HIKMAH SURAT AL BAQARAH AYAT 216 ARAB, LATIN DAN ARTINYA. Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, pagi ini penulis mendapatkan kajian subuh menarik di Mesjid dekat rumah penulis. Kajiannya tentang hikmah dari ayat 216 Surat Al Baqarah yang ternyata sarat dengan pelajaran hidup.
Ayat ini berbunyi:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Latin : Kutiba ‘alaikumul-qitaalu wa huwa kur-hul lakum, wa ‘asaa an takrahụ syaiaw wa huwa khairul lakum, wa ‘asaa an tuḥibbụ syaiaw wa huwa syarrul lakum, wallaahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuụn
Artinya : “Diwajibkan atas kalian berperang, sementara itu itu suatu yang kalian benci. Namun boleh jadi kalian membenci suatu sementara itu itu baik bagimu, serta boleh jadi kalian menggemari suatu sementara itu itu kurang baik bagimu. Allah mengenali sebaliknya kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini memiliki arti mendalam yang relevan dengan kehidupan sehari-hari kita, khususnya dalam memaknai takdir yang telah Allah putuskan untuk setiap hamba-Nya. Pada artikel ini, penulis akan berbagi tentang hikmah yang terkandung dalam ayat di atas, berdasarkan kajian yang penulis ikuti dan beberapa bahan tambahan dari berbagai sumber.
Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 216
Para ulama menafsirkan ayat ini selaku perintah yang diberikan kepada kalangan Muslimin pada masa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassalam buat berjihad di jalur Allah. Walaupun perintah ini berat untuk sebagian orang, Allah menegaskan kalau apa yang nampak kurang baik di mata manusia belum tentu kurang baik di sisi Allah. Kebalikannya suatu yang nampaknya baik dan mengasyikkan oleh manusia belum tentu sesungguhnya akan membawa kebaikan.
Allah mempunyai ilmu yang sempurna tentang apa yang terbaik buat hamba-Nya, sebaliknya manusia kerap kali terjebak pada penilaian subjektif yang dibatasi oleh hawa nafsu serta logika manusia yang sangat terbatas. Ayat ini menegaskan kalau manusia wajib berserah diri kepada keputusan Allah dengan kepercayaan bahwa Allah Maha Mengenali dan Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk setiap hamba-Nya (huznudzhon kepada Allah).
Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah Ayat 216
Berdasarkan beberapa riwayat para mufasir, ayat ini turun berkenaan dengan perintah jihad yang diberikan kepada kalangan Muslimin sehabis mereka hijrah ke Madinah. Pada masa itu, sebagian sahabat Nabi merasa berat buat berperang melawan musuh sebab mereka belum seluruhnya siap secara raga ataupun mental.
Allah juga menurunkan ayat ini untuk menjelaskan bahwa berjihad itu merupakan kebaikan yang murni. Hal ini disebabkan jihad memiliki balasan kebaikan yang besar, menghindarkan dari siksaan yang pedih, pertolongan atas musuh, dan kemenangan dengan ghanimah (harta rampasan perang) dan sebagainya.
Semua itu adalah ganjaran atau akibat baik, dari apa yang pada awalnya tidak mereka sukai dan akan terasa berat ataupun sulit. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui, yaitu Allah lebih mengetahui tentang hasil dari urusan kalian.
Dia telah memberitahu apa yang bermanfaat bagi kalian di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, patuhilah Dia dan taat kepada perintahNya, barang kali kalian mendapat petunjuk. Demikian penjelasan Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 216 tersebut.
Hikmah Pelajaran dari Surat Al Baqarah Ayat 216
Jika kita rangkum, maka beberapa poin hikmah dapat kita ambil dari kajian Surat Al Baqarah ayat 216 ini, yaitu diantaranya :
1. Senantiasa Huznudhon Kepada Allah
Dengan segala keterbatasan manusia dan keagungan Allah subhanahu wata’ala, seringkali manusia luput untuk memahami rencana Allah. Apa yang nampak kurang baik menurut penilaian manusia, sesungguhnya merupakan ujian dari Allah.
Barangsiapa yang bisa lolos dari ujian tersebut dan bersikap sabar maka kebaikan yang lebih besar akan menanti. Sebagaimana banyak Allah sampaikan dalam Al Quran, diantaranya,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Artinya : “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah : 214)
إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌۭ وَأَجْرٌۭ كَبِيرٌۭ
Artinya: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal shalih; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Hud : 11)
وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha : 132)
Kebalikannya suatu yang dikira menyenangkan dan mengasyikkan, seperti berlimpahnya harta ataupun jabatan yang tinggi, juga sesungguhnya merupakan ujian. Jika lolos dari ujian tersebut akan mendapatkan kebaikan, akan tetapi jika tidak lolos dari ujian kesenangan tersebut, malah justru akan membawa keburukan, bukan hanya di dunia tapi juga di akherat kelak.
Hikmah dari surat Al Baqarah ayat 216 ini adalah Allah menyampaikan pesan dengan tegas, bahwa kita seharusnya tidak larut dengan apapun hasil yang kita dapatkan di dunia ini. Tapi senantiasa menyandarkan apapun yang kita terima kepada Allah subhanahu wata’ala, huznudzhonlah selalu kepada Allah Yang Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Penolong dan Maha Berkuasa.
2. Selalu Ikhlas Dan Sabar Dalam Menerima Perintah dan Keputusan Allah
Ayat ini menegaskan tentang pentingnya keikhlasan dan kesabaran dalam menerima ujian dan perintah Allah. Ketika seorang ikhlas menerima takdir serta menjalani dengan penuh kesabaran apapun keputusan Allah untuknya, maka akan dapat menciptakan ketenangan batin.
Ketenangan batin akan membuahkan semangat untuk terus berikhtiar dan berusaha tanpa mengenal putus asa, karena yakin dibalik sebuah musibah ataupun kesulitan dan kegagalan, Allah telah siapkan kemudahan bagi mereka.
Allah telah menegaskan dalam Al Quran,
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al Insyirah : 5)
Keikhlasan dan kesabaran pula yang akan menjadi kunci untuk menggapai keridhaan Allah subhanahu wata’ala.
3. Meyakini Bahwa Ujian Adalah Bukti Kasih Sayang Allah
Ujian dalam hidup merupakan salah satu cara Allah untuk menunjukkan kasih sayang-Nya kepada setiap hamba-Nya, sebagaimana ayat 214 Surat Al Baqarah di atas. Melalui ujian yang diberikan kepada hamba-Nya, Allah sedang mendidik dan menguatkan keyakinan pada diri hamba-hamba-Nya.
Ibarat seorang pelajar yang akan naik kelas, maka wajib untuk lolos mengikuti ujian kenaikan kelas, begitulah manusia dalam menghadapi ujian Allah subhanahu wata’ala. Jika ingin meningkatkan derajatnya di mata Allah, maka manusia wajib menjalani ujian dan lolos dari ujian tersebut.
Berbagai Kisah Hikmah Dalam Kehidupan
Di jaman modern yang penuh dengan tekanan serta persaingan, banyak orang merasa tertekan oleh bermacam tuntutan hidup. Pesan Surat Al-Baqarah ayat 216 memberikan sebuah pelajaran berharga, yaitu tentang pentingnya berserah diri kepada Allah serta menerima seluruh ketentuan-Nya dengan ikhlas dan sabar.
Berikut ini adalah beberapa kisah hikmah dan menarik serta cukup fenomenal yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya. Kisah-kisah ini penulis cuplik dari tulisan Ustadz Arafat dalam channel telegramnya.
Kisah Lelaki Pendaki Gunung Himalaya Dari India
Banyak sekali kisah hikmah yang menjadi bukti dari pesan dalam ayat ini, diantaranya tentang kisah seorang lelaki dari India dan temannya yang sedang mendaki gunung Himalaya. Mereka berdua dalam perjalanan turun dari gunung dan berjuang melawan suhu dingin yang ekstrem.
Di tengah perjalanan mereka menjumpai seorang pendaki lain yang kakinya terjepit di antara bebatuan. Sang lelaki memutuskan untuk menolong orang itu, sementara temannya justru memilih untuk terus berjalan menyelamatkan diri sendiri.
Maka tubuh orang yang tidak berdaya itu dipikul di atas punggung sang lelaki dan mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih. Sesekali sang lelaki merasa kelelahan, ia istirahat sejenak hingga tenaganya pulih kembali.
Meski penuh perjuangan, mereka berdua tiba di kaki gunung dengan selamat. Namun anehnya justru temannya yang sudah berjalan jauh di depannya ternyata belum sampai. Seharusnya ia sudah tiba lebih dulu.
Hingga beberapa jam kemudian, tim SAR mendapat kabar bahwa temannya itu mati membeku di tengah perjalanan. Tubuhnya tak sanggup melawan cuaca dingin yang menusuk tulang itu.
Tersadarlah si lelaki justru karena beban berat yang ia pikul tersebutlah yang menyebabkan tubuhnya berkeringat dan menjaganya tidak membeku. Ditambah lagi punggungnya yang bersentuhan badan dengan orang yang ia tolong, menjaga panas tubuhnya.
Sekali lagi terbukti bahwa terkadang beban yang berat itu menyelamatkan hidup kita.
Kisah Menara Miring di Kota Pisa Italy
Jika disebutkan Torre Pendente, nyaris kita tidak mengetahui bahwa sebenarnya ini adalah nama dalam bahasa Italia yang diberikan pada sebuah bangunan menara delapan lantai di kota Pisa.
Pembangunan itu awalnya merencanakan sebuah menara cantik yang berdiri tegak lurus ke atas langit setinggi 55 meter. Tetapi sayang, para ahli yang merancang tidak memperhitungkan keadaan tanah yang tidak stabil, maka jadilah menara itu miring sejauh lima meter dari posisi tegaknya.
Meskipun bisa dikatakan tidak berhasil, bangunan tersebut justru menjadi daya tarik wisatawan dari seluruh negara, bahkan dijadikan situs warisan dunia oleh UNESCO. Sampai hari ini kita mengenalnya sebagai Menara Miring Pisa.
Kisah Tentang Penelitian Yang Gagal
Kita lanjut ke cerita berbeda, pada tahun 1970 seorang ahli kimia ditugaskan membuat lem kertas super kuat oleh perusahaannya, dialah Dr. Spancer Silver. Sayangnya, penelitian tersebut tidak berhasil.
Lem yang dibuat sang ahli hanya merekat kuat saat ditempelkan, namun jika ditarik kembali lem tersebut mudah terlepas. Meski demikian, penemuan tersebut justru menjadi inspirasi pembatas buku yang bisa merekat dan bisa dilepas lagi. Produk inipun laris di seluruh dunia, yang diberi nama Post-It.
Kisah-kisah hikmah di atas adalah kisah manusia yang mendapatkan takdir yang secara ukuran penilaian manusia tidaklah mengenakkan dan menyenangkan di awal. Akan tetapi mereka menerima dan menjalani dengan keikhlasan, bahkan terus mencoba tanpa menyerah hingga belakangan justru menjadi berkah.
Jadi dalam hidup ini tugas kita adalah berikhtiar, berdoa dan tawakal terhadap setiap keputusan-Nya. Bersabar atas setiap takdir-Nya bukan berarti tidak melakukan apa-apa, akan tetapi terus berusaha memperbaiki apa yang mungkin masih salah di awal.
Jika mengalami ketidakberhasilan, maka jangan putus asa, cobalah kembali. Bisa jadi masih belum berhasil lagi, tapi bersabar dan teruslah mencoba lagi. Boleh jadi kita membenci ketidakberhasilan, padahal di balik itu amat baik buat kita.
Inilah dia prinsip yang harus kita pegang dalam hidup, bahwa tidak berhasil itu bukan berarti akhir dari segalanya. Justru merupakan pertanda bahwa perjalanan yang sedang dilakukan semakin dekat menuju kesuksesan. Kegagalan yang sesungguhnya hanya bagi mereka yang tidak pernah mencoba dan terus berusaha.
Pesan dalam Surat Al-Baqarah ayat 216 mengarahkan kita buat berserah diri kepada Allah, menerima ketentuan-Nya dengan ikhlas, serta memetik hikmah dari tiap peristiwa. Dalam kehidupan, kita kerap kali dihadapkan pada suasana keadaan yang tidak kita sukai, akan tetapi ayat ini menegaskan sekaligus meyakinkan kita bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang terbaik buat kita, sementara kita sangatlah bodoh dan lemah di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Selaku hamba-Nya, tugas kita adalah berikhtiar semaksimal mungkin dan senantiasa bersabar atas segala ujian yang diberikan-Nya serta selalu bersyukur dalam kondisi apapun. Dengan demikian, kita akan bisa menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan dan siap meraih kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Demikianlah artikel tentang hikmah dari Surat Al Baqarah ayat 216, yang kami beri judul Hikmah Surat Al Baqarah Ayat 216 Arab, Latin dan Artinya ini. Mudah-mudahan artikel ini bisa memberikan pencerahan serta motivasi bagi penulis khususnya, dan juga bagi sahabat pembaca semua untuk semakin dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
Wallahu’alam bishawab.