Hikmah Dari Film Buya HAMKA : Inspirasi Akhir Tahun

HIKMAH DARI FILM BUYA HAMKA. Alhamdulillah sahabat pembaca Pondok Islami, di pekan akhir Bulan Desember 2023 lalu, penulis beserta keluarga sekali lagi berkesempatan untuk menonton bersama film Buya Hamka. Kali ini film Buya Hamka volume 2 berjudul Hamka & Siti Raham, setelah sebelumnya di volume 1 berjudul Buya Hamka.

buya-hamka-dan-siti-raham

Penulis pribadi sangat menyenangi sejarah, terlebih sejarah tentang Islam dan perkembangan dakwahnya diseluruh dunia, termasuk di negara kita Indonesia tercinta. Tidak luput akhirnya ketertarikan pun sampai pada para tokoh di balik kisah sejarah tersebut.

Salah satu tokoh yang sangat penulis kagumi adalah Buya Hamka. Buya Hamka yang namanya merupakan singkatan dari nama lengkapnya, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, merupakan seorang ulama, pejuang, penulis dan sastrawan produktif serta seorang negarawan, sekaligus ayah dari 10 orang anak dan seorang suami dari seorang istri, yaitu Siti Raham, sebagaimana di kisahkan dalam Film Buya Hamka (volume 1) dan Hamka & Siti Raham (volume 2).

Kisah Buya Hamka dan perjalanan hidup serta perjuangannya dalam menegakkan syariat islam dalam setiap fragmen kehidupan yang di kisahkan dalam film tersebut, sangat layak untuk kita jadikan pelajaran dan contoh dalam kehidupan kita saat ini.

Penulis pribadi, yang saat ini adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan seorang istri, sekaligus juga seorang muslim, tentu menginginkan hidupnya sebagaimana yang di sabdakan junjungan kita Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam,

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani) 

Buya Hamka, adalah contoh seorang muslim yang hidupnya benar-benar mengamalkan ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam.

kisah-buya-hamka
sumber gambar : https://21cineplex.com/

Jika sahabat pembaca menonton film Buya Hamka baik volume 1 ataupun volume 2, tentu bisa menyaksikan bagaimana setiap fragmen kehidupan seorang Buya Hamka adalah cerminan dari pengamalan hadits Rasulullah di atas. Tentu banyak halangan, rintangan, cobaan yang akan menghadang, hingga nyawa taruhannya.

Tapi seorang Buya Hamka telah memberikan inspirasi nyata kepada kita, bahwa tujuan hidup seorang muslim sesungguhnya adalah beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala. Apapun resikonya, selama yang kita perjuangkan adalah semata karena cinta kita kepada-Nya, maka tiada kata berhenti, tiada kata menyerah, sampai nyawa kita kembali kepada-Nya.

10 Inspirasi Hikmah

Menyaksikan film Buya Hamka volume 1 dan 2 bersama keluarga merupakan pengalaman yang bukan hanya mengasyikkan sebagai sebuah keluarga, tetapi juga memiliki nilai edukasi yang sangat tinggi.

buya-hamka

Beberapa hikmah inspirasi setelah menonton film Buya Hamka diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Pentingnya peran seorang istri dalam memberikan ketenangan dan motivasi kepada suami, terutama saat suami sedang mengalami cobaan dalam kehidupannya atau perjuangannya dalam menegakkan nilai-nilai Islam. Hal ini juga sebagaimana dicontohkan ibunda Khadijah r.a kepada Rasulullah, baik saat sebelum diangkat menjadi Rasul terlebih saat setelah diangkat menjadi Rasul.
  2. Keterlibatan keluarga, dalam hal ini istri dan anak-anak merupakan benteng pendukung yang sangat kokoh dalam meneguhkan, menegakkan motivasi serta semangat dan stamina dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai islam.
  3. Puncak ilmu adalah akhlak atau adab, ketinggian ilmu tercermin dalam adab atau akhlak seseorang. Ilmu tanpa akhlak / adab hanya akan menyebabkan kerusakan di muka bumi. Ketinggian akhlak/adab, keluhuran budi, kewibawaan dan luasnya ilmu Buya Hamka muda, membuatnya menolak tawaran seseorang yang menawarkan anak gadisnya untuk dinikahi sebagai istri kedua. Walaupun sempat diingatkan soal surat An-Nisa ayat 3, tentang bolehnya poligami dalam islam, akan tetapi sastrawan dan ulama itu menegaskan, surat itu ada lanjutannya, yaitu untuk melakukan poligami syaratnya harus adil dan Buya Hamka takut tidak bisa berbuat adil.
  4. Cinta kepada Allah diatas segala cinta. Sebagai seorang manusia, sangat wajar jika kita mencintai keluarga kita, istri dan anak-anak. Akan tetapi harusnya kecintaan kita kepada Allah harus melebihi segala cinta kepada mahluk-Nya. Berjuang di jalan Allah merupakan wujud kecintaan kepada-Nya, terkadang dalam perjuangan akan menghadapi situasi sulit, yang mengharuskan memilih antara mendahulukan kecintaan kepada Allah atau kepada mahluk-Nya. Disinilah Buya Hamka memberikan inspirasi keteladanan bagaimana seorang muslim harusnya bersikap, saat harus memilih pulang untuk mendampingi putra pertamanya yang lagi sakit keras dan hanya didampingi oleh istrinya seorang, atau tetap berada di medan perjuangan melalui tulisan-tulisannya di surat kabar, yang membakar semangat rakyat untuk terus berjuang melawan penjajah Belanda.
  5. Pentingnya menjaga persatuan dan ukhuwah islamiyah diantara sesama masyarakat dan umat islam. Hal ini lebih utama dilakukan oleh para pemimpin umat, karena merekalah yang dipercaya oleh umat. Dari dahulu hingga kini keruntuhan umat Islam hanya akan terjadi bukan karena kuatnya musuh, akan tetapi lemahnya persatuan dikalangan umat/masyarakat, walaupun resikonya bisa menyangkut nyawa sebagai taruhannya.
  6. Ulama adalah pejuang kebenaran, keadilan dan nilai-nilai islam. Ulama harus benar-benar menjaga posisinya sebagai pemimpin umat, penjaga umat, pengawal para pemimpin negara agar tidak menyimpang dari nilai-nilai keadilan, kebenaran dan kepentingan masyarakat/umat. Ulama sebagai golongan yang dikaruniai ilmu pengetahuan, memiliki kewajiban menyampaikan pendapatnya atau koreksiannya baik melalui lisan dan tulisan, walaupun hal itu beresiko menghadapi fitnah, bahkan ditangkap dan dipenjara karena menyampaikan kebenaran.
  7. Pentingnya senantiasa istiqomah dalam keimanan kepada Allah. Setinggi apapun ilmu seorang ulama, sehebat apapun semangat dan motivasinya dalam berjuang menegakkan keadilan dan nilai-nilai islam, bisa jadi dalam perjalanannya godaan setan yang mengakibatkan keputusasaan bisa saja menghampiri. Disinilah doa dari orang-orang yang mencintai dengan tulus semata karena Allah, dan keistiqomahan menjaga keimanan dan senantiasa berjuang karena Allah, akan menjadi penolong. Pertolongan Allah akan senantiasa datang bagi hamba-hamba-Nya yang ikhlas menjaga keimanan dan berjuang di jalan-Nya.
  8. Hidup dalam keterbatasan bukanlah halangan untuk terus berkarya. Hidup dalam penjara justru membuka kesempatan waktu dan pikiran bagi seorang Buya Hamka untuk menelurkan karya fenomenalnya, tafsir Al Quran yang dikenal dengan Tafsir Al-Azhar Buya Hamka.
  9. Mampu mengatasi penyakit hati, diantaranya dendam akibat perlakuan buruk orang lain kepada dirinya. Buya Hamka harus masuk penjara akibat tuduhan terlibat gerakan kudeta tidak berdasar oleh Presiden Sukarno, yang sesungguhnya merupakan sahabat beliau sendiri. Akan tetapi peristiwa itu tidak meninggalkan dendam, sehingga ketika Presiden Sukarno meninggal dan berpesan agar diimami shalat jenazahnya oleh Buya Hamka, beliau tunaikan permintaan tersebut. Begitu pula saat anak menantu seorang sastrawan yang telah memfitnah beliau dengan tuduhan plagiat (mencuri karya tulis orang lain) atas karya tulis Buya Hamka, mau menikah dan ingin masuk Islam, beliau pun dengan ikhlas membantunya.
  10. Jangan menjual akhirat dengan gemerlap dunia. Seorang ulama dan pejuang Islam sesungguhnya telah bertransaksi dengan Allah subhanahu wata’ala, maka dunia bukanlah tujuan utama hadir di dunia. Apalagi hingga rela ditukar dengan akhirat, demi meraih gemerlapnya dunia. Jika hal yang demikian terjadi maka akan menyebabkan hilangnya kehormatan dan kekuatan, demikian pesan Buya Hamka saat terpilih dan dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pertama. Pesan ini sekaligus merupakan pelajaran yang didapat dari sejarah dakwah Islam di seluruh dunia. Hingga kini kita bisa lihat dalam setiap catatan sejarah, bahwa penyebab utama keruntuhan khilafah Islamiah di berbagai negara, adalah karena menjauhnya para pemimpin, ulama, dan umat dari Al Quran dan Hadits Rasulullah. Hubbud dunya wa karohiyatul maut (cinta dunia dan takut mati).

Kata-kata Hikmah Buya HAMKA

Jika sahabat menonton kedua film Buya Hamka, baik Volume 1 dan Volume 2 maka kita akan disuguhi dengan kata-kata hikmah penuh inspirasi yang menjadi legacy (warisan) dari beliau yang tetap terjaga hingga kini. Cuplikan kata-kata hikmah ini seringkali kita lihat dalam berbagai tulisan ataupun postingan di sosial media saat ini, sebagai bentuk ungkapan hikmah atas sebuah peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi.

hamka
sumber gambar : https://21cineplex.com/

Tidak hanya piawai dalam membuat karya sastra, Buya Hamka juga mampu membungkus kalimat singkat dengan gaya bahasa memikat sebagai sebuah slogan atau pun quote. Salah satu contoh adalah kalimat yang beliau ucapkan di Majalah Panji Masyarakat, bulan Juli tahun 1981 dalam sebuah artikel berjudul “17 Ramadhan” yang terbit 3 hari sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya.

Kalimat singkat atau quote ini sangat menggugah bagi pembaca muslim pada masa itu dan tetap terjaga hingga kini : “Kemenangan terakhir tetap pada orang yang bertaqwa”. Masih banyak lagi kata-kata bijak dari Buya Hamka yang sangat memikat dan tetap populer hingga kini, sebagaimana penulis kutip dari laman web Tirto.id yaitu :

“Segala pekerjaan tidak ada yang rendah dan hina. Hinanya pekerjaan atau mata pencaharian ialah lantaran hinanya perangai ketika mengerjakannya,” – Buya Hamka (dari buku Falsafah Hidup).

“Tidaklah akan didapat 2 manusia yang sama jalan kehidupannya, dan tidak pula sama kekuatan badan dan akalnya,” – Buya Hamka (dari buku Falsafah Hidup).

“Kematian itu datang tidaklah pula secepat kilat, tetapi berangsur-angsur, adakalanya seperti lampu dinding yang kehabisan minyak,” – Buya Hamka (dari buku Falsafah Hidup).

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja” – Buya Hamka.

“Iman tanpa Ilmu sama dengan pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri,” – Buya Hamka.

“Menambah ilmu penting, tetapi yang lebih penting menuntun kekuatan pikiran menurut jalan yang betul,” – Buya Hamka (dari buku Lembaga Hidup)

“Orang yang kurang akal dinamai bodoh. Orang yang tidak ada rasa kasihan dinami kejam. Tetapi orang yang tidak mempunyai kemauan, tidak patut diberi nama manusia lagi,” – Buya Hamka (dari buku Lembaga Hidup).

“Orang yang merdeka ialah orang yang berkata, sebab hatinya menyuruh berkata. Dan diam sebab hatinya menyuruh diam” – Buya Hamka (dari buku Lembaga Hidup).

“Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak ada kemunduran budi dan kekusutan jiwa,” – Buya Hamka.

“Hidup yang sunyi dari perjuangan sangat murah harganya,” – Buya Hamka (di buku Dari Lembah Cita-cita).

Demikianlah sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, sedikit renungan hikmah dari Film Buya Hamka Volume 2 : Hamka & Siti Raham, di akhir tahun 2023. Mumpung masih tayang di berbagai bioskop 21 di kota-kota besar saat artikel ini ditulis, jangan sampai ketinggalan untuk menontonnya juga bersama keluarga tercinta.

Semoga kita bisa mengambil manfaat sekaligus hikmah tersembunyi yang dapat kita amalkan dalam kehidupan kita saat ini sebagai seorang muslim, wallahu’alam bishawab.

Jika ada kekurangan ataupun kesalahan dalam artikel pendek ini, semata karena kesalahan penulis, dan kebenaran sesungguhnya hanya milik Allah subhanahu wata’ala.

Barakallahu fiikum.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

(Ebook GRATIS) Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
This is default text for notification bar