Perbedaan Kebutuhan Dan Keinginan Dalam Pencatatan Cash Flow Rumah Tangga

PERBEDAAN KEBUTUHAN DAN KEINGINAN. Pernahkan Anda melakukan pengecekan terhadap pengeluaran cash flow rumah tangga Anda ? Jika pernah berarti Anda cermat dan beruntung. Selanjutnya apakah hasil pengecekan Anda menghasilkan surplus cash pada akhir periode/bulan ? ataukah malah defisit/negatif cash ?

cash-flow-rumah-tangga

Apa yang Anda lakukan bila hasil periode/bulan hasilnya negatif cash ? Jangan panik dan stress, segera lakukan analisa kebutuhan pengeluaran Anda. Namun sebelumnya pastikan dahulu bahwa Anda sudah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Mengapa ? Simak kisah nyata berikut ini.

Beberapa waktu lalu penulis sempat memberikan materi tentang Perencanaan Keuangan Syariah pada pelatihan EUIS (Entrepreneur Islamic School) angkatan 5 Mesjid Istiqamah Bandung. Setiap sesi pelatihan untuk mempermudah pemahaman para peserta, penulis selalu memberikan contoh-contoh real kasus keuangan rumah tangga yang terjadi disekitar kita. Salah satunya adalah kisah nyata dari teman pengajian istri.

Bermula saat yang bersangkutan “curcol” dengan istri saat mengikuti pengajian rutin mingguan di komunitas pengajian mereka. Masalah yang disampaikan adalah seringnya yang besangkutan mengalami pertengkaran dengan suami akibat keuangan rumah tangga yang selalu defisit setiap pertengahan menjelang akhir bulan. Di sisi lain sang suami yang bekerja di lain kota (Jakarta) sementara sang istri dan anak-anak tinggal di Bandung, merasakan bahwa sang istri tidak pandai dalam cara mengatur keuangan rumah tangga. Setiap bulan uang yang diberikannya selalu tidak cukup. Padahal menurutnya jumlah yang diberikan sudah cukup besar untuk ukuran keluarga kecil dengan 2 anak. Perbedaan pemahaman itu lah yang selalu jadi bahan percekcokkan antara mereka berdua.

Akhirnya istri Saya dimintai pendapatnya dan memberikan perbandingan antara pendapatan yang diterimanya dengan pendapatan yang diterima Istri saya sebagai perbandingan. Pandangan heran di sampaikan oleh teman istri tersebut ketika mengetahui bahwa istri penulis pun ternyata mendapatkan jumlah uang bulanan yang hampir senilai dengan yang diterimanya. Padahal, beban tanggungan atau pengeluaran yang istri saya miliki seharusnya lebih besar (saat itu teman istri hanya memiliki 2 anak yang masih sekolah PAUD dan SD, sementara istri saya memiliki 4 anak yang sudah SD, SMP, SMA dan 1 balita). Akan tetapi ternyata dengan jumlah uang yang hampir sama bisa mencukupi kebutuhan selama sebulan.

Singkat cerita istri menyarankan untuk membuat list pengeluaran (cash flow rumah tangga untuk pengeluaran perhari/perbulan) kepada temannya tersebut, agar bisa dicermati pengeluaran-pengeluaran apa saja yang selama ini ada dan coba lakukan evaluasi, apakah ada pengeluaran bulanan yang sebenarnya tidak perlu, dan masih bisa dikurangi atau dihemat.

Seminggu berlalu sejak diskusi tersebut dan saat pengajian minggu berikutnya tiba, sang teman menyapa istri dengan wajah ceria dan sumringah. Dia bercerita bahwa dia dan suami sekarang sudah tidak lagi cekcok, karena ternyata akhirnya mereka paham bahwa selama ini mereka terlalu boros. Ada pengeluaran terbesar yang dipakai untuk kepentingan bersama, yaitu untuk acara jalan keluar bersama anak-anak yang dilakukan hampir setiap hari sabtu dan minggu saat mereka sedang kumpul di Bandung.

Hal itu terjadi tanpa disadari, karena selama ini dengan keberadaan suami yang bekerja di lain kota, dan hanya bisa berkumpul bersama disaat akhir minggu. Mengakibatkan saat kebersamaan yang hanya 2 hari itu benar-benar dimanfaatkan untuk berkumpul dengan jalan pergi jalan keluar bersama anak-anak. Inilah yang ternyata menyedot dana tidak sedikit setelah dijumlahkan dalam 1 bulan. Sayangnya pemahaman ini baru terjadi saat ini, setelah melalui percekcokan yang cukup lama.

Dari kisah tersebut, ada 2 hal  yang menjadi catatan penting dalam merencanakan cash flow rumah tangga atau keuangan keluarga. Pertama, penting sekali bagi setiap kita, untuk senantiasa melakukan pencatatan. Khususnya dalam hal cara mengatur keuangan rumah tangga, baik pemasukan, ataupun pengeluaran. Besar ataupun kecil, tetap harus menjadi catatan, karena bila dilakukan berulang akan menyebabkan total akumulasi yang besar bila dijumlahkan pada akhir periode pencatatan.

Kedua, memiliki pemahaman yang benar mengenai perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Hal ini sangatlah penting untuk dipahami terlebih dahulu, karena merupakan dasar dalam pengelolaan keuangan pribadi maupun rumah tangga. Di dalam materi sehari penuh tentang perencanaan keuangan syariah, melakukan penilaian untuk mengetahui perbedaan antara kebutuhan dan keinginan adalah materi utama dan mendasar  yang wajib dipahami sebelum melangkah ke langkah-langkah perencanaan keuangan selanjutnya.

Pemahaman tersebut memang gampang-gampang susah. Gampang secara teori, tapi sulit untuk dilaksanakan karena sangat terkait dengan pengelolaan hawa nafsu. Dalam perencanaan keuangan syariah untuk rumah tangga atau pribadi, ada kajian khusus tentang bagaimana kita dapat menganalisa perbedaan antara kebutuhan (need) dan keinginan (wants), sebelum melakukan pemetaan pengeluaran dan pemasukan bulanan hingga tahunan rumah tangga kita.

Kondisi kekinian dengan segala pernak-perniknya memang sangat memanjakan keingininan dalam bentuk life style yang serba instan dan mudah. Semua itu pada prinsipnya merupakan bentuk lain dari pemuasan nafsu / keinginan untuk memiliki sesuatu, yang sesungguhnya belum tentu merupakan kebutuhan.

Berikut catatan petunjuk yang bisa dijadikan landasan / guidance bagi Anda untuk bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan.

perbedaan-kebutuhan-dan-keinginan
Petunjuk Dasar Cara Membedakan Antara Kebutuhan dan Keinginan

Sangatlah penting bagi umat Islam untuk mampu menganalisa perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Mengapa ? Karena hal ini erat kaitannya dengan kewajiban kita sebagai muslim untuk senantiasa memastikan bahwa harta yang kita peroleh adalah harta yang halal, serta harus bisa memastikan bahwa harta itu kita gunakan dan salurkan pada pos-pos yang memang sesuai dengan tuntunan Alquran dan petunjuk Rasulullah SAW. Sehingga dapat menjauhkan kita dari sikap boros dan berlebih-lebihan. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran sebagai berikut :

Mari kita telaah firman Allah SWT berikut ini :

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”

( Al Isra’ : 26)

 Diperkuat dengan ayat berikut ini :

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (Al Furqon : 67)

Begitu juga dengan sabda Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan HR. At-Tirmidzi :

“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat di sisi Rabbnya sampai ia dimintai pertanggung jawaban tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)

Dengan senantiasa berpegang pada 2 pedoman tersebut, yaitu Alquran dan hadist Rasulullah SAW, serta berbekal pemahaman yang benar tentang perbedaan kebutuhan dan keinginan, maka kita berharap dan berdoa akan dapat meraih keberkahan dunia dan akhirat melalui harta kita. Harta yang kita peroleh tidak saja harus didapat secara halal tetapi juga harus dikeluarkan dan digunakan dengan benar sesuai dengan petunjuk Alquran dan sunnah, Insya Allah akan meringankan langkah kita dihari penghisaban kelak. Aaamiin

Wallaahu’alam Bishawab…

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

BELI 1 GRATIS 100 ! Pre-Order Buku Antologi Cerita Anak Islami "Ramadhan Yang Selalu Dinantikan"
This is default text for notification bar