5 Perbedaan Mushaf Al Quran Cetakan Madinah Dan Indonesia

5 PERBEDAAN MUSHAF AL QURAN CETAKAN MADINAH DAN INDONESIA. Sahabat Quran, pembaca setia pondokislami.com, sebagai reseller produk-produk Syaamil Quran, Pondok Islami banyak menjual mushaf Al Quran, dengan standar penulisan Al Quran Khat Rasm Utsmani Standard Indonesia (Depag). Akan tetapi sahabat juga mungkin pernah mendengar tentang Al Quran dengan cetakan standard Madinah atau Timur Tengah.

Bagi sahabat yang pernah melaksanakan ibadah umroh atau haji, pasti sudah sangat familiar dengan khat standard Madinah ini, karena di Mekkah dan Madinah yang ada dan beredar memang hanya Al Quran dengan standard penulisan tersebut. Syaamil Quran sebagai penerbit Al Quran, juga memiliki Al Quran dengan tipe standard penulisan Khat Rasm Utsmani Standard Madinah, yaitu produk mushaf Al Quran terbarunya yang diberi nama Al Quran Mushaf Ghawtsani.

al-quran-mushaf-ghawtsani-khat-usmani-standard-madinah
Produk Baru Mushaf Khat Standar Madinah
halaman-depan-mushaf-ghawtsani-al-quran-standar-madinah
Halaman Depan Mushaf Ghawtsani

Sesungguhnya apa sih perbedaan dari kedua standard penulisan tersebut ?

MENGENAL KHAT RASM UTSMANI STANDARD MADINAH DAN INDONESIA

Berikut ini adalah 5 ciri yang mudah dibedakan antara penulisan Khat Utsmani Standard Madinah dan Khat Utsmani Standard Indonesia, yang di rilis oleh penerbit Syaamil Quran pada laman Facebook Official Syaamil Quran.

Pertama, Huruf “Wau” dan “Ya” tidak berharakat itu menunjukkan hukum mad.
Di khat standar Madinah, tidak terdapat tanda “sukun”, tapi di khat standar Indonesia terdapat tanda sukun.

khat-standard-madinah-1

Kedua, jika ada tanwin sejajar dalam khat standar madinah, itu berarti dibaca jelas atau idzhar. Dalam idzhar tidak ada perbedaan antara khat standar madinah dan khat standar Indonesia

khat-standar-madinah-2

Ketiga, jika ada tanwin berjenjang dalam khat standar madinah, itu berarti dibaca gunnah atau dengung. Berbeda dengan khat standar Indonesia, antara tanwin idzhar dan gunnah tidak ada perbedaan tetap sejajar.

khat-standar-madinah-3

Keempat, Mim kecil yang terdapat di atas nun mati atau di samping harakat menunjukkan hukum iqlab. Ketika iqlab, kalau di Indonesia ditulis dengan tanwin tapi yang di khat standar madinah menggunakan harakat tunggal.

khat-standar-madinah-4

Kelima, Huruf Kecil menunjukkan huruf yang ada dalam bacaan, namun tidak ada dalam tulisan. Kalau di Al-Qur’an Indonesia tidak ditulis sama sekali namun dibedakan dari bentuk harakatnya.

khat-standar-madinah-5

Itulah 5 perbedaan penulisan antara rasm utsmani khat standar Madinah dan khat standar Indonesia, yang mudah untuk dilihat dalam membedakan Al Quran khat Madinah dan Indonesia. Perbedaan-perbedaan penulisan itu tidak merubah cara baca maupun tafsir dari ayat-ayat tersebut. Walaupun sesungguhnya masih banyak lagi perbedaan-perbedaan cara penulisan antara khat Madinah dan Indonesia, tetapi 5 ciri di atas sudah cukup untuk membedakan dengan mudah antar ke duanya.

Selanjutnya, mungkin sahabat juga bertanya tentang apa yang dimaksud dengan Al Quran Rasm Utsmani itu ? Berikut ini sekilas penjelasan tentang Al Quran Rasm Utsmani.

SEKILAS SEJARAH MUSHAF RASM UTSMANI

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a, wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam sudah menjangkau hingga Asia Timur. Bagi para sahabat pada masa itu, bila tiba waktu shalat, maka salah satu diantara mereka akan dipilih untuk menjadi imam shalat berjamaah. Dalam kondisi inilah disadari adanya perbedaan qiraat atau cara mengucapkan lafadz-lafadz Al Quran, yang dibaca oleh sahabat yang menjadi imam pada saat shalat berjamaah berlangsung.

Hal tersebut sangat dikhawatirkan oleh Khuzaifah bin Yaman, yaitu sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat dipercaya oleh Nabi dalam menyimpan rahasia dan dalam menyelidiki suatu permasalahan yang terjadi diantara kaum muslimin.  Beliau khawatir bahwa perbedaan itu akan menimbulkan perselisihan dan dapat mengarah kepada perpecahan diantara umat. Perbedaan qiraat itu sendiri terjadi karena memang pada awal dakwah, Rasulullah memperbolehkan orang-orang islam untuk membaca Al Quran dengan dialek mereka masing-masing.

Maka Khuzaifah bin Yaman kemudian melaprkan keadaan ini kepada Khalifah Amir Al Mukminin, Utsman bin Affan r.a. Kemudian Khalifah Utsman bin Affan r.a, membuat sebuah kebijakan untuk membuat satu dialek saja, agar diantara orang-orang islam tidak ada perdebatan dalam bacaan Al-Quran.

Khalifah Utsman lalu meminta pertolongan beberapa shahabat, untuk mengumpulkan mushaf-mushaf Al-Quran dan menyusunnya berdasarkan kesepakatan bersama, kedalam satu mushaf saja, untuk mencegah perselisihan diantara umat Islam, yang kemudian dinamai dengan nama Mushaf Rasm Utsmani.

Setelah selesai, Khalifah Utsman mengirimkan mushaf tersebut kebeberapa daerah disertai seorang qari’, yang sesuai dengan dialek daerah tersebut, agar tidak terjadi kesulitan bagi penduduk setempat untuk belajar dari lidahnya. Seperti Zaid bin Tsabit beserta mushaf Rasm Utsmani yang baru tersebut dikirim ke Madinah, Abdullah bin Said Al-makhzumi ke Makkah, Mughirah bin Shihab ke Negeri Syam, Abdurrahman bin Salami ke Kuffah dan Amir bin Abdi Qais ke Basrah.

Kemudian dari merekalah banyak terlahir generasi-generasi baru ahli qiraat yang akhirnya di percaya oleh umat untuk mengajari generasi selanjutnya sampai periode tabiin dan tabi’ tabiin. Demikianlah Mushaf Rasm Utsmani akhirnya menjadi sebuah standar keotentikan Al Quran dan diterimanya suatu qiraat, yang berlangsung pada tahun 30 H.

Jadi dapat di katakan Mushaf Rasm Utsmani ini merupakan perekat kerangka lafal-lafal wahyu yang di ucapkan Rasul dalam bentuk tulisan yang terjaga di atas kertas, terkumpul dalam satu kitab dan dapat dijamin keotentikannya dari rasul. Sehingga wajar dan layak untuk dijadikan standar pegangan umat islam termasuk dalam qiraat.

Kata Rasm artinya bekas atau peninggalan, kata lain yang sama artinya adalah al-khottu, al-kitabatu, az-zabaru, asy–syaqoru, ar-roqmu, dan ar-rosymu. Semua berarti tulisan, kaitanya dengan arti dasar tersebut bahwa seorang penulis yang telah menggoreskan penanya, maka ia akan meninggalkan bekas pada tulisannya itu.

Dalam kitab Manahil al-‘Irfan Fi ‘Ulum al-Qur’an (kitab karya ulama besar pakar ilmu Tafsir dan Hadits pada Universitas al-Azhar Kairo-Mesir, Syeikh Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Rasm al-Qur’an atau al-Mushaf adalah:

رَسْمُ المصحفِ يُرَادُ به الوَضْعُ الذِى ارتَضَاه عُثمَان رضِى الله عَنْهُ فى كِتَابَةِ كَلِمَاتِ القُرانِ وحُرُوْفِ

Rasm Mushaf yang dimaksud disini adalah kaidah yang disepakati oleh Utsman RA dalam penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an dan hurufnya”

Demikianlah 5 Perbedaan Mushaf Al Quran Cetakan Madinah Dan Indonesia, yang bisa disampaikan pada artikel kali ini, sekaligus sekilas tentang sejarah Mushaf Al Quran Rasm Utsmani. Semoga dapat menambah wawasan penulis sendiri khususnya dan umumnya buat para sahabat quran pembaca pondokislami.com.

Bagi sahabat yang berminat memiliki Al Quran standard cetakan/Khat Madina di atas, yaitu Al Quran Mushaf Ghawtsani, bisa menghubungi nomor HP/WA/SMS berikut ini : 087821830344.

Wallahu’alam bishawab.

sumber :
https://www.facebook.com/SyaamilQuranOfficial
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/rasm-utsmani-dan-sejaran-mushaf-utsmani/
http://bersamadakwah.net/sejarah-mushaf-rasm-utsmani/

speaker-quran-al-akram-metode-mendengar

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

(Ebook GRATIS) Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
This is default text for notification bar