KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DIRI. Setiap manusia di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu pun makhluk yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Namun, di balik setiap kekurangan yang kita miliki, selalu ada kelebihan yang menjadi kekuatan kita. Dalam Islam, pemahaman tentang kekurangan dan kelebihan diri ini menjadi bagian dari keimanan dan pengakuan tentang kekuasaan, kebijaksanaan Allah dalam semua ciptaan-Nya.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang siklus kehidupan manusia, bisa menjadi landasan inspirasi tentang kelebihan dan kekurangan diri. Dalam Surat Ar-Rum Ayat 54, Allah SWT berfirman:
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Rum: 54)
Ayat ini menggambarkan siklus kehidupan manusia, dimulai dari kelemahan di masa bayi, kemudian menguat di masa muda, dan kembali melemah saat memasuki usia tua. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kelebihan dan kekurangan diri adalah bagian dari perjalanan hidup yang telah Allah tentukan.
Setiap fase kehidupan memiliki hikmah dan pelajaran tersendiri, yang dapat kita renungkan untuk memahami kebijaksanaan Allah dalam menciptakan manusia.
Memahami Kelebihan dan Kekurangan Diri
Dalam perspektif Islam, setiap kekurangan yang kita miliki bukanlah sesuatu yang harus disesali atau dihindari, melainkan harus diterima dengan ikhlas sebagai bagian dari takdir Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ar-Rum ayat 54 di atas. Dibalik setiap kekurangan pasti ada kelebihan yang Allah telah siapkan atau pergilirkan agar dapat kita manfaatkan untuk mencapai kebaikan.
Kelebihan dan kekurangan ini adalah alat yang diberikan oleh Allah untuk menguji dan menguatkan iman kita.
1. Kelebihan Dan Kekurangan Diri sebagai Ujian dan Amanah
Kekurangan yang kita miliki sering kali menjadi ujian yang harus kita hadapi. Misalnya, seseorang yang memiliki keterbatasan fisik mungkin merasa sulit untuk melakukan aktivitas tertentu. Namun, dalam Islam, kekurangan ini bukanlah alasan untuk berputus asa.
Justru, kekurangan ini adalah ujian dari Allah untuk melihat sejauh mana kita bisa bersabar, ikhlas, dan tetap bersyukur atas nikmat yang diberikan.
Di sisi lain, kelebihan yang kita miliki adalah amanah yang harus dijaga dan digunakan untuk kebaikan. Kelebihan tersebut bisa berupa kemampuan intelektual, kekuatan fisik, harta, atau bahkan popularitas.
Semua ini adalah nikmat yang harus dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam hal ini, kekurangan mengajarkan kita untuk bersyukur atas kelebihan yang ada, sementara kelebihan mengajarkan kita untuk rendah hati dan tidak sombong.
2. Keseimbangan dalam Hidup
Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan keseimbangan yang sempurna. Dalam hidup, kita sering menemukan bahwa di balik satu kekurangan, ada kelebihan yang menyertainya.
Misalnya, seseorang yang mungkin kurang pandai dalam berbicara di depan umum, tetapi memiliki kemampuan analisis yang tajam. Contoh lain adalah seseorang yang mungkin kurang dalam hal penampilan fisik, tetapi memiliki hati yang lembut dan sifat yang penuh kasih sayang.
Keseimbangan inilah yang membuat kehidupan menjadi lebih indah dan penuh variasi. Islam mengajarkan kita untuk mencari dan mengenali keseimbangan ini dalam diri kita, serta memanfaatkannya untuk mencapai kebahagiaan dan keberhasilan, baik di dunia maupun di akhirat.
Kisah Hikmah di Balik Kekurangan
Dalam kehidupan, tidak jarang kita merasa tidak puas dengan diri sendiri karena kekurangan yang kita miliki. Namun, Islam mengajarkan bahwa di balik setiap kekurangan, terdapat kekuatan yang bisa kita gali.
Hal ini mengingatkan kita pada kisah sejarah Nabi dan rasul serta orang-orang saleh yang menghadapi berbagai macam kekurangan, tetapi mampu mengatasi dan bahkan mengubahnya menjadi kekuatan.
1. Kisah Nabi Musa AS, Ubah Kekurangan Menjadi Kekuatan
Salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah kisah Nabi Musa AS. Dalam Al-Qur’an, Nabi Musa digambarkan sebagai seseorang yang memiliki kelemahan dalam berbicara. Ketika Allah memerintahkannya untuk menyampaikan dakwah kepada Fir’aun, Nabi Musa merasa tidak mampu karena kekurangannya dalam berbicara.
Namun, Allah menguatkannya dengan memberikan Harun sebagai pendamping dan penolongnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran,
وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى
يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
Artinya : “Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku,”
(QS. Taha: 27-28)
Dari kisah ini, kita belajar bahwa kekurangan yang kita miliki bukanlah hambatan untuk mencapai tujuan. Akan tetapi justru bisa menjadi motivasi untuk menemukan cara lain dalam menghadapi tantangan.
Kelemahan Nabi Musa dalam berbicara diatasi dengan kerjasama dan bantuan dari saudaranya, Harun. Ini mengajarkan kita pentingnya bersikap proaktif dalam mencari solusi dan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar kita.
2. Kisah Nabi Yusuf AS, Sabar Menghadapi Ujian
Kisah lain yang penuh inspirasi adalah kisah Nabi Yusuf AS. Ia mengalami berbagai ujian berat sejak kecil, termasuk dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, dan dipenjara tanpa kesalahan.
Namun, di balik semua kekurangan dan kesulitan yang dihadapinya, Nabi Yusuf tidak pernah berputus asa. Sebaliknya, ia selalu bersabar dan percaya pada rencana Allah yang lebih besar.
Pada akhirnya, Nabi Yusuf diangkat menjadi penguasa di Mesir, dan kekurangannya di masa lalu berubah menjadi kelebihan yang membuatnya lebih bijaksana dan kuat. Kisah ini mengajarkan bahwa kesabaran adalah kunci untuk menemukan kekuatan di balik setiap kekurangan.
Allah SWT selalu memiliki rencana yang lebih baik bagi hamba-Nya yang bersabar dan tawakal kepada-Nya.
Merenungi Siklus Kehidupan Berdasar Surat Ar-Rum 54
Surat Ar-Rum ayat 54 memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang siklus kehidupan manusia yang diciptakan oleh Allah. Ayat ini mengajarkan kita bahwa setiap fase kehidupan, dari kelemahan hingga kekuatan dan kembali kepada kelemahan, adalah bagian dari takdir yang harus diterima dengan ikhlas.
1. Kelemahan di Masa Kanak-Kanak
Ketika manusia dilahirkan, mereka berada dalam keadaan yang sangat lemah dan bergantung sepenuhnya pada orang tua mereka. Ini adalah fase pertama dalam siklus kehidupan yang disebutkan dalam ayat tersebut.
Kelemahan ini mengajarkan kita tentang pentingnya kasih sayang, perhatian, dan dukungan dari keluarga. Di masa ini, kita belajar untuk menerima dan memahami bahwa kelemahan adalah bagian alami dari kehidupan manusia.
2. Kekuatan di Masa Muda
Setelah melewati masa kanak-kanak, manusia memasuki fase kekuatan di masa muda. Di masa ini, manusia memiliki energi, vitalitas, dan kemampuan yang optimal untuk melakukan berbagai hal.
Namun, kekuatan ini bukanlah alasan untuk sombong atau merasa superior. Surat Ar-Rum ayat 54 mengingatkan kita bahwa kekuatan ini hanyalah sementara, dan kita harus menggunakannya dengan bijaksana sesuai dengan ajaran Islam.
3. Kelemahan Kembali di Usia Tua
Fase terakhir yang disebutkan dalam ayat ini adalah kembalinya manusia kepada kelemahan di usia tua. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan kita tidak akan bertahan selamanya.
Seiring bertambahnya usia, kita akan kembali mengalami kelemahan fisik dan mental. Namun, di balik kelemahan ini, ada kebijaksanaan dan pengalaman hidup yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.
Kelebihan dan Kekurangan Diri Sebagai Anugerah Allah
Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk selalu bersyukur atas segala yang diberikan Allah, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Dalam Islam, keduanya adalah anugerah yang memiliki tujuan tertentu dalam hidup kita.
Menerima kekurangan dengan ikhlas dan memanfaatkan kelebihan untuk kebaikan adalah salah satu cara untuk mencapai keridhaan Allah.
1. Bersyukur atas Kelebihan
Bersyukur atas kelebihan berarti kita harus mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah dan kita harus menggunakannya untuk tujuan yang baik. Misalnya, jika kita diberi kelebihan harta, kita harus menggunakannya untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Jika kita diberi kelebihan ilmu, kita harus menyebarkannya kepada orang lain agar dapat bermanfaat.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa bersyukur adalah jalan untuk mendapatkan lebih banyak keberkahan dari Allah.
2. Ikhlas Menerima Kekurangan
Di sisi lain, menerima kekurangan dengan ikhlas berarti kita harus memahami bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik untuk kita. Kekurangan bukanlah bentuk hukuman, tetapi cara Allah untuk menguji kesabaran dan keimanan kita. Dengan menerima kekurangan, kita belajar untuk lebih berserah diri dan tawakal kepada Allah.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Artinya : “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap kekurangan atau musibah yang menimpa kita sudah dalam pengetahuan Allah dan pasti memiliki hikmah yang mendalam.
Kelebihan dan Kekurangan Diri Sebagai Sebuah Keseimbangan
Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam memandang kelebihan dan kekurangan diri. Tidak ada yang sepenuhnya sempurna, dan justru inilah yang membuat kita sebagai manusia unik dan berharga di mata Allah.
Keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan diri inilah yang membuat kita menjadi manusia yang utuh.
1. Tidak Berlebihan dalam Memanfaatkan Kelebihan
Meskipun kita diberi kelebihan dalam beberapa aspek, kita harus selalu ingat untuk tidak berlebihan dalam menggunakannya. Kelebihan yang digunakan secara berlebihan dapat membawa kita kepada kesombongan, yang merupakan salah satu dosa besar dalam Islam.
Kita harus selalu berusaha menjaga keseimbangan dan menggunakan kelebihan kita dengan bijaksana, sebagaimana perintah Allah,
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
Artinya : “Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan sekali-kali engkau tidak akan sampai setinggi gunung.”(QS. Al-Isra’: 37)
2. Menggunakan Kekurangan sebagai Motivasi
Di sisi lain, kekurangan tidak boleh menjadi alasan untuk menyerah atau merasa tidak berdaya. Sebaliknya, kita harus menggunakan kekurangan ini sebagai motivasi untuk terus berusaha dan memperbaiki diri. Dalam Islam, setiap usaha yang kita lakukan untuk mengatasi kekurangan adalah bentuk ibadah dan akan mendapat pahala dari Allah.
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Dalam hidup ini, setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kedua hal ini adalah bagian dari takdir Allah yang harus kita terima dengan ikhlas. Surat Ar-Rum ayat 54 mengajarkan kita tentang siklus kehidupan manusia yang melibatkan kekuatan dan kelemahan.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap fase kehidupan, baik itu kelemahan di masa kanak-kanak, kekuatan di masa muda, maupun kelemahan kembali di usia tua, semuanya memiliki hikmah yang harus kita renungkan. Sebagai Muslim, kita harus belajar untuk bersyukur atas kelebihan yang kita miliki dan menerima kekurangan sebagai bagian dari ujian hidup.
Dengan memandang kelebihan dan kekurangan diri secara seimbang, kita dapat mencapai kehidupan yang penuh keberkahan, sesuai dengan ajaran Islam. Semoga kita semua bisa menjalani hidup ini dengan penuh kesyukuran dan kesabaran, serta meraih keberkahan dari Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan kita.
Wallahu’alam bishawab.