KEJARLAH AKHIRAT MAKA DUNIA AKAN MENGIKUTIMU. Dalam kehidupan yang serba sibuk dan penuh tantangan, seringkali kita terjebak dalam hiruk-pikuk dunia yang penuh materi. Namun, ajaran agama sering mengingatkan kita tentang pentingnya memprioritaskan akhirat.
Frasa inspiratif, “Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu,” mencerminkan filosofi hidup yang menjadikan tujuan akhirat sebagai fokus utama. Pada artikel kali ini kita akan coba berbagi tentang hal ini, termasuk juga hadits dan dalil Al-Quran yang memerintahkan kita untuk memiliki fokus utama pada tujuan-tujuan akhirat.
Sebagai pengantar mari kita ikuti kisah seorang ayah di bawah ini yang penulis kutip dari sebuah grup telegram yang penulis ikuti.
Seorang bapak kira-kira usia 65 tahunan duduk sendiri di sebuah lounge bandara Soekarno Hatta, menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke Surabaya.
Kami bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. Beberapa menit kemudian ia menyapa saya.
“Dik hendak ke Surabaya juga?”
“Saya ke Jombang via Surabaya, Pak. Bapak ke Surabaya?”
“Iya.”
“Bapak sendiri?”
“Iya.” Senyumnya datar. Menghela napas panjang.“Dik kerja dimana?”
“Saya serabutan, Pak,” sahut saya sekenanya.
“Serabutan tapi mapan, ya?” Ia tersenyum. “Kalau saya mapan tapi jiwanya serabutan.”
Saya tertegun. “Kok begitu, Pak?”
Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja. Di Amsterdam, pada sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia. Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.
Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang, dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka airmata di kelopak matanya dengan tisue.
“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya. Semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu duit, duit, dan duit, sampai lalai mendidik anak tentang agama, ibadah, silaturrahmi dan berbakti pada orang tua.
Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat istri saya menjelang meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS tak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya gara-gara harus meeting dengan koleganya dari Swedia. Sibuk. Iya, sibuk sekali…. Sementara anak bungsu saya mengabari via WA bahwa ia sedang mid – test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang…”
“Bapak, Bapak yang sabar ya….”
Tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.
Ia tersenyum kecut.
“Sabar sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik…
Meski telat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup manusia, yakni sangkan paraning dumadi. Bukan materi sebanyak apa pun. Tetapi, dari mana dan hendak ke mana kita akhirnya. Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Di luar itu, semua semu. Tidak hakiki…
Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya….”
Ia mengelus bahu saya –saya tiba-tiba teringat ayah saya.
Spontan saya memeluk Bapak tersebut..
Tak sadar menetes airmata..
Bapak tua tersebut juga meneteskan airmata….
……kejadian ini telah menyadarkan aku, bahwa mendidik anak tujuan utamanya harus menjadikan mereka anak-anak yang sholeh bukan kaya.
Tanpa kita didikpun, rejeki anak sudah dijamin Allah SWT, tapi tidak ada jaminan tentang keimanannya, orang tua yg harus berusaha untuk mendidik dan menanamkannya.
Demikianlah, sedikit kisah pengantar dari bahasan kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu, semoga kisah ini bisa menjadi pembuka bahasan kita tentang bagaimana seharusnya kita sebagai hamba Allah, menetapkan tujuan hidup di dunia ini sesungguhnya.
Ayat Tentang Kejarlah Akhirat Maka Dunia Akan Mengikutimu
Dalam Al Quran Surat Al Qasas ayat 77 Allah subhanahu wata’ala menyampaikan firman-Nya,
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya : “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas :77)
Ayat ini menegaskan pada kita sebuah pemahaman bahwa mencari kebahagiaan di akhirat tidak berarti kita melupakan tanggung jawab kita di dunia ini. Justru, kebaikan yang kita lakukan di dunia ini merupakan bentuk ibadah kepada Allah dan upaya kita untuk menjaga keharmonisan bumi yang diciptakan-Nya.
Begitu pula penjelasan selanjutnya dalam Surat Asy-Syura ayat 20,
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
Artinya : “Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.” (QS. Asy-Syura : 20)
Menurut para Mufassir, ayat ini menjelaskan tentang barang siapa yang menginginkan pahala akhirat dengan amalnya, kemudian dia menunaikan hak-hak Allah dan berinfak mendukung dakwah kepada agama, Kami menambahkan amal perbuatannya kebaikan, lalu amal kebaikannya dilipat gandakan berpuluh kali lipat sesuai yang Allah kehendaki.
Dan barangsiapa yang menginginkan dunia semata dengan amal perbuatannya, maka Kami memberinya apa yang Kami bagikan untuknya, dan di akhirat dia tidak memperoleh pahala apapun. Jadi, jika kita fokus pada tujuan akhirat maka Allah akan tambahkan pahala kebaikannya berlipat-lipat, tanpa mengurangi keuntungan dunianya.
Akan tetapi jika fokusnya adalah mengejar keuntungan di dunia, maka Allah hanya akan memberikan sebagian dari keuntungan dunia tersebut dan Allah hilangkan bagian keuntungan akhiratnya.
Hadist Kejarlah Akhirat Maka Dunia Akan Mengikutimu
Salah satu hadits yang menekankan pentingnya memprioritaskan akhirat adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seperti dikutip dari laman tafsirweb.com tentang tafsir Surat Asy-Syura ayat 20,
Abu Hurairah berkata, Rasulullah pernah membaca firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 20 di atas kemudian beliau bersabda,
Artinya : “Allah berfirman, ‘Wahai Bani Adam, persembahkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan menutup kemiskinanmu; jika itu tidak kalian lakukan, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan, dan aku tidak akan menutup kemiskinanmu.” (HR At-Tirmidzi)
Dalam hadits lain yang diriwatyatkan oleh Zaid ibn Tsabit r.a. Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini mengajarkan bahwa niat dan motivasi hidup haruslah fokus pada akhirat, karena inilah yang akan membawa keberkahan dalam kehidupan dunia. Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu, ketika seseorang mengutamakan nilai-nilai spiritual dan kebaikan di sisi Allah, dunia akan mengikuti sebagai konsekuensinya.
Sebaliknya jika hidup hanya diniatkan untuk fokus pada tujuan dunia, maka Allah akan mencerai beraikan segala urusan dunianya. Dunia bukan mendatangkan keberkahan dan kebahagiaan, justru akan selalu merugi.
Ibroh Yang Bisa Diambil
Dari Ayat Al Quran dan Hadist Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam tentang perintah kejar akhirat maka kita bisa mengambil pelajaran penting yaitu diantaranya :
- Keseimbangan dalam Pencapaian Dunia dan Akhirat
Ayat dan hadits di atas mengingatkan kita tentang pentingnya mencari keseimbangan dalam mencapai keberhasilan di dunia dan akhirat. Pencapaian dunia bukanlah hal yang buruk, selama itu menjadi sarana untuk mencapai keberhasilan di akhirat. - Investasi Spiritual sebagai Prioritas Utama
Pemahaman terhadap prioritas hidup memberikan arahan bahwa investasi spiritual, amal perbuatan yang bermanfaat bagi kehidupan di akhirat, harus menjadi prioritas utama. - Tantangan Menolak Godaan Dunia
Tantangan yang muncul adalah menolak godaan dunia yang menyilaukan. Kita diingatkan bahwa dunia ini hanyalah sebagian kecil dari realitas yang lebih besar di akhirat. - Pengaruh Niat dalam Tindakan
Niat merupakan faktor penentu dalam setiap tindakan. Keinginan tulus untuk mencari keridhaan Allah akan menciptakan keberkahan yang tidak terbatas.
Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu, bukan sekedar tagline ataupun slogan, akan tetapi harus benar-benar kita tanamkan dalam diri kita, agar senantiasa sadar dan ingat akan tujuan utama hadir di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Berikut ini adalah tips yang bisa diamalkan dan dipraktekkan dalam keseharian kita, agar menjadi orang yang selalu beruntung.
- Menyusun Prioritas Hidup
Tentukan / susu prioritas hidup kita. Apakah tujuan kita hanya untuk mencapai keberhasilan dunia ataukah kita mengejar investasi abadi di akhirat? - Berbuat Baik di Dunia untuk Kebaikan di Akhirat
Senantiasa mengisi hari-hari dengan berbuat baik, bermanfaat bagi sesama, dan mengamalkan nilai-nilai kebenaran. Dalam setiap langkah, kita diberikan kesempatan untuk mengumpulkan nilai-nilai kehidupan yang akan menjadi bekal dan investasi yang akan memberikan keuntungan di akhirat. - Mengukur Setiap Langkah dengan Niat yang Jelas
Setiap langkah hidup kita harus diukur dengan niat yang jelas. Apakah langkah kita mengarah pada keuntungan dunia semata, ataukah itu langkah menuju keuntungan abadi di akhirat? - Senantiasa Bersyukur atas Semua Pemberian Allah
Apapun yang kita miliki atau terima saat ini adalah merupakan pemberian dari Allah, bukan karena kehebatan ataupun kepintaran kita pribadi. Dengan demikian akan timbul rasa syukur, sebagai timbal balik dari rasa terimakasih atas semua pemberiannya, baik itu dalam bentuk keuntungan di dunia maupun akhirat. Keikhlasan dalam menerima apapun yang Allah berikan akan membawa kebahagiaan sejati.
Dalam kajian ayat dan hadits ini, kita menyadari bahwa Allah subhanahu wata’ala melalui Rasul-Nya memberikan kebebasan pada kita untuk menentukan keinginan dan prioritas hidup. Namun, kita juga diingatkan untuk memilih dengan bijak, yaitu memprioritaskan keuntungan abadi di akhirat sebagai tujuan utama.
“Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikutimu” merupakan sebuah frasa yang sangat tepat sebagai pengingat. Keberhasilan dunia bukanlah tujuan akhir; itu hanya sebagian kecil dari perjalanan panjang menuju kehidupan abadi di sisi-Nya.
Mari jadikan ayat dan hadits yang telah di sampaikan di atas, sebagai petunjuk yang mendalam dalam menata kehidupan kita. Tujuannya tidak lain agar kita semua bisa mariah kebahagiaan yang tak terhingga di dunia dan akhirat.
Aamiin allahumma aamiin.
Wallahu’alam bishawaab.