Mau Rezeki Halal & Berkah? Hindari Kesalahan Ala Qarun Ini!

REZEKI HALAL & BERKAH. Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, menjemput rezeki halal tentu merupakan dambaan setiap insan yang beriman. Menjemput rezeki bukan hanya tentang bagaimana cara memperoleh harta, akan tetapi lebih utama lagi adalah, tentang bagaimana harta itu diperoleh, yaitu harus dengan cara yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala.

rezeki halal

Dalam Al-Qur’an, banyak kisah yang menggambarkan pentingnya mencari rezeki halal, di antaranya kisah Qarun dan harta terpendam milik anak yatim di zaman Nabi Musa. Dua kisah ini memberikan pelajaran mendalam tentang bagaimana rezeki bisa menjadi ujian atau berkah, tergantung bagaimana cara kita memperolehnya dan memanfaatkannya.

Ketika Harta Menjadi Ujian

Dalam surat Al-Qashash, Allah subhanahu wata’ala mengisahkan tentang Qarun, seorang yang hidup di zaman Nabi Musa. Qarun dikenal sebagai seorang yang sangat kaya. Bahkan disebutkan, kunci-kunci gudangnya saja sulit diangkat oleh sejumlah orang kuat, sebagaimana digambarkan dalam Al Quran :

إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri” (QS. Al-Qashash: 76)

Namun, kekayaan yang melimpah itu justru membuatnya sombong dan lupa diri. Ia mengklaim bahwa semua harta yang dimilikinya adalah hasil dari kecerdasannya sendiri. Qarun menolak peringatan Nabi Musa dan menentang kebenaran yang dibawa olehnya.

Pada akhirnya, harta yang seharusnya menjadi bekal menuju kebaikan justru menyeret Qarun pada kehancuran. Allah menenggelamkan dirinya bersama semua hartanya ke dalam bumi :

فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُنتَصِرِينَ

Artinya: “Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)” (QS. Al-Qashash: 81)

Kisah ini menjadi pelajaran penting bahwa mencari rezeki yang halal itu sangat penting dan wajib, karena jika rezeki diperoleh tanpa ridha Allah, terlebih dengan kesombongan, maka hanya akan membawa kepada petaka dunia dan akhirat.

Hikmah dari Kisah Qarun

Dari kisah Qarun yang Allah sampaikan dalam Al Quran kita bisa mengambil beberapa hikmah diantaranya :

  1. Harta adalah ujian: Banyaknya harta sering kali menjadi ujian bagi manusia. Jika tidak disertai dengan rasa syukur dan kesadaran bahwa semua itu adalah amanah dari Allah, maka harta dapat membawa seseorang pada kesombongan dan kehancuran.
  2. Kesombongan menghancurkan: Qarun menjadi contoh nyata bagaimana kesombongan karena harta, bisa membuat manusia lupa bahwa semua yang dimilikinya sesungguhnya bukanlah miliknya, melainkan milik dan berasal dari Allah. Manusia tidak memiliki kehebatan apapun yang patut disombongkan atas hartanya karena sesungguhnya harta hanyalah titipan dan amanah dari Allah untuk digunakan sebagaimana seharusnya sesuai tuntunan Allah dan contoh Rasul-Nya.

Ketika Rezeki Menjadi Berkah

Berbeda dengan kisah Qarun, Al-Qur’an juga mengisahkan tentang harta yang penuh keberkahan dalam surat Al-Kahfi. Kisah ini menceritakan dua anak yatim di sebuah kota, dimana ayah mereka yang saleh meninggalkan harta berupa emas dan perak yang disimpan di bawah sebuah dinding.

Dinding tersebut diperbaiki oleh Nabi Khidir atas perintah Allah untuk melindungi harta itu hingga kedua anak yatim tersebut dewasa dan bisa mengambilnya. Kisah ini Allah sampaikan dalam surat Al Kahfi,

وَأَمَّا ٱلْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِى ٱلْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبْلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُۥ عَنْ أَمْرِى ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا

Artinya: “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS. Al-Kahfi: 82)

Ulama tafsir menyebutkan bahwa keberkahan harta tersebut adalah hasil dari kesalehan ayah mereka. Bahkan, beberapa riwayat menjelaskan bahwa ayah yang dimaksud adalah kakek mereka yang saleh hingga tujuh keturunan.

Hikmah dari Kisah Anak Yatim Ini

Berikut ini adalah beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari kisah anak yatim di atas :

  1. Rezeki halal membawa keberkahan: Harta yang diperoleh dengan cara mencari rezeki yang halal dan diiringi dengan ketakwaan tidak hanya bermanfaat bagi pemiliknya, tetapi juga bagi keturunan mereka.
  2. Kesalehan orang tua memengaruhi rezeki anak: Orang tua yang bertakwa dan menjaga rezeki halal dapat meninggalkan keberkahan bagi generasi selanjutnya.

Rezeki Halal, Antara Ujian dan Amanah

Kisah Qarun dan anak yatim tersebut memberikan dua sisi berbeda dari rezeki. Harta bisa menjadi ujian, namun juga bisa menjadi berkah yang melimpah. Semua tergantung pada cara kita memperolehnya dan bagaimana kita memanfaatkannya.

Berikut adalah beberapa pelajaran penting terkait rezeki halal:

1. Wajib Mencari Rezeki Yang Halal

Allah memerintahkan umat-Nya untuk mencari rezeki yang halal. Dalam QS Al-Baqarah: 168, Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

    Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168)

    Rezeki halal bukan hanya tentang apa yang kita makan, tetapi mencakup seluruh harta yang kita peroleh. Usaha yang jujur, tanpa kecurangan atau riba, adalah kunci agar rezeki tersebut membawa berkah.

    2. Bersyukur atas Rezeki yang Diberikan

    Rezeki yang halal seharusnya mendekatkan kita kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ibrahim: 7:

    وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

      Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “SesungguhnyaJika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)

      Bersyukur berarti menyadari bahwa semua rezeki adalah karunia Allah, menggunakannya di jalan kebaikan, dan tidak lupa berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

      3. Rezeki Berkah, Tidak Selalu Berarti Berlimpah

      Harta yang sedikit namun diperoleh dari jalan yang halal dan disyukuri akan membawa ketenangan. Sebaliknya, harta yang melimpah tapi diperoleh dari jalan haram atau tanpa rasa syukur hanya akan menjadi sumber kegelisahan.

      Rasulullah SAW bersabda:

      لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

        Artinya : “Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

        Cara Menjemput Rezeki Halal dan Berkah

        Lalu bagaimana cara mencari rezeki yang halal dan berkah ? Yuk simak beberapa pedoman yang bisa kita terapkan saat menjemput rezeki.

        1. Memulai dengan niat yang benar

        Rezeki yang halal dimulai dari niat untuk mencarinya demi memenuhi kebutuhan keluarga, beribadah kepada Allah, dan berbagi dengan sesama.

        2. Menjauhi riba dan kecurangan

        Hindari praktek-praktek yang diharamkan dalam Islam, seperti riba, penipuan, atau jual beli yang merugikan orang lain. Berusaha dengan sungguh-sungguh karena Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja keras dengan cara yang baik.

        Rasulullah SAW bersabda:

        إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

        Artinya : “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan dengan itqan (tepat, terarah, jelas, tuntas)” (HR. Thabrani)

        3. Berinfak dan bersedekah

        Membagi sebagian rezeki kepada yang membutuhkan akan melipatgandakan keberkahan, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala sampaikan dalam Al Quran,

        مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

        Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 261)

        Bukan hanya akan dijanjikan balasan hingga tujuh ratus kali lipat bagi mereka yang bersedekah seperti ayat di atas, akan tetapi banyak sekali keutamaan sedekah yang akan diperoleh bagi yang mengamalkannya, sebagaimana Rasulullah sampaikan dalam hadits tentang sedekah yang telah banyak kita ketahui.

        Menjaga Rezeki Halal dan Berkah

        Rezeki yang kita peroleh harus senantiasa kita jaga, baik dari cara mendapatkannya maupun menggunakannya. Berikut ini yang harus selalu kita perhatikan agar rezeki yang kita peroleh halal dan berkah :

        1. Konsisten dalam kejujuran: Meskipun kadang tergoda untuk mengambil jalan pintas, kejujuran adalah kunci agar rezeki tetap halal.
        2. Hindari sifat tamak: Tamak terhadap harta sering kali menjadi awal kehancuran, seperti yang dialami Qarun.
        3. Bertakwa kepada Allah: Rezeki halal hanya bisa dijaga dengan ketakwaan. Sebagaimana firman-Nya, dalam QS At-Talaq: 2-3 yang artinya :
          “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

        Rezeki halal adalah amanah yang harus dijaga dengan baik. Kisah Qarun dan anak yatim dalam Al-Qur’an memberikan pelajaran penting bahwa harta bisa menjadi sumber kesombongan atau keberkahan, tergantung pada cara kita memperolehnya dan bagaimana kita mengelolanya.

        Mari jemput rezeki dengan cara yang jujur dan halal, serta gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, rezeki tersebut tidak hanya menjadi bekal dunia, tetapi juga investasi akhirat yang penuh keberkahan.

        Wallahu a’lam bishawab.

        Leave a Comment

        This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.