KAJIAN AN NAHL 92. Sahabat pembaca yang dimuliakan Allah, pagi ini penulis sempat membaca sebuah artikel dari Ustadz Arafat, yang beliau tulis di channel telegramnya tentang kisah di dalam Al Quran Surat An Nahl ayat 92.
Pada ayat ini ada sebuah cerita menarik tentang seorang perempuan di Mekkah yang pekerjaannya memintal benang. Menurut tafsir para ulama, perempuan ini sedikit mengalami gangguan kejiwaan di masa lalu, sehingga perilakunya tidak masuk akal.
Hasil rajutan yang ia pintal sepanjang siang akan dirombaknya kembali ketika malam. Begitulah setiap hari, aneh sekali. Padahal pekerjaan seorang perajin tenun itu bukan hal mudah.
Sungguh membutuhkan kesabaran sehingga dapat mencapai hasil sejauh itu. Tinggal sedikit lagi ia menikmati rajutannya, tetapi justru ia menguraikan lagi. Benar-benar aneh.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam ayat tersebut,
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
Artinya: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An-Nahl : 92)
Ayat ini turun berhubungan dengan iklim politik saat itu. Bahwa sekelompok orang pekerjaannya membela kaum yang kuat, bukan yang benar. Sehingga ketika muncul kaum yang lebih kuat lagi, kelompok ini meninggalkan dukungan sebelumnya dan berganti haluan. Kutu loncat politik!
Maka Allah menurunkan ayat ini agar kaum muslimin jangan meniru perbuatan mereka. Seorang muslim sejati hanya membela yang benar, bukan membela yang berkuasa. Begitulah asbabun nuzul ayat tersebut.
Tetapi secara umum, ayat ini juga menggambarkan perbuatan orang yang sia-sia. Ayat ini teguran bagi orang yang sudah bersusah payah mencapai sesuatu (mengerjakan suatu amal sholeh), tetapi kemudian dirombaknya kembali pencapaian itu, alias dihentikan dan akhirnya harus memulai lagi dari awal. Aneh.
Misalnya perjuangan saat memulai sebuah amal sholeh, seperti memulai berbagai aktifitas ibadah di bulan Rajab sebagai bulan pembuka menuju bulan Ramadhan. Banyak sekali keutamaan Bulan Rajab yang sangat sayang untuk kita lewatkan, sebagai persiapan menyambut bulan nan suci mulia Ramadhan beberapa waktu kedepan.
Sungguh butuh kesabaran kita menghidupkan hari-hari kita di bulan Rajab ini, mulai dari menjalankan puasa sunnah senin kamis, ataupun puasa di tengah bulan (puasa ayyamul bidh). Mulai rutin bertilawah quran setiap hari, agar kelak di bulan Ramadhan bisa mengkhatamkan Quran berkali-kali, dan berbagai ibadah lainnya.
Harapannya tentu saja seperti perkataan para ulama, saat bulan Ramadhan nanti kita tinggal menuai dan menikmati amal sholeh yang telah kita rajut sejak bulan Rajab. Akan tetapi justru banyak yang berjalan seperti kisah dalam ayat di atas, di tengah jalan malah meninggalkannya alias berhenti menjalankan amal sholeh sebelum mendapati bulan Ramadhan.
Aneh tapi nyata, bahkan saat menjalankan ibadah bulan Ramadhan, seringkali perilaku seperti pesan dalam ayat Surat An Nahl 92 diatas juga dialami oleh sebagian besar dari kita. Sungguh butuh kesabaran untuk dapat menghidupkan sepuluh hari pertama dan kedua Bulan Ramadhan.
Seharusnya sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah saatnya kita menikmati hasil, menuai kelezatan amal sholeh di penghujung Ramadhan. Akan tetapi kenyataannya justru sebaliknya, kebanyakan dari kita malah meninggalkannya.
Lebih disibukkan dengan aktifitas menyambut 1 Syawal alias sibuk mempersiapkan perayaan Idul Fitri. Bukankah sepuluh hari ketiga dari Ramadhan adalah puncak dari anugerah Allah? Kenapa tidak dinikmati? Benar-benar aneh.
Sepuluh hari pertama pada umumnya banyak umat muslim yang yang mengawali Ramadhan dengan penuh kesungguhan, kemudian mengakhirinya dengan penuh kemalasan, laksana perempuan yang memintal benang kemudian diceraiberaikannya kembali.
Alhamdulillah di pagi ini, penulis Allah takdirkan untuk membaca artikel kajian tentang Surat An Nahl 92 ini, dan menjadi pembelajaran sekaligus muhasabah bagi penulis pribadi. Semoga pesan Allah dalam ayat ini membuat kita senantiasa menjaga semangat untuk melaksanakan amal sholeh, khususnya di Bulan Rajab.
Harapannya tentu doa yang kita panjatkan di awal bulan Rajab, agar bisa bertemu dengan Bulan Ramadhan nanti, bisa terwujud dan berakhir di penghujung Ramadhan dengan akhir yang paling indah. Aamiin allahumma aamiin.
Demikianlah sedikit muhasabah pagi ini, dan semoga artikel Surat An Nahl 92, “Jangan Uraikan Yang Telah Engkau Rajut” bisa bermanfaat dan menjadi pengingat buat diri pribadi penulis, serta sahabat pembaca setia blog Pondok Islami ini.
Wallahua’alam bishaawab.