POHON PINUS DAN POHON SEMANGKA. Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, dalam hidup ini, sering kali kita bisa mengambil pelajaran dari hal-hal sederhana di sekitar kita, termasuk dari alam. Salah satu contoh menarik adalah saat kita memperhatikan antara pohon pinus dan pohon semangka.
Mengapa kedua tumbuhan ini menarik untuk kita ambil hikmah dan pelajarannya? Sebenarnya kebetulan saja, penulis sendiri tinggal di kota Bandung dan disaat waktu senggang, sering bepergian bersama keluarga ke daerah Lembang yang tidak jauh dari Bandung.
Di kawasan ini lah kita banyak disuguhi dengan area hutan pinus sepanjang perjalanan yang sangat menyejukkan mata. Sementara penulis juga merupakan seorang penggemar buah semangka yang rasanya manis menyegarkan, dan mungkin pembaca pun juga merupakan salah satu penggemar buah ini.
Walaupun kedua tumbuhan ini sangat berbeda dalam banyak hal, ternyata ada banyak hikmah / ibroh yang bisa kita petik dari mereka. Nah, hikmah seperti apa yang bisa kita pelajari dari kedua tumbuhan ciptaan Allah ini ? Yuk, kepoin terus ya artikel ini hingga tuntas.
Hikmah Terpendam dari Pohon Pinus dan Pohon Semangka
Alam merupakan kanvas besar Allah yang telah dianugerahkan buat kita sebagai hamba-hamba-Nya. Tugas kita salah satunya adalah mempelajari dan mentadaburi segala ciptaan Allah yang Maha Luas ini, sebagai pelajaran untuk kita terapkan dalam kehidupan kita, sebagai khalifah di muka bumi.
Pohon Pinus, Besar dan Kokoh, Tapi Buahnya Kecil
Pohon pinus adalah salah satu pohon yang sangat besar dan kokoh. Batangnya kuat, daunnya selalu hijau sepanjang tahun, dan akarnya menancap dalam ke tanah, membuatnya tahan terhadap berbagai cuaca dan angin kencang. Namun, meski begitu besar dan kuat, buah yang dihasilkan oleh pohon pinus, yaitu buah pinus atau kacang pinus, ukurannya sangat kecil.
Di sini kita bisa belajar bahwa kekuatan dan kestabilan tidak selalu berhubungan dengan hasil yang tampak besar. Pohon pinus mengajarkan kita tentang pentingnya fondasi yang kuat dan ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup. Meskipun mungkin kita tidak selalu menghasilkan “buah” yang besar dalam arti materi, memiliki karakter yang kokoh dan kuat adalah nilai yang tak ternilai harganya.
Pohon pinus yang tumbuh dengan begitu kuat serta gagah, ternyata hanya memiliki buah yang kecil yang didalamnya terdapat biji dan dikenal dengan sebutan kacang pinus (pine nuts). Boleh jadi tidak banyak juga dari kita yang mengenal atau familiar dengan kacang pinus ini.
Akan tetapi walaupun kecil buahnya, kacang pinus atau biji dari buah pinus ini ternyata memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Begitu pula dengan daun pinus yang banyak digunakan dalam industri kecantikan. Tak ketinggalan pula getah pinus bisa dimanfaatkan untuk bahan penting dalam campuran cat, dan batang pohon pinus yang besar dan kokoh banyak dimanfaatkan dalam industri perkayuan.
Pohon Semangka, Kecil Tapi Menghasilkan Buah Besar
Di sisi lain, pohon semangka sangat berbeda. Pohonnya kecil dan merambat di tanah, terlihat lemah jika dibandingkan dengan pohon pinus yang menjulang tinggi. Namun, dari pohon kecil ini, tumbuhlah buah semangka yang besar, rasanya manis menyegarkan, dan bernilai ekonomis tinggi, karena menjadi salah satu buah yang paling sering dikonsumsi sehari-hari.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam pun pernah menyebutkan manfaat dari buah semangka ini dalam haditsnya,
Hadist Riwayat Abu Dawud
Dari Aisyah RA, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَأْكُلُ البَطِيخَ بِالرُّطَبِ فَيَقُولُ: نُكَسِرُ حَرَّ هَذَا بِبَرْدِ هَذَا، وَبَرْدَ هَذَا بِحَرِّ هَذَا
Artinya: “Rasulullah biasa makan semangka bersama dengan kurma rutab, lalu Beliau bersabda, ‘Kita menghilangkan rasa panas (kurma) ini dengan dinginnya (semangka) ini, dan dengan dinginnya (semangka) ini atas panasnya (kurma) ini.'” (HR. Abu Dawud No. 3836)
Hadits Riwayat At-Tirmidzi
Dari Aisyah RA, ia berkata:
أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْكُلُ الْبِطِيخَ بِالرُّطَبِ.
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah biasa memakan semangka bersamaan dengan kurma basah.” (HR. At-Tirmidzi No. 1843)
Pelajaran yang bisa kita ambil dari pohon semangka adalah bahwa ukuran fisik atau tampilan luar bukanlah segalanya. Meski terlihat kecil dan tidak begitu kuat, pohon semangka mampu menghasilkan buah yang besar dan bermanfaat.
Nilai kebermanfaatan yang dihasilkannya tidak kalah dengan pohon pinus yang tampilannya besar kuat dan gagah. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa potensi dan hasil dari seseorang tidak bisa diukur hanya dari penampilan luar atau seberapa besar mereka terlihat.
Yang paling penting adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan potensi yang ada dalam diri kita, sekecil apapun itu, untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
Ibroh dari Kisah Kehidupan Tokoh Besar Dalam Sejarah
Nah, sahabat pembaca yang dimuliakan Allah, kisah orang-orang besar yang pernah tercatat dalam sejarah, membuktikan hikmah pembelajaran di atas. Misalnya ulama besar kita yang berasal dari Sumatera Barat, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau sering disebut dengan Buya HAMKA.
Kebetulan tokoh yang satu ini telah lama menjadi idola penulis pribadi. Jika sahabat pembaca sempat membaca buku biografi Buya HAMKA atau menonton film Buya HAMKA, maka kita bisa melihat bagaimana beliau mampu menghasilkan maha karya tulisnya yang terkenal yaitu Kitab Tafsir Al-Azhar, kitab tafsir Al Quran lengkap 30 Juz.
Kitab tersebut baru bisa beliau tuntaskan justru pada saat sedang berada di dalam rutan (rumah tahanan), akibat tuduhan yang tidak berdasar kepada beliau. Ditengah segala keterbatasan saat di rutan tersebut justru beliau mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam bidang penulisan dan kajian tafsir Al Quran.
Contoh lain adalah Panglima Besar Jendral Sudirman. Beliau memimpin gerilya para tentara nasional ketika meletusnya Agresi Militer Belanda kedua pada Desember 1948.
Sang Jendral bukan dengan fisik yang kuat melakukannya, melainkan justru pada kondisi lemah karena penyakit paru-paru kronis. Meski demikian beliau persembahkan karya terbaiknya. Selama enam bulan melakukan perlawanan, akhirnya Belanda menarik diri dan mengakui kemerdekaan Indonesia.
Bagai pohon semangka, meski harus tumbuh dengan tertatih-tatih di permukaan tanah, tetapi mampu menghasilkan buah berupa karya sebesar-besarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah,
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Mari resapi sekali lagi makna dan hikmah yang terkandung dalam untaian kisah di atas. Kita saat ini hidup tenang, sehat jasmani dan rohani, tak ada musuh yang mengejar, tak pula mendekam di dalam penjara, maka jangan sampai kita tidak bisa menghasilkan karya-karya besar, ibaratnya pohon pinus yang berdiri dengan gagah dan kokoh. Semua yang ada pada pohon pinus menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.
Akan tetapi bagi yang saat ini sedang Allah beri ujian dengan berbagai keterbatasan, jangan juga meremehkan diri sendiri hanya karena berbagai keterbatasan tersebut. Jadilah seperti pohon semangka, terlihat kecil, rapuh, tidak seperti pohon pinus yang kokoh dan gagah, akan tetapi pohon semangka mampu menghasilkan buah yang besar dan manis menyegarkan rasanya, hingga digemari dan bermanfaat bagi manusia.
Hidup ini adalah tentang keseimbangan, pohon pinus yang besar dan kuat ternyata hanya menghasilkan buah yang kecil, akan tetapi keseluruhan bagian dari pohon pinus tersebut tetap menghasilkan manfaat. Begitu pula dengan pohon semangka, yang kecil dan terlihat rapuh ternyata bisa menghasilkan buah yang besar, dan bermanfaat.
Memahami dan mentadaburi kebesaran Allah subhanahu wata’ala dalam kanvas ciptaan-Nya berupa bumi, alam semesta dengan segenap isinya, merupakan kewajiban bagi kita. Dengan begitu, kita bisa mengamalkan berbagai hikmah yang terkandung di dalamnya, dan menjalani kehidupan secara lebih bermakna serta bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan seluruh alam semesta.
Wallahu’alam bishawab.