Padang Rumput, didasarkan pada masa kecilnya di sebuah keluarga pemukim dan pelopor Amerika Serikat. Selama tahun 1970-an dan awal 1980-an, serial televisi Little House on the Prairie ini menjadi populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Grandma Moses (Anna Mary Robertson Moses), mulai melukis di usia 78 tahun setelah pensiun dari bertani. Karyanya terkenal di seluruh dunia, bahkan dipajang di galeri ternama. Ia menjadi pelukis profesional hingga usia 101 tahun.
Dalam dunia Islam juga kita mengenal tokoh-tokoh ulama yang baru belajar ilmu agama di usia senja, tapi berhasil menorehkan tinta emas dalam sejarah, sebagaimana ditulis pada laman Hidayatullah, diantaranya :
Ibn Hazm, mulai belajar fikih di usia menginjak 26 tahun. Beliau belajar ilmu fikih kepada Abu Abdillah bin Dahun. Gurunya itu pertama kali mengenalkan kitab Imam Malik, al-Muwatho’. (Sair A’lam an-Nubala).
Imam Al-Qoffal mendalami ilmu fiqih pada usia 30 tahun. Tokoh Mazhab Syafi’iyah ini akhirnya dijuluki . Al-Qoffal artinya pembuat kunci. Hal ini karena beliau sejak muda ahli membuat kunci. (Sair A’lam an-Nubala).
Zakariya Al-Anshari, seorang ahli fikih yang karyanya menjadi rujukan banyak ulama ternyata baru belajar fikih saat menginjak usia 26 tahun. Imam Kisai, seorang ulama besar ahli nahwu dan qiro’ah baru belajar di usia 40 tahun bahkan mampu menghapal lima permasalahan tiap hari.
Imam Abu Fattah al-Muni’i. Kisah dan riwayat ulama yang satu ini begitu menginspirasi, selain sebagai ulama yang sangat luas pengetahuannya, ia juga memiliki riwayat belajar di usianya yang sudah mendekati senja.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh Islam dan dunia yang sukses mempelajari hal-hal baru atau ilmu dan skill baru di usia senja, dan sukses dengan karya-karya mereka. Hal ini senada dengan perkataan Rasulllah shallallaahu ‘alaihi wassalam,
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
Artinya : “Nabi bersabda,”Jadilah engkau (1) orang berilmu, atau (2) orang yang menuntut ilmu, atau (3) orang yang mau mendengarkan ilmu, atau (4) orang yang menyukai ilmu. Dan (5) janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi)
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk tetap mencari ilmu sepanjang hayat, terutama ilmu agama dan juga ilmu-ilmu lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan utamanya akherat nanti. Bahkan menjadi sebuah kewajiban dan tidak terbatas pada waktu atau umur tertentu.
Pensiunan Pembelajar? Apa Untungnya?
Ini pertanyaan menarik. Karena saat kita belajar hal baru setelah pensiun, kita nggak cuma dapat ilmu. Tapi juga mendapatkan beberapa manfaat lainnya seperti :
- Menjaga kesehatan otak (belajar adalah olahraga bagi otak!)
- Merasa lebih berdaya dan percaya diri karena selalu adaptif dengan perkembangan jaman
- Bisa menghasilkan penghasilan tambahan (misalnya dari skill digital yang bisa menghasilkan pendapatan)
- Menjadi panutan bagi cucu dan anak bahwa belajar itu seumur hidup, dan tidak menjadi beban anak cucu serta keluarga
- Mendapat komunitas baru yang sepemikiran, sevisi dan bisa terus saling memotivasi dan memberikan inspirasi
Coba bayangkan, 1–2 tahun ke depan jika sahabat belajar suatu skill baru, misalnya skill digital marketing, maka sahabat sudah bisa bikin produk digital, jualan dari rumah, atau bahkan bantu orang lain belajar. Semuanya dimulai dari satu langkah kecil: mau dan berani mencoba.
Jangan Batasi Langkahmu Dengan Paradigma Yang Salah
Kalau ada yang bilang belajar di usia pensiun seperti melukis di atas air, maka kita bisa katakan:
“Iya, aku melukis di atas air. Tapi airnya tenang, hatiku damai, dan lukisanku tetap bermakna.”
Karena yang penting bukan seberapa cepat kita belajar, tapi seberapa tulus kita ingin tumbuh. Di usia berapa pun, jangan tunggu semuanya sempurna. Mulailah dari satu hal kecil yang bisa sahabat pelajari minggu ini, hari ini bahkan detik ini juga.
Digital Marketing, menulis, melukis, belajar tahsin, bahasa arab atau apapun terserah. Yang penting, mulai aja dulu dari apa yang sahabat sukai. Terkait dengan digital marketing, jika sahabat memiliki passion atau tertarik untuk mempelajarinya, silahkan bergabung di komunitas digital marketing BISMA. Gratis!
Tetap produktif, aktif dan menghasilkan walaupun sudah jadi pensiunan. Aamiin.
Barakallahu fiikum.