Kisah Nabi Yusuf AS dan Mukjizat Nabi Yusuf

KISAH NABI YUSUF DAN MUKJIZAT NABI YUSUF . Sahabat Quran, pengunjung setia Pondok Islami, artikel kali ini penulis akan melanjutkan kisah sejarah 25 Nabi dan Rasul, yaitu tentang kisah Nabi Yusuf a.s, yang tentu akan sarat dengan berbagai peristiwa, dan dapat kita jadikan sebagai pelajaran dan ibrah dalam kehidupan kita saat ini.

Kisah-Nabi-Yusuf-as-mukjizat-nabi-yusuf

NABI IBRAHIM SEBAGAI ABU AL-ANBIIYA (BAPAK PARA NABI)

Nabi Ibrahim a.s, selain dikaruniai seorang anak dari istrinya, Bunda Hajar, yaitu Nabi Ismail a.s, juga memiliki putra dari ibunda Sarah yang bernama Ishaq. Ishaq, anak Nabi Ibrahim ini, adalah salah satu dari sekian nabi Allah SWT.

Ishaq tumbuh dan berkembang bersama ayahnya, Nabi Ibrahim dan menikah, kemudian melahirkan anak bernama Ya’qub. Jadi Ya’qub hidup diantara dua nabi, yaitu kakeknya (Nabi Ibrahim) dan ayahnya (Nabi Ishaq). Kemudian Allah pun menjadikan Ya’qub sebagai seorang nabi. Itulah sebabnya Nabi Ibrahim disebut juga sebagai Abu Al-Anbiya, atau bapak para nabi.

Ya’qub menikah dan melahirkan dua belas anak, dan dua anaknya yang terakhir diberi nama Yusuf dan Benyamin. Mereka berdua telah ditinggal mati oleh ibunya saat measih kecil. Nabi Ya’qub sangat sayang kepada kedua anak terakhirnya ini, karena mereka merupakan anak yatim.

Kepada Ya’qub, Allah berjanji akan mengeluarkan seorang nabi dari keturunannya, sebagaimana Allah telah mengeluarkan seorang nabi dari keturunan Ibrahim.

KISAH NABI YUSUF DAN SAUDARA-SAUDARANYA

Pada suatu hari, Yusuf kecil bercerita kepada ayahnya tentang mimpinya yang aneh. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya. Setelah itu, ia terbangun dan sadar serta menjadi takut dengan mimpi anehnya itu.

Mendengar cerita putranya, Nabi Ya’qub merasa bahwa anaknya ini akan mendapatkan posisi yang agung dan akan menjadi orang besar kelak. Oleh karenanya, Ya’qub menasihati Yusuf agar menyimpan dan tidak menceritakan isi mimpinya kepada siapa pun.

Ya’qub berkata, ” Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat makar (untuk membinasakanmu). Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Ya’qub merasakan bahwa saudara-saudara Yusuf memiliki rasa dengki kepada Yusuf, sehingga ia khawatir apabila mereka mengetahui isi mimpi Yusuf ini, mereka akan semakin memusuhi Yusuf. Namun, ternyata Yusuf bercerita juga kepada saudara-saudaranya, tentang mimpinya itu.

Pada suatu saat saudara-saudara Yusuf yang berjumlah sepuluh orang duduk di ladang penggembalaan kambing mereka. Salah seorang dari mereka mengatakan, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Benyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita ini adalah satu golongan yang kuat. Sesungguhnya ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.”

Salah seorang lain berkata, “Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.”

Sementara itu saudara tertua mereka memberikan usul, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang musafir yang lewat, lalu menjualnya.”

Usulan ini pun disepakati mereka dan mereka berencana memasukkan Yusuf ke dalam sumur. Harapannya setelah dimasukkan ke dalam sumur, ada musafir yang lewat dan mengambilnya untuk kemudian dijual. Dengan demikian mereka tidak dicatat Allah telah membunuh Yusuf.

Saudara-saudara Yusuf kemudian datang kepada ayah mereka, Ya’qub, dan berkata,”Wahai Ayah kami, apa sebabnya engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main. Sesungguhnya kami pasti menjaganya.”

Ya’qub berkata, “Akan tetapi, aku takut kalian pergi bermain-main dan meninggalkannya sehingga serigala memakannya, karena dia masih kecil dan belum dapat menjaga dirinya sendiri.”

“Bagaimana serigala akan memakannya, sedang kita adalah sepuluh lelaki. Serigala tidak akan mampu melakukannya dan pasti dia akan lari karena takut kepada kita,” kata mereka.

Ya’qub pun percaya dengan janji anak-anaknya dan menasihati jika Yusuf lapar, maka mereka harus memberinya makan, demikian juga jika ia haus, maka mereka harus memberinya air minum.

Selanjutnya, mereka pergi membawa Yusuf di pundaknya, hingga hilanglah mereka dari pandangan mata ayahnya. Setelah jauh, mereka meletakkan Yusuf di atas tanah. Akan tetapi, mereka dikagetkan Yusuf lagi, karena Yusuf berkata tentang apa yang akan mereka perbuat, yakni bahwa mereka akan melemparkan Yusuf ke dalam sumur.

Mendengar ini mereka pun bertambah keterlaluan dan berkeinginan kuat untuk membunuhnya. Mereka lantas melepaskan baju Yusuf dan kemudian melemparkannya ke dalam sumur.

Tidak berapa lama setelah melempar Yusuf ke dalam sumur, mereka kemudian menyembelih kambing kecil dan melumurkan darahnya pada baju Yusuf. Selanjutnya, mereka kembali kepada ayahnya seraya menangis.

Mereka berkata menceritakan kisah nabi Yusuf, “Wahai Ayah kami, sesungguhnyakami pergi dan melakukan perlombaan dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami. Lalu dia dimakan serigala, dan engkau sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.”

Mereka memberikan baju Yusuf kepada ayahnya. Namun ayahnya curiga karena menemukan baju tersebut tidak tercabik-cabik, seolah serigala melepas baju Yusuf, lalu memakannya. Maka Yaq’ub berkata, “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

Ketika mendengar kisah Nabi Yusuf tersebut, tidak ada sesuatu yang lain yang dilakukan Ya’qub, kecuali bersabar menerima takdir Allah. Walaupun harus berpisah dengan Yusuf yang masih kecil dan yang sangat disayanginya itu.

KISAH NABI YUSUF DAN ZULAIKHA

Sekarang Yusuf berada di dalam sumur menangisi dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba ia melihat timba kecil dengan sejuntai tali menjulur turun ke dasar sumur. Maka ia pun bergantung pada tali dan keluar bersama tali ini.

Ketika itu ada seorang lelaki yang menimba air berteriak, “Oh, kabar gembira ! Ada seorang anak kecil !”. Lelaki ini pada asalnya ingin mengambil air untuk kafilah pedagang, namun ia malah mendapatkan seorang anak kecil yang sangat tampan. Dengan demikian, ia dapat menjualnya di Mesir dan ia tidak ragu lagi bahwa ia akan mendapatkan keuntungan besar.

Yusuf pun akhirnya ditawan untuk dijual sebagai budak di Mesir, dan yang membelinya adalah seorang pembesar Mesir. Pembesar Mesir ini berpesan kepada istrinya yang benama Zulaikha, agar memperhatikan Yusuf, karena ia adalah seorang anak yang cerdas dan tampan. Barangkali anak kecil ini dapat menjadi ganti dari tidak terlahirnya anak dari pernikahan mereka berdua.

Zulaikha sangat menaruh perhatian kepada Yusuf. Ia melihatnya sebagai seorang pemuda yang tumbuh berkembang di hadapan matanya; karenanya ia sangat mencintainya.

Suatu hari Zulaikha meliburkan para pembantunya dan menutup semua pintu istana. Ia berencana ingin berbuat jahat kepada Yusuf. Namun, Yusuf lari darinya, dan Zulaikha ini pun mengejar Yusuf hingga menyobek bajunya.

Tiba-tiba pintu terbuka, ternyata yang di depan pintu adalah sang suami bersama anak paman istrinya. Maka dengan cepat ia berbuat kebohongan dengan berkata : “Yusuflah yang menginginkan berbuat jahat kepadaku.”

Anak pamannya berkata : “Kita lihat saja baju Yusuf. Apabila sobek dari depan, maka kamulah yang benar, dan apabila disobek dari belakang, maka kamulah yang bohong dan dialah yang benar.”

Akhirnya, semua mengetahui kejujuran Yusuf, karena Allah telah menyelamatkannya. Setelah mendengar desas desus kisah Nabi Yusuf dan dirinya, Zulaikha pun ingin membungkam mulut-mulut yang membicarakan tentang dirinya. Ia pun mengumpulkan semua semua istri para menteri, menyiapkan suatu tempat untuk mereka, menyuguhkan buah apel, dan memberikan pisau untuk setiap perempuan yang hadir di perjamuan tersebut.

Ketika mereka telah berada di dalam ruangan, Zulaikha memerintahkan Yusuf untuk masuk kedalam ruangan. Saat wanita-wanita itu melihat ketampanan Yusuf yang luar biasa, tanpa sadar mereka memotong tangan-tangan mereka sendiri yang dikiranya buah-buahan.

Sementara itu para lelaki yang mengkhawatirkan istri-istri mereka dari Yusuf, akhirnya bersepakat untuk memasukkan Yusuf ke dalam penjara secara zhalim. Padahal Yusuf sama sekali tidak melakukan perbuatan jahat apapun atau melakukan kesalahan/dosa apa pun yang mengharuskannya dipenjara.

MUKJIZAT NABI YUSUF

nabi-yusuf

Pada saat itu Raja Mesir sudah lama berkuasa. Oleh karena itu, sebagian orang berniat membunuhnya dengan membubuhkan racun dalam roti yang dibuat oleh pembuat roti kerajaan. Mereka juga berusaha memasukkan racun ke dalam minuman yang dibuat oleh pembuat minuman kerajaan. Akan tetapi, pembuat minuman tidak mau diajak kompromi dalam kejahatan ini, dan ia menolaknya.

Mengetahui rekayasa ini, sang raja memerintahkan untuk memenjarakan pembuat roti dan pembuat minuman untuk diperiksa urusannya. Pembuat minuman dan pembuat roti itupun lalu masuk ke dalam penjara. Saat masuk penjara, keduanya bertemu dengan Yusuf yang telah lebih dahulu ada di dalam penjara.

Yusuf adalah seorang yang berakhlak baik dan disukai semua orang. Pada suatu malam, pembuat roti dan pembuat minuman kerjaan itu bermimpi. Pembuat minuman bermimpi bahwa ia memberi minum raja sebagaimana ketika ia belum dipenjara, sedangkan pembuat roti bermimpi bahwa ia disalib di atas papan kayu dan kepalanya dimakan burung-burung buas (seperti burung rajawali, burung gagak, burung elang, dan burung hantu).

Yusuf menafsirkan mimpi mereka. Untuk pembuat minuman raja, Yusuf menafsirkan bahwa ia akan kembali pada pekerjaannya dan bebas dari tuduhan, sedangkan pembuat roti akan disalib dan mati sebagaimana yang ia lihat dalam mimpinya.

Kepada pembuat minuman, Yusuf berpesan agar ia menceritakan kisah Nabi Yusuf kepada sang Raja, supaya Yusuf dikeluarkan dari penjara yang menahannya secara zhalim. Namun, setelah pembuat minuman itu benar-benar keluar dari penjara, ia lupa akan pesan Yusuf sehingga Yusuf tetap berada dalam penjara selama sembilan tahun.

Tahun berganti, suatu saat Raja bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat tujuh sapi yang gemuk keluar dari sungai Nil. Kemudian datang tujuh sapi yang kurus memakan tujuh sapi yang gemuk tersebut. Selanjutnya, ia melihat tujuh bulir hijau dan tujuh bulir kering.

Raja bangun dari tidurnya dengan kaget, kemudian tidur kembali dan masih tetap bermimpi seperti mimpi sebelum-sebelumnya. Ia pun kembali terbangun dan berteriak dengan kerasnya. Selanjutnya ia berkata kepada pengawalnya, “Beri pendapat tentang mimpiku. Tafsirkan mimpiku ini !”

Mereka berkata, “Itu hanya pikiran dan was-was saja.”

“Tidak-tidak ! Sesungguhnya mimpiku ini berulang kali.”, kata raja.

Pembuat minuman kerajaan baru teringat kepada Yusuf, seorang pemuda yang telah menafsirkan mimpinya ketika ia masih dalam penjara. Ia menyampaikan kepada sang raja mengenai kisah Nabi Yusuf dan berkata, “Utuslah aku kepada Yusuf di dalam penjara.”

Pembuat minuman pun menemui Yusuf di dalam penjara, dan menceritakan mimpi raja kepada Yusuf, agar ditafsirkannya. Yusuf berkata, “Kalian akan menanam tanaman selama tujuh tahun berkesinambungan, kemudian setelah itu akan datang masa kekeringan tanpa hujan selama tujuh tahun.

Kemudian akan datang setelahnya masa turun hujan kembali selama tujuh tahun, sehingga kalian dapat kembali menanam tanaman. Hewan-hewan juga ikut memakan tumbuhan sehingga kalian dapat memerah susunya, kemudian kalian meminumnya.”

Mendengar tafsir Yusuf ini, raja merasa gembira. Oleh sebab itu, ia berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku!”. Ketika utusan raja datang kepada Yusuf di dalam penjara, Yusuf berkata, “Kembalilah kepada raja dan tanyailah mengenai tuduhan terhadap diriku dan menenai wanita-wanita yang ikut makan dalam perjamuan.”

Raja pun mengumpulkan wanita-wanita tersebut dan bertanya,”Apa pendapat kalian tentang Yusuf?” Mereka menjawab,”Maha sempurna Allah, kami tidak mengetahui suatu keburukan pun darinya. Demi Allah, dia bebas dari tuduhan itu.”

Sementara Zulaikha pun ikut berkata setelah mendengarkan kisah Nabi Yusuf tersebut, “Sekarang tampaklah kebenaran. Yusuf adalah yang bebas dari tuduhan itu dan akulah sebenarnya yang berbuat zhalim. Akan tetapi, kezhaliman itu adalah karena nafsu yang selalu mengajak pada kejahatan.”

Maka keluarlah Yusuf dari penjara dalam keadaan bebas dari tuduhan. Setelah bebas, sang raja berkata kepadanya,”Sesungguhnya mulai hari ini kamu menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami, maka ambillah kedudukan ini jika kamu menginginkannya.”

“Jadikanlah aku bendaharawan Mesir. Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” sambung Yusuf. Maka raja pun memberikan jabatan pembesar menteri kepada Yusuf.

Karena mukjizat Nabi Yusuf yang Allah berikan sebagai seorang Nabi, kini ia menjadi pembesar Mesir dan kisah Nabi Yusuf dimulai dengan lembaran hidup baru setelah di dalam penjara dan hidup sebagai budak.

NABI YUSUF BERTEMU SAUDARANYA

Sementara itu kelaparan dan kekeringan telah menyerang semua kawasan, lebih-lebih Mesir dan Syam. Tidak ketinggalan juga saudara-saudara Yusuf yang berada di Syam. Untuk mendapatkan makanan saja, mereka harus datang ke Mesir.

Raja Mesir juga telah mengeluarkan perintah agar menyimpan makanan dan biji-bijian selama musim penghujan dan tanaman sebagai persiapan untuk menghadapi masa kekeringan seperti yang dilihat dalam mimpi.

Saudara-saudara Yusuf membawa barang-barang dagangan ke Mesir, untuk ditukar dengan bahan makanan. Mereka bertemu Yusuf, akan tetapi mereka tidak mengenalinya, karena mereka berpikir bahwa Yusuf sudah mati saat dimasukkan dalam sumur.

Yusuf, walaupun mengenali kedatangan saudara-saudaranya tetap memperlakukan mereka dengan lembut. Yusuf pun mempersilahkan saudara-saudaranya untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka pun mulai menceritakan tentang siapa mereka, tentang kisah Nabi Yusuf saudara mereka, yang telah hilang dan saudara Yusuf lainnya yang bernama Benyamin dan masih tinggal di Syam bersama ayah mereka.

Yusuf pun berkata kepada saudara-saudaranya, “Aku tidak akan memberikan bahan makanan lagi kepada kalian, sampai kalian datang kepadaku bersama dengan saudara kalian itu.”

Selanjutnya, Yusuf memerintahkan para pasukan untuk memasukkan barang-barang yang telah mereka tukarkan ke dalam karung-karung tanpa sepengetahuan mereka, agar lain kali mereka kembali lagi ke Mesir.

Sementara itu mereka kembali kepada ayahnya, dan berkata, “Wahai Ayah, pembesar Mesir itu tidak akan memberikan bahan makanan lagi kepada kita, kecuali kita kembali kepada mereka dengan membawa saudara kami, Benyamin.”

Ya’qub berkata, “Bagaimana mungkin aku mempercayai kalian, sedang aku sebelumnya telah mempercayakan Yusuf pada kalian, tapi kalian menyia-nyiakan kepercayaanku itu.”

Mereka membuka karung-karung, tiba-tiba mereka menemukan bahwa barang-barang yang mereka bawa ke Mesir, ternyata dikembalikan. Maka mereka berkata, “Wahai Ayah, inilah tanda kejujuran kami.”

Setelah itu, mereka bersumpah kepada Allah, untuk mengembalikan saudara mereka, Benyamin kepada Ya’qub, kecuali takdir Allah menentukan lain. Dan kali ini Ya’qub menyetujui kepergian mereka, maka Benyamin pun pergi ke Mesir bersama dengan saudara-saudaranya, dan tidak mengetahui apa yang akan terjadi di sana.

Selanjutnya, Nabi Yusuf membuat rekayasa untuk saudara-saudaranya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk meletakkan tempat minum raja ke dalam karung Benyamin. Tujuannya agar ketika mereka nanti diperintahkan untuk mencarinya kembali, tempat minum raja tersebut ditemukannya di karung Benyamin, saudara seibunya tersebut.

Setelah tempat minum itu dimasukkan ke dalam karung Benyamin, terdengarlah suara pengumuman bahwa tempat minum raja telah hilang dari tempatnya dan dicuri seseorang. Barangsiapa dapat mengembalikannya, maka baginya hadiah makanan sebanyak bawaan unta.

Mendengar pengumuman ini, saudara-saudara Yusuf berkata, “Kami semua adalah anak seorang nabi, bagaimana kami mencuri ?” Walau demikian, para pengawal raja tetap memeriksa karung mereka satu persatu. Pertama-tama yang diperiksa adalah karung bawaan saudara Yusuf lain ibu, baru kemudian memeriksa karung Benyamin.

Di karung Benyamin inilah para penjaga menemukan tempat minum raja yang mereka cari-cari itu. Akibat temuan ini, maka para pengawal lalu membawanya menghadap Yusuf, yang sebenarnya Yusuflah yang merencanakan sebelumnya semua skenario itu, serta memerintahkan pengawalnya agar tetap merahasiakannya.

Setelah tempat minum raja ditemukan di karung Benyamin, dan membawanya menghadap Yusuf, maka saudara-saudara Yusuf pun melakukan negosiasi dengan Yusuf. Mereka berkata, “Ambillah seorang dari kami sebagai ganti Benyamin. Sesungguhnya ayah Benyamin adalah seorang yang sudah tua.”

Yusuf pun menjawab, “Kami sekali-kali tidak akan mengambil, kecuali orang yang telah kami temukan terbukti mencuri.”

Karena jawaban serta keputusan Yusuf inilah, maka saudara-saudara Yusuf merasa putus asa dapat membebaskan Benyamin dari tawanan Yusuf dan membawanya pulang ke kampung halaman kembali. Mereka tidak tahu harus berbuat dan berkata apa tatkala nanti ditanya ayah mereka, Ya’qub tentang Benyamin, sesampainya di rumah nanti.

Saudara-saudara Yusuf bingung, karena sebelum berangkat mereka telah bersumpah dengan nama Allah kepada Ya’qub untuk mengajak pulang kembali Benyamin bersama mereka. Sungguh, sebelumnya mereka telah menyingkirkan Yusuf dari sisi ayahnya dengan sengaja, dan sekarang Benyamin pun tidak bisa mereka ajak pulang kembali menghadap ayahnya.

Mereka semua kemudian menjadi bingung, hingga akhirnya saudara tertua mengajukan usulan dengan berkata, “Sebaiknya kita kembali pulang. Jika ayah bertanya tentang Benyamin, jawablah ‘Sesungguhnya anakmu Benyamin telah mencuri tempat minum raja.’ Apabila ayah tidak mempercayai perkataan kami, maka tanyakanlah kepada rombongan lain yang berangkat bersama kami.”

Saudara-saudara Yusuf pun akhirnya pulang kembali ke rumah mereka tanpa Benyamin. Sesampainya di rumah, dan mendapati berita bahwa Benyamin tidak lagi bersama saudara-saudaranya yang lain, membuat Ya’qub larut dalam duka dan kesedihan yang sangat dalam, hingga membuat kedua matanya buta karena terlalu sering menangis.

Dalam keadaan menanggung duka yang mendalam ini, Ya’qub lalu teringat dengan Yusuf, yang telah hilang jauh sebelum kejadian Benyamin ini, karena disia-siakan oleh saudara-saudaranya.

Dengan menghubungkan peristiwa hilangnya Yusuf dan Benyamin ini, maka Ya’qub kemudian memberikan perintah kepada anak-anaknya, Ya’qub berkata, “Pergilah kalian dan carilah Yusuf. Sesungguhnya sekarang ini aku merasakan bahwa Yusuf masih hidup.”

Mereka menjawab, “Yusuf lagi, Yusuf lagi ! Ayah sudah tua dan sebentar lagi akan meninggal. Apakah Ayah akan selalu menyebut nama Yusuf hingga meninggal nanti ?”

PERTEMUAN NABI YUSUF DENGAN YA’QUB

Akibat bekal makanan semakin menipis, maka saudara-saudara Yusuf akhirnya berangkat lagi ke Mesir untuk menukarkan barang-barang berharga milik mereka dengan makanan. Namun kali ini jumlah barang yang akan ditukarkan dengan makanan tidak sebanyak sebelumnya.

Ketika bertemu kembali dengan Yusuf, saudara-saudaranya pun meminta belas kasihan, agar diberikan shadaqah dan makanan untuk mereka. Saat itu Yusuf pun berkata, “Apakah kalian semua masih ingat tentang perlakuan yang telah kalian timpakan kepada Yusuf ketika dulu ?”

Mendengar perkataan Yusuf, saudara-saudaranya tersentak dan termenung dan berpikir. Semakin kuatlah dugaan mereka akan kebenaran perkataan ayah mereka, tentang keberadaan Yusuf. Tak mungkin ada orang lain yang mengetahui perlakuan mereka kepada Yusuf kecuali orangnya sendiri, yaitu Yusuf.

Akibatnya mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Apakah Paduka ini Yusuf ?”

Yusuf pun menjawab, “Benar, aku adalah Yusuf, dan ini adalah saudaraku (Benyamin). Sungguh Allah telah memberikan nikmat-Nya kepada kami berdua. Sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Mereka menjawab, “Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan kalian atas kami dan sungguh kami ini adalah orang-orang yang bersalah.”

Yusuf berkata,”Semoga Allah berbelaskasihan kepada kalian dan mengampuniku dan kalian semua. Akan tetapi, sekarang ada pekerjaan buat kalian semua. Pulanglah kalian dengan membawa bajuku ini. Ketika kalian semua sampai di rumah, maka usapkanlah bajuku ini ke wajah ayahku, maka ayah akan dapat melihat lagi. Ajaklah ayahku dan keluarga kalian semua ke Mesir.”

Belum lagi rombongan anak-anak Yaqub yang diutus menghadap raja bertolak meninggalkan Mesir, Ya’qub telah dapat mencium aroma baju Yusuf, sehingga Ya’qub berteriak kegirangan di hadapan anak-anaknya yang lain, yang tidak ikut rombongan ke Mesir kali ini, sambil berkata, “Sesungguhnya ini adalah aroma Yusuf. Sekarang aku telah merasakannya !”

Teriakan Ya’qub ini menjadikan saudara-saudara Yusuf yang tinggal di rumah mengira bahwa Ya’qub telah gila. Dan ternyata benar, tak lama setelah itu datanglah anak-anaknya yang telah pulang dari Mesir, sambil membawa baju Yusuf. Lalu diusapkannya baju Yusuf tersebut ke wajah ayahnya, hingga penglihatannya dapat pulih kembali seperti semula.

Kemudian saudara-saudara Yusuf bersimpuh di hadapan Ya’qub memohon agar ayah mereka memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan yang telah mereka lakukan kepada Yusuf, dan Ya’qub pun melakukannya.

Setelah menceritakan kisah Nabi Yusuf kepada Ya’qub dan pertemuan mereka dengan Yusuf berikut pesannya, maka mereka pun melakukan persiapan secukupnya untuk berangkat menuju Mesir. Sementara itu di Mesir Yusuf tengah bersiap-siap menyambut sendiri kedatangan rombongan ini.

Setelah sampai di hadapan Nabi Yusuf, tiba-tiba sebelas saudara Yusuf, ayah beserta ibunya bersujud kepada Yusuf. Melihat itu, Yusuf lalu mempersilahkan ayah dan ibunya ke singgasana sambil berkata, “Wahai Ayahku, inilah tafsir mimpiku sewaktu aku masih kecil tentang adanya sebelas bintang, matahari dan rembulan yang kulihat semuanya bersujud kepadaku. Sungguh Allah SWT, telah menjadikannya sebagai kenyataan dan Dia telah menyelamatkanku dari tindakan buruk serta menjadikan saudara-saudaraku bertaubat”.

Selanjutnya keluarga Nabi Yusuf tinggal di Mesir dan hidup di sana. Sementara itu Nabi Yusuf bermunajat kepada Allah SWT dan berdoa,

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takbir mimpi. (Ya Tuhan), Pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat; wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih” (QS. Yusuf : 101)

Demikianlah sahabat quran, pembaca setia Pondok Islami, artikel yang cukup panjang tentang Kisah Nabi Yusuf A.S. dan Mukjizat Nabi Yusuf. Sahabat pembaca juga dapat mengikuti kisah 25 nabi lainnya pada artikel di blog ini. Semoga dapat menjadi penambah wawasan dan bisa mengambil ibrah/pelajaran dari kisah Nabi Yusuf A.S dan Mukjizat Nabi Yusuf ini.

Wallahu’alam bishaawab.

Sumber : Ditulis ulang dari buku “Kisah Para Nabi Untuk Anak”, dengan judul Kisah Nabi Yusuf dan Mukjizat Nabi Yusuf karya Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir, penerbit Irsyad Baitus Salam

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

(Ebook GRATIS) Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
This is default text for notification bar