KATA-KATA IMAM SYAFII TENTANG ILMU. Sore hari ini, tiba-tiba dapat pesan WA (Whatsapp) dari istri penulis, yang menceritakan bahwa anak kami yang keempat, yang saat ini baru masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), mendapatkan nilai yang rendah dalam ujian harian salah satu mata pelajaran. Sementara teman-teman sepermainannya di kelas, mendapatkan nilai yang cukup tinggi.
Tentu kejadian ini cukup membuat Kaka, demikian kami biasa memanggilnya, menjadi tidak nyaman. Maklum, sejak masih di Sekolah Dasar, alhamdulillah nilai-nilai mata pelajaran umumnya selalu baik, bahkan termasuk terbaik di kelasnya. Sehingga kejadian ini seperti menjadi semacam “nightmare” buatnya.
Penulis pribadi setelah membaca pesan singkat tersebut, tidak merasa terlalu kaget. Hal ini disebabkan memang dalam kesehariannya, sejak mulai belajar di bangku SMP, Kaka lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain, walaupun sudah diingatkan berkali-kali oleh penulis pribadi dan istri.
Akan tetapi perilakunya tidak juga berubah, hingga suatu saat penulis pernah mengingatkan bahwa materi pelajaran di SMP berbeda dan lebih sulit dibandingkan dengan saat di SD. Oleh karenanya kalau Kaka tetap berprilaku seperti itu, maka nanti Kaka akan kesulitan sendiri, dan kini sepertinya perkataan itu terbukti.
Di dalam hati, penulis hanya berdoa, semoga peristiwa ini akan menjadi pelajaran buat Kaka, agar kemudian melakukan perbaikan dalam proses belajarnya. Ucapan ini juga yang penulis sampaikan kepada istri dan Kaka saat sudah berkumpul di rumah.
Peristiwa di atas membuat penulis jadi teringat perkataan bijak tentang ilmu, yang cukup familiar yaitu, “Barangsiapa yang tidak merasakan pahitnya belajar, maka ia akan menanggung hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” . Semoga saja, peristiwa ini bisa menjadi pelajaran buat Kaka dan segera melakukan perbaikan, agar tidak terulang kembali di masa mendatang, aamiin.
Dari kejadian tersebut, penulis pun menjadi penasaran dengan orang yang mengeluarkan kata-kata bijak tersebut. Setelah googling sana sini akhirnya penulis menemukan informasi bahwa kata-kata tersebut, adalah kata-kata bijak dari salah seorang imam empat mahzab, yaitu Imam Syafii.
Imam Syafii, merupakan salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, dikenal tidak hanya karena kontribusinya dalam bidang fikih tetapi juga karena pandangannya yang mendalam tentang ilmu. Beliau menekankan pentingnya ilmu sebagai landasan utama bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam.
Kata-kata Imam Syafii tentang ilmu memang telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam mencari pengetahuan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana kata-kata bijak di atas yang sudah sangat familiar bagi penulis.
Nah, kebetulan penulis sedang googling tentang kata-kata bijak tersebut, sekaligus buat catatan penulis sendiri agar tidak hilang, maka penulis putuskan untuk membuatnya menjadi artikel dalam blog ini, agar bisa bermanfaat juga para pembaca.
Ringkasan dan kutipan beberapa pilihan kata-kata Imam Syafii tentang ilmu dari berbagai sumber, penulis sertakan pada artikel ini sekaligus penulis juga tambahkan beberapa catatan tentang bagaimana relevansinya dalam kehidupan kita saat ini. Jadi, simak terus ya artikelnya sampai habis.
Sosok Ulama yang Mengedepankan Ilmu
Sebelum kita membaca beberapa kata-kata Imam Syafii tentang ilmu ada baiknya kita membaca sejenak tentang sosok Imam besar dari tanah para nabi ini. Beliau memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris Asy-Syafii, lahir pada tahun 150 H (767 M) di Gaza, Palestina.
Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan kecerdasannya dalam menyerap ilmu pengetahuan. Beliau dikenal sebagai pendiri salah satu dari empat mazhab dalam Islam, yaitu Mazhab Syafi’i. Mazhab ini sangat berpengaruh di berbagai wilayah Muslim, termasuk di Indonesia.
Imam Syafii belajar dari berbagai ulama terkenal pada masanya, termasuk salah satu imam empat mazhab yaitu Imam Malik, dan beliau terkenal karena kemampuannya dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an serta hadits. Pandangan-pandangan Imam Syafii tentang ilmu tidak hanya mencakup aspek keilmuan dalam pengertian teknis, tetapi juga mencakup adab dan etika dalam menuntut ilmu.
Kata-Kata Imam Syafii Tentang Ilmu
Berikut adalah beberapa pilihan kata-kata Imam Syafii tentang ilmu yang sarat akan hikmah dan makna:
“Siapa yang tidak belajar di waktu mudanya, bertakbirlah empat kali (sebagai shalat jenazah) atas kematiannya.”
Kata-kata bijak di atas menggambarkan betapa pentingnya menuntut ilmu sejak usia muda. Ilmu adalah aset yang sangat berharga, yang akan menentukan kualitas hidup seseorang di dunia dan akhirat.
Dalam Islam, masa muda dianggap sebagai waktu yang sangat berharga untuk belajar dan mengembangkan diri. Masa muda adalah masa disaat fisik dan mental berada dalam kondisi terbaik untuk belajar.
Pada masa ini, seseorang memiliki energi, semangat, dan kapasitas yang besar untuk menyerap ilmu. Jika masa muda ini tidak dimanfaatkan untuk belajar, maka kesempatan besar tersebut hilang, dan sangat sulit untuk mengejar ketinggalan di kemudian hari.
Penggunaan simbolik “bertakbirlah empat kali” mengacu pada shalat jenazah, yang dalam konteks ini berarti seseorang yang tidak belajar di masa mudanya dianggap telah kehilangan kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang dipenuhi dengan ilmu dan pengetahuan. Ketika seseorang tidak memanfaatkan masa mudanya untuk belajar dan mencari ilmu, maka seolah-olah ia telah “mati” sebelum benar-benar meninggal dunia.
“Barangsiapa yang tidak merasakan pahitnya belajar, maka ia akan menanggung hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”
Pada kata-kata ini, Imam Syafii mengingatkan bahwa menuntut ilmu memerlukan usaha dan kerja keras. Proses belajar sering kali tidak mudah, penuh tantangan dan pengorbanan, terutama dalam tahap awal.
Mempelajari hal-hal baru, memahami konsep yang rumit, dan melatih keterampilan membutuhkan waktu dan tenaga. Proses ini bisa terasa melelahkan dan menantang. Dalam pernyataan ini, pahitnya belajar adalah simbol dari usaha dan kesulitan yang harus dihadapi untuk mendapatkan ilmu.
Namun, jika seseorang enggan menghadapi kesulitan ini, ia akan jatuh dalam kebodohan, yang merupakan kondisi yang sangat merugikan. Kebodohan adalah sumber kehinaan yang bisa bertahan seumur hidup jika tidak diatasi dengan menuntut ilmu.
Kehinaan ini bisa berarti ketidakmampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan, atau bahkan ketergantungan pada orang lain. Dengan kata lain, kebodohan membuat hidup seseorang menjadi terbatas dan penuh dengan kesulitan. Belajar adalah jalan untuk menghindari kebodohan dan mendapatkan kebijaksanaan.
“Perumpamaan orang yang mencari ilmu tanpa hujjah adalah seperti orang yang mencari kayu bakar pada malam hari; ia membawa seikat kayu, di mana di dalamnya terdapat ular yang siap mematuknya, sedangkan ia tidak mengetahuinya.”
Pesan dalam kata-kata ini mengandung makna yang dalam tentang pentingnya mencari ilmu dengan cara yang benar dan berlandaskan bukti atau hujjah yang kuat. Dalam konteks Islam, hujjah berarti bukti yang sahih, argumen yang kuat, atau dasar yang valid yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Ilmu yang diperoleh tanpa hujjah atau dasar yang jelas sangat berbahaya, karena dapat menyesatkan seseorang, seperti halnya orang yang mencari kayu bakar pada malam hari tanpa melihat apa yang diambilnya.
Orang yang mencari kayu bakar pada malam hari diibaratkan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang diambilnya, sehingga ia berisiko membawa ular berbisa tanpa sadar. Ini mengajarkan bahwa ilmu yang tidak jelas asal-usulnya, atau yang diperoleh tanpa pertimbangan dan penelitian yang matang, bisa menjadi berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
“Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”
Ilmu dalam Islam tidak hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal spiritualitas dan akhlak. Imam Syafii mengajarkan bahwa ilmu adalah cahaya yang hanya diberikan kepada mereka yang menjaga diri dari maksiat.
Seperti halnya cahaya yang memiliki sinar dan bisa menerangi dan menuntun jalan, maka ilmu dapat menuntun manusia menuju jalan kebenaran dan kebaikan. Dengan ilmu, seseorang dapat melihat dan memahami hakikat kehidupan, mengenali mana yang benar dan mana yang salah.
Maksiat atau dosa adalah tindakan yang melanggar perintah Allah. Ketika seseorang terjerumus dalam maksiat, hatinya menjadi gelap, dan cahaya ilmu sulit masuk ke dalamnya. Orang yang terus-menerus melakukan dosa akan terhalang dari menerima hidayah dan pencerahan dari Allah. Oleh karena itu, menjaga diri dari maksiat adalah syarat penting untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Kata-kata bijak ini menekankan bahwa untuk mendapatkan ilmu yang sejati, yaitu ilmu yang bermanfaat dan membawa cahaya dalam hidup, seseorang harus menjaga dirinya dari maksiat. Menjauhi dosa dan menjaga kebersihan hati adalah kunci untuk menerima cahaya ilmu dari Allah.
Dengan begitu, ilmu tersebut tidak hanya akan meningkatkan pengetahuan, tetapi juga akan menjadi petunjuk yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pentingnya Adab dalam Menuntut Ilmu Menurut Imam Syafi’i
Imam Syafii tidak hanya menekankan pentingnya ilmu, tetapi juga menekankan adab atau etika dalam menuntut ilmu. Bagi Imam Syafii, adab dalam menuntut ilmu adalah fondasi yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap penuntut ilmu.
- Merendahkan Diri di Hadapan Ilmu dan Guru
Imam Syafii dikenal sangat menghormati gurunya. Beliau pernah berkata, “Aku tidak pernah merasakan kenyang selama duduk di hadapan guruku.” Ini menunjukkan betapa besar penghargaan Imam Syafii terhadap gurunya. Merendahkan diri di hadapan ilmu dan guru adalah salah satu adab yang sangat penting dalam Islam. Menghormati guru bukan hanya sekedar formalitas, tetapi juga menunjukkan ketawadhuan dan kerendahan hati seseorang dalam menerima ilmu. - Kesabaran dalam Menuntut Ilmu
Imam Syafii menekankan bahwa menuntut ilmu memerlukan kesabaran yang besar. Proses mencari ilmu tidak selalu mudah dan membutuhkan waktu serta pengorbanan. Kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan ketekunan dalam belajar adalah kunci utama untuk meraih keberhasilan dalam menuntut ilmu. Beliau mengatakan, “Ilmu itu tidak akan kamu dapatkan kecuali dengan enam perkara: cerdas, semangat, sabar, bekal yang cukup, bimbingan guru, dan waktu yang panjang.” - Menjaga Niat yang Ikhlas
Dalam menuntut ilmu, niat yang ikhlas adalah hal yang sangat ditekankan oleh Imam Syafii. Menuntut ilmu haruslah semata-mata untuk mencari ridha Allah dan bukan untuk tujuan duniawi, seperti mencari pujian, jabatan, atau kekayaan. Imam Syafii berkata, “Jika engkau menuntut ilmu karena Allah, maka ilmu itu akan memberikan manfaat kepadamu. Namun jika engkau menuntut ilmu untuk selain Allah, maka ilmu itu hanya akan menambah keangkuhanmu.”
Relevansi Kata-Kata Imam Syafii tentang Ilmu di Zaman Modern
Di zaman modern ini, kata-kata Imam Syafii tentang ilmu masih sangat relevan dan bisa menjadi pedoman bagi kita semua, terutama dalam menghadapi era informasi yang penuh dengan tantangan.
- Menghadapi Era Informasi dengan Ilmu yang Bermanfaat
Di era digital, informasi sangat mudah diakses. Namun, tidak semua informasi yang tersedia di internet bermanfaat atau benar. Di sinilah pentingnya ilmu yang bermanfaat, seperti yang ditekankan oleh Imam Syafii. Beliau menekankan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah dan menjauhkan kita dari kebodohan. Dalam konteks modern, kita harus bijak dalam memilih dan menyaring informasi yang kita terima, memastikan bahwa informasi tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan bermanfaat bagi kehidupan kita. - Menjaga Adab di Era Digital
Dalam era digital, di mana komunikasi dan interaksi sering kali terjadi secara virtual, menjaga adab menjadi semakin penting. Kita sering melihat bahwa interaksi di media sosial kurang menunjukkan rasa hormat, terutama terhadap orang yang lebih tua atau lebih berilmu. Belajar dari Imam Syafii, kita harus tetap menjaga adab, baik dalam dunia nyata maupun virtual. Menghormati orang lain, terutama guru dan orang yang berilmu, adalah prinsip yang harus tetap dijaga, meskipun dalam konteks digital. - Pentingnya Niat yang Ikhlas dalam Menuntut Ilmu di Zaman Modern
Niat yang ikhlas adalah salah satu poin utama yang ditekankan oleh Imam Syafii. Di zaman modern, di mana ilmu sering kali dicari untuk tujuan duniawi, seperti karier atau status sosial, penting untuk mengingat kembali nasihat Imam Syafi’i tentang keikhlasan. Ilmu yang dicari dengan niat yang ikhlas akan memberikan manfaat yang abadi, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, ilmu yang dicari dengan niat yang tidak tulus hanya akan menambah beban dan tidak memberikan keberkahan.
Kata-Kata Imam Syafii tentang Ilmu dalam Kehidupan Sehari-Hari
Kata-kata bijak Imam Syafii tentang ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bijaksana.
- Meningkatkan Semangat Belajar
Kata-kata Imam Syafii tentang pentingnya ilmu bisa menjadi motivasi bagi kita untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Di tengah kesibukan dan tantangan hidup, sering kali kita merasa malas atau kehilangan semangat untuk belajar. Namun, dengan mengingat nasihat Imam Syafii, kita bisa menemukan kembali motivasi untuk terus menuntut ilmu, karena ilmu adalah jalan menuju keberhasilan dan kebahagiaan. - Menjaga Kehormatan Guru dan Ilmu
Menghormati guru dan ilmu adalah salah satu prinsip yang diajarkan oleh Imam Syafi’i. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu menunjukkan rasa hormat kepada guru dan orang-orang yang berilmu. Ini bisa dilakukan dengan mendengarkan nasihat mereka, tidak menyela ketika mereka berbicara, dan mengamalkan ilmu yang mereka ajarkan. Menjaga kehormatan guru dan ilmu juga berarti tidak menyalahgunakan ilmu yang kita pelajari untuk tujuan yang tidak baik. - Menjadikan Ilmu sebagai Bekal untuk Menghadapi Tantangan Hidup
Ilmu adalah cahaya yang bisa membantu kita menghadapi berbagai tantangan hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai masalah dan kesulitan. Dengan ilmu, kita bisa menemukan solusi yang tepat dan bijaksana. Imam Syafii mengajarkan bahwa ilmu bukan hanya untuk pengetahuan, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk selalu meningkatkan pengetahuan kita dan menggunakannya untuk kebaikan.
Kata-kata Imam Syafii tentang ilmu di atas memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang pentingnya ilmu dalam Islam. Ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga jalan menuju keberkahan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam menuntut ilmu, kita harus menjaga niat yang ikhlas, bersabar dalam menghadapi kesulitan, dan selalu menghormati guru dan ilmu yang kita pelajari. Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan hidup yang semakin kompleks, nasihat Imam Syafii tetap menjadi pedoman yang kuat bagi kita untuk terus mencari ilmu dan menggunakannya dengan bijaksana.
Demikianlah beberapa pilihan kata-kata Imam Syafii tentang ilmu yang sengaja penulis pilih agar bisa kita amalkan dalam kehidupan kita saat ini. Sesungguhnya sangat banyak kata-kata bijak dari Imam Syafii yang sangat menginspirasi dalam berbagai bidang.
Seperti yang telah kami tulis dalam artikel kata mutiara Imam Syafii bahasa arab pada blog ini sebelumnya. Sahabat pembaca bisa membuka kembali artikel di atas untuk mendapatkan lebih banyak kata-kata bijak dari Imam Syafii dalam berbagai kategori atau bidang.
Semoga kita bisa mendapatkan ibroh dan pelajaran dari kata-kata bijak tersebut, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para pembaca. Mohon maaf jika terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam artikel ini, semuanya semata karena kelemahan dan kefakiran ilmu dan pengetahuan penulis pribadi, dan segala yang benar semata datangnya dari Allah azza wa jalla.
Harapannya dengan segala kekurangannya, semoga tulisan singkat hasil ringkas sana sini ini bisa bermanfaat dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih berilmu, bijaksana, dan bertakwa kepada Allah SWT. Aamiin allahumma aamiin.
Barakallahu fiikum.