PENGERTIAN ZUHUD DAN ARTI ZUHUD DALAM ISLAM. Sahabat quran yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT. Taukah sahabat apa itu zuhud ? Saat kita mempelajari teladan kehidupan junjungan kita Rasulullah SAW, maka salah satu pelajaran penting yang beliau sampaikan adalah terkait dengan perilaku hidup zuhud. Apa arti zuhud itu sebenarnya ? Apa pula pengertian zuhud sesungguhnya dalam islam ?
Yuk kita lihat lebih jauh tentang zuhud ini dengan diawali oleh hadist Rasulllah SAW yang artinya :
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti sepeninggalku atas diri kalian ialah dibukanya pintu-pintu kemewahan dunia dan keindahan perhiasannya.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Umumnya, orientasi dan obsesi manusia zaman sekarang hanya terfokus atas dunia materi. Perilaku mereka cenderung materialistik. Bagi mereka, tidak ada sesuatu yang lebih utama dalam kehidupan ini selain harta. Demi memuaskan “kegilaan” terhadap dunia ini, mereka berani melanggar ajaran agama.
Mereka lebih memilih kenikmatan di dunia dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat kelak. Sikap materialistik ini menyebabkan hilangnya keseimbangan dalam diri mereka. Oleh karena itu, perilaku mereka cenderung pragmatis dan ingin segala sesuatunya bisa diraih secara instan meski harus mengorbankan akidah sekalipun.
Tujuan mereka ingin menggapai kebahagiaan dunia dengan mendapatkan kekayaan materialistik sebanyak-banyaknya. Padahal sesungguhnya perlahan tapi pasti mereka akan menjerumuskan diri mereka dalam ke-fanaan dan kesia-siaan yang tidak berujung. Bahkan para ahli psikologi keuangan sampai melakukan penelitian tentang fenomena ini yang dikenal dengan istilah fenomena Hedonic Treadmill.
Jiwa manusia yang gila dunia itu benar-benar kosong dari nilai-nilai rohani. Hidup mereka jauh dari nilai-nilai luhur kehidupan. Manusia yang dirasuki cinta dunia, sikap beragamanya tidak berbanding lurus dengan obsesi keduniaannya.
Ilmunya tidak selaras dengan perbuatannya. Kehidupan akhiratnya terabaikan oleh kegilaannya pada materi duniawi. Manusia yang cinta dunia akan menghabiskan kenikmatan dunia sebagai tujuan utama hidupnya, muara obsesinya dan puncak kesenangannya.
Agama Islam tidak mengajarkan anti dunia. Ajaran Islam tidak melarang pemeluknya menjadi kaya raya secara materi ataupun menyandang gelar duniawi lainnya. Akan tetapi, ajaran Islam menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk mentradisikan perilaku zuhud, yaitu menjaga hati dari cinta dunia dan cinta harta bendawi.
Ajaran Islam menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk mentradisikan perilaku zuhud, yaitu menjaga hati dari cinta dunia dan cinta harta bendawi.
Hal tersebut dianjurkan agar kaum Muslimin tidak dikendalikan dunia, tetapi justru dapat mengendalikan dunia. Zuhud bukan berarti anti dunia. Arti zuhud adalah membersihkan hati dari kecintaan dan kegilaan terhadap kenikmatan semu duniawi.
Dalam hidup ini, tidak ada satu pun manusia yang bisa terpuaskan hasrat duniawinya, jika tidak membiasakan perilaku zuhud dalam kehidupannya. Manusia yang cinta dunia akan sulit untuk bisa menjadi kaya jiwanya. Ajaran Islam menyuruh pengikutnya mengendalikan dunia untuk investasi akhiratnya.
Ajaran Islam juga memperingatkan kaum Muslimin untuk tidak terperangkap kekayaan duniawi sehingga melalaikan kehidupan di akhirat kelak. Itulah pengertian zuhud sesungguhnya dalam Islam. Dalam ajaran Islam, orang kaya yang hatinya selalu bersyukur dan selalu ingat kepada Allah SWT, jauh lebih baik daripada orang miskin yang tidak bersyukur dan lalai kepada Allah SWT.
Simak juga artikel : Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan Dalam Islam
DALIL AL-QURAN TENTANG ZUHUD
Berikut ini beberapa ayat Al Quran dan Hadist Rasulullah SAW dari kitab Riyadhushshalihin, karya Imam Nawawi, yang berkaitan dengan zuhud.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid : 20)
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fathir : 5)
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” (QS. At-Takatsur : 1-7)
HADIST RASULULLAH SAW TENTANG PENGERTIAN ZUHUD
Berdasarkan riwayat Abu Said Al Khudri, pada suatu saat Rasulullah SAW sedang duduk di atas mimbar, sedangkan para sahabat duduk bersila bersama mengelilingi mimbar. Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti sepeninggalku atas diri kalian ialah dibukanya pintu-pintu kemewahan dunia dan keindahan perhiasannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Said Al Khudri pun meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya dunia itu manis dan menghijau. Dan sesungguhnya Allah mengangkat kalian sebagai khalifah di dalamnya untuk melihat (menguji) bagaimana kalian bekerja. Maka berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tentang pengertian zuhud dan arti zuhud sendiri Abu Dzar meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,
“Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkan yang halal, juga bukan menyia-nyiakan harta, melainkan zuhud itu adalah engkau tidak menggantungkan diri kepada sesuatu yang ada pada dirimu, tetapi lebih percaya kepada sesuatu yang ada di tangan Allah. Juga lebih banyak mengharapkan pahala sewaktu menerima musibah dan engkau lebih senang menerima musibah sekalipun musibah itu menimpa selama hidupmu (sebab pahalanya besar). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Mastur bin Syadad meriwayatkan , Rasulullah SAW bersabda,
“Demi Allah, perbandingan dunia dengan akhirat seperti seseorang mencelupkan tangannya ke dalam lautan, kemudian diangkat, lihatlah apa yang tersisa di tangannya.” (HR. Muslim)
Kisah Abu Ubaidah dan Harta Jisyah
Dari sahabat Amru bin Auf Al Anshari menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ke Bahrain untuk memungut jisyah (upeti) karena Rasulullah SAW telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Bahrain dan mengangkat Alaa’ bin Hadhrami sebagai gubernurnya.
Kemudian, Abu Ubaidah kembali dengan membawa harta dari Bahrain. Mendengar kedatangan Abu Ubaidah, orang-orang Anshar sengaja melaksanakan shalat subuh bersama Rasulullah SAW. Usai shalat, Rasulullah SAW beranjak, tetapi orang-orang Anshar menghalanginya.
Melihat tingkah kaum Anshar tersebut, Rasulullah SAW hanya tersenyum sambil berkata,
“Aku tahu kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain dengan membawa harta upeti.”
Mereka berkata, “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Bergembiralah dan berharaplah agar mendapatkan sesuatu yang menyenangkan kamu sekalian. Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, melainkan yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kisah Bangkai Anak Kambing
Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW singgah di sebuah pasar, Rasulullah SAW bersabda, orang-orang mengelilingi beliau. Rasulullah SAW lalu melintas di dekat bangkai anak kambing yang bertelinga kecil. Rasulullah SAW kemudian berujar kepada orang-orang di sekelilingnya,
“Siapa diantara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan harta satu dirham?”
Mereka menjawab, “Tiada satupun di antara kami yang mau membelinya. lagi pula apa yang bisa kami perbuat dengan bangkai kambing ini?”
Rasulullah SAW berkata lagi, “Maukah kalian jika aku hadiahkan bangkai anak kambing ini untuk kalian?”
Mereka menjawab, “Demi Tuhan, kalaupun anak kambing hidup, kami enggan menerimanya karena cacat di telinganya. Apalagi anak kambing ini sudah mati.”
Rasulullah SAW kemudian bertutur, “Demi Allah, dunia dan seisinya ini lebih hina (rendah) di mata Allah dibandingkan dengan bangkai anak kambing ini. Oleh karena itu, waspadalah kalian.” (HR. Muslim)
“Demi Allah, dunia dan seisinya ini lebih hina (rendah) di mata Allah dibandingkan dengan bangkai anak kambing ini. Oleh karena itu, waspadalah kalian.” (HR. Muslim)
Kisah Abdullah Bin Umar dan Sifat Zuhud
Rasulullah SAW bertutur,
“Barang siapa yang hatinya telah dirasuki (didominasi) kecintaan duniawi, ia akan selalu diliputi oleh tiga perkara, yaitu : (1) kesengsaraan yang tidak ada habisnya; (2) rakus yang tidak berkesudahan; (3) angan-angan yang tidak ada ujungnya” (HR. Thabrani)
Abdullah bin Umar meriwayatkan,
“Suatu hari, Rasulullah SAW menasihati diriku seraya bersabda, “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR Bukhari)
Beliau lantas mencontohkan langsung kepada kami bagaimana dan untuk apa sebenarnya hidup di duni aini. Rasulullah SAW adalah orang yang paling rajin bekerja dan beramal saleh, paling semangat dalam ibadah, dan paling gigih dalam berjihad.
Akan tetapi, pada saaat yang sama, beliau tidak mengambil hasil dari semua jerih payahnya di dunia berupa harta dan kenikmatan dunia. Rasulullah SAW lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan keridhaan Allah SWT.
Lebih lanjut, Abdullah bin Umar bertutur, “Jika engkau berada pada petang hari, jangan tunggu waktu pagi. Jika engkau berada pada waktu pagi, jangan tunggu waktu sore. Jagalah kesehatanmu agar terhindar dari sakit. Persiapkan hidupmu guna menghadapi kematian.”(HR. Bukhari)
Para ahli hadist menjelaskan esensi ungkapan putra Umar bin Khattab tersebut bahwa hendaknya setiap insan tidak merasa puas dan nyaman, apalagi sampai menjadikan dunia tujuan hidupnya. Jika dunia dijadikan sandaran utama, niscaya kehidupan akhirat akan terabaikan.
Padahal, sejatinya setiap insan menganggap dunia ini tidak lebih dari tempat singgah sementara untuk sebuah perjalanan menuju kehidupan akhirat. Oleh karena itu, pantaskah orang hanya menyibukkan diri dengan sesuatu yang sementara dengan meninggalkan sesuatu yang kekal abadi ?
Rasulullah berkata kepada seorang lelaki yang mendatanginya suatu ketika dan bertanya kepada Rasulullah SAW, ” Ya Rasulullah, tunjukilah aku suatu amalan yang jika aku mengerjakannya, Allah dan manusia cinta padaku ?”
Rasulullah kemudian menjawab,
“Zuhudlah di dunia, niscaya Allah cinta kepadamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah)
Sejak empat belas abad yang lalu Rasulullah SAW telah berkata bahwa sumber segala kejahatan yang ada di dunia ini bermula dari kerakusan atau kecintaan yang berlebihan pada dunia dan pola hidup materialisme.
Oleh karena itu, Rasulullah selalu memberikan contoh dan teladan tentang hidup dan perilaku zuhud, bukan karena Rasulullah miskin, akan tetapi karena senantiasa membiasakan diri berperilaku zuhud (menjaga hati dari cinta dunia) merupakan perilaku terpuji dan dicintai Allah SWT.
Yuk, sahabat quran yang senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT, mulailah dari diri kita untuk berlatih berperilaku zuhud seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Zuhud bukanlah anti dunia, akan tetapi menghindari pendewaan terhadap harta benda, tidak rakus terhadap kemewahan duniawi, menerima nikmat Allah SWT dengan perasaan qana’ah (puas dan merasa cukup).
Cenderung lebih mengutamakan imbalan pahala akhirat, memilih hidup sederhana dan bersahaja karena yakin sepenuh jiwa bahwa pundi-pundi rezeki yang tiada terkira ada di tangan Allah melalui orang-orang yang rajin dan giat bekerja, suka berderma dan bersedekah, sabar dan santun, menjauhi syubhat dan tidak meminta-minta.
Semoga artikel tentang Pengertian Zuhud Dan Arti Zuhud Dalam Islam kali ini dapat bermanfaat dan memberikan pencerahan buat penulis sendiri khususnya dan seluruh sahabat quran pembaca setia pondok islami. Aamiin.
Wallahu’alam bishawab.
sumber : Buku “Rahasia Kekayaan Tertinggi – 24 Rahasia Islam Meraih, Menyikapi, dan Mengelola Kekayaan Harta dan Jiwa”, penulis : Said Abd Al’Azhim, penerbit Arkanleema Publishing.