Berdamai Dengan Alarm Adzan Subuh

ALARM ADZAN SUBUH. Di sebuah desa kecil, hiduplah si Fulan, seorang pemuda yang punya hubungan rumit dengan alarm. Setiap malam dia selalu memasang alarm untuk Subuh, tapi hasilnya selalu sama: snooze, snooze, lalu… bangun kesiangan.

alarm-adzan-subuh

Sampai-sampai ibunya, pernah berkata, “Nak, alarm adzan subuh kamu itu kayak pembantu yang nggak dihormati. Udah teriak-teriak, tetep aja kamu nggak dengerin.”

Fulan cuma nyengir. “Ya gimana, Bu. Suara alarm adzan subuh itu kalah sama empuknya kasur.”

Namun, hidup si Fulan mulai berubah sejak kedatangan seorang ustaz muda bernama Ustaz Faiz. Suatu malam, setelah sholat Isya berjamaah, Ustaz Faiz memberi ceramah singkat tentang pentingnya istiqomah dan cara istiqomah yang dilakukan.

“Istiqomah itu bukan soal langsung sempurna, tapi soal berusaha terus-menerus. Kalau kita nggak konsisten, itu kayak nanam pohon tapi lupa nyiram. Ya gimana mau tumbuh?” kata Ustaz dengan senyum ramah.

Fulan pun manggut-manggut, meski dalam hati dia merenung, “Kalau istiqomah itu kayak nyiram pohon, pohon gue pasti udah mati kering dari dulu.”

Misi Bangun Subuh

Besoknya, Fulan bertekad untuk berubah. Dia memasang lima alarm adzan subuh sekaligus dengan interval tiga menit. Bahkan, dia mengganti suara alarmnya dengan rekaman ibunya yang berteriak, “Nak, bangun! Subuh, Nak!”

Pagi itu, alarm berbunyi. Suara ibunya si Fulan dari HP terdengar nyaring bergaung di kamar.

“Nak, bangun! Subuh, Nak!”

Fulan pun terlonjak kaget. “Astaghfirullah! Ini beneran suara Ibu atau cuma mimpi?”

Dia buru-buru bangun, tapi kakinya tersangkut selimut, dan dia jatuh terguling ke lantai. Meski sakit, dia tetap bangkit sambil mengusap wajah. “Ini ujian pertama istiqomah, jangan menyerah!” katanya menyemangati diri sendiri.

Cobaan Istiqomah

Hari-hari berikutnya, si Fulan makin rajin bangun Subuh. Tapi ujian istiqomahnya nggak berhenti di situ. Suatu pagi, listrik di rumahnya mati, dan HP-nya yang jadi alarm ikut tewas. Akibatnya, dia bangun kesiangan lagi.

“Ya Allah, ini ujian atau hukuman?” keluhnya sambil ngucek-ngucek mata.

Saat dia mengadu ke Ustaz Faiz, Ustaz malah tertawa. “Istiqomah itu bukan berarti nggak pernah gagal. Kalau alarm mati, ya usaha lain. Pakai cara klasik: minta dibangunin sama ayam tetangga.”

Fulan pun jadi melongo, bengong. “Ayam, Ustaz?”

“Iya. Gantung makanan ayam di dekat jendela. Nanti pas ayam lapar, dia bakal kokok sambil gedor-gedor kaca.”

Meski terdengar aneh, Fulan bertekad akan mencoba saran itu. Dia menggantung jagung di dekat jendela, dan benar saja, ayam tetangga datang tiap Subuh, berkokok seperti sirine darurat. Bahkan ayam itu lebih rajin daripada alarm HP-nya.

Kisah Inspiratif Alarm Adzan Subuh Si Fulan

Perubahan Fulan dari waktu ke waktu mulai terlihat. Dia bukan hanya rajin bangun Subuh, tapi juga mulai sholat tepat waktu. Teman-temannya yang tadinya sering meledek sekarang malah penasaran.

“Bro, kok lo bisa sih tiba-tiba rajin gitu? Dulu kan lo biangnya malas,” tanya Dodi, tetangga sekaligus sahabatnya.

Fulan pun tersenyum sambil menghela napas. “Rahasia gue cuma satu, Do: gue belajar dari ayam.”

“Dari ayam? Serius lo?” Dodi melongo.

“Iya. Ayam itu nggak pernah bolos kokok tiap pagi. Nggak peduli hujan, angin, atau bahkan kalau gue nggak kasih makan, dia tetep setia ngebangunin gue. Kalau ayam aja bisa istiqomah, masa gue kalah?”

Dodi ngakak sampai terbatuk. Tapi dalam hatinya, dia sadar ucapan si Fulan ada benarnya.

Seiring dengan perjalanan waktu akhirnya si Fulan pun jadi bahan inspirasi warga kampung. Cerita tentang “istiqomah ayam” menyebar, dan banyak yang mulai mencontoh kebiasaannya. Bahkan, Ustaz Faiz pernah bercanda, “Kalau semua orang di sini istiqomah kayak ayamnya si Fulan, insyaAllah desa kita jadi desa paling rajin se-kabupaten.”

Si Fulan pun, yang dulu sering dianggap malas, kini jadi simbol perubahan. Dari alarm mati hingga ayam rajin, semua itu mengajarkan satu hal: istiqomah itu nggak harus langsung sempurna.

Istiqomah itu nggak harus langsung sempurna...

Kadang kita cuma perlu sedikit niat, usaha, dan … ayam tetangga yang gak kenal lelah!

Tamat.

Note : Cerita di atas hanya fiksi, semoga ada hikmah tersembunyi yang bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan kita. Aamiin.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

BELI 1 GRATIS 100 ! Pre-Order Buku Antologi Cerita Anak Islami "Ramadhan Yang Selalu Dinantikan"
This is default text for notification bar