MENJAGA LISAN PENTINGKAH ? Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, lisan kita atau ucapan adalah salah nikmat terbesar yang Allah limpahkan kepada hamba-Nya. Akan tetapi setiap nikmat yang Allah limpahkan, pastinya harus disertai juga dengan tanggung jawab, karena setiap nikmat adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
Menjaga lisan dalam Islam ditempatkan sebagai bagian dari tuntunan yang sangat penting untuk diamalkan, dalam rangka membentuk karakter seorang Muslim. Al-Quran dan Hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam, memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menjaga lisan mereka, agar sesuai dengan ajaran agama.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tuntunan dari Al-Quran dan Hadits mengenai pentingnya dan keutamaan menjaga lisan.
Ayat Tentang Menjaga Lisan
Allah subhanahu wata’ala telah banyak menyampaikan firman-Nya dalam Al Quran tetang pentingnya menjaga lisan. Berikut di bawah ini adalah beberapa ayat Al Quran tentang menjaga Lisan.
1. Jagalah Lisanmu, Ucapkanlah Kata-kata Yang Baik-Baik
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 83 :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yang berbunyi): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin; dan ucapkanlah kepada manusia perkataan yang baik-baik, dirikanlah shalat, dan berikanlah zakat.” (QS. Al Baqarah : 83)
Pada ayat ke 83 Surat Al Baqarah ini Allah menunjukkan betapa pentingnya kita untuk selalu mengeluarkan kata-kata atau ucapan yang baik-baik, dan menjauhi perkataan yang buruk atau kasar.
2. Jauhi Bergunjing (Ghibah)
Allah subhanahu wata’ala menyampaikan peringatan yang cukup keras dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, tentang larangan ber-ghibah,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Adakah salah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik terhadapnya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Ayat ini memperingatkan setiap umat muslim untuk selalu berhati-hati dalam berbicara. Menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain dan menghindari perbuatan ghibah karena akan dapat merusak hubungan dengan sesama.
3. Jangan Berkata Yang Sia-Sia
Berkata yang sia-sia amatlah merugikan, sebagaimana Allah sebutkan dalam Surah Al-Isra ayat 36 yang menerangkan betapa pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra : 36)
Saat berbicara, seorang Muslim harus memastikan bahwa yang dibicarakan adalah hal-hal yang memang mereka ketahui dan memiliki pengetahuan tentangnya. Hal ini untuk mencegah perkataan yang sia-sia.
4. Setiap Perkataan Akan Dicatat Sebagai Amalan
Menjaga lisan menurut pandangan Islam bukan hanya sekedar mematuhi peraturan formal, tetapi juga melibatkan kesadaran diri. Kesadaran diri membantu seseorang untuk memahami dampak dari setiap kata yang diucapkan dan menciptakan rasa tanggung jawab terhadap perbuatan lisan.
Berdasarkan firman Allah dalam Surah Qaf ayat 18 :
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya : “Tidak mengucapkan suatu perkataan pun melainkan di sampingnya ada (makhluk) yang selalu siap sedia (mencatat).” (QS. Qaf : 18)
Ayat ini menggambarkan bahwa setiap kata yang diucapkan oleh seseorang dicatat oleh para malaikat sebagai bukti amal perbuatan. Oleh karena itu, kesadaran diri dalam berbicara menjadi salah satu keutamaan menjaga lisan.
Hadits Rasulullah
Pengertian menjaga lisan adalah berhati-hati dalam mengeluarkan perkataan agar tidak berkata yang tidak baik atau tidak benar, walaupun sedang berada dalam keadaan marah. Apalagi jika dapat berdampak sampai menyakiti perasaan orang lain.
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam tentang keharusan menjaga lisan.
1. Mencegah Fitnah dan Memelihara Hubungan Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, menjaga lisan juga berarti mencegah fitnah dan menjaga hubungan sosial. Rasulullah SAW dalam hadisnya memberikan peringatan tentang bahaya fitnah, yang dapat menciptakan konflik dan perpecahan dalam masyarakat.
“Barang siapa memfitnah saudaranya (dengan tujuan mencela dan menjatuhkan kehormatannya) maka Allah akan menahannya di jembatan Jahannam sampai ia bersih dari dosanya (dengan siksaan itu).” (Riwayat Abu Daud dan dihasankan oleh Albani)
Dalam hadits lain Rasulullah memperingatkan dengan keras dan ruginya bagi orang-orang yang tidak menjaga lisan dengan melakukan fitnah,
“Muflis (orang yang pailit) dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat, tapi (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain secara zalim, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu (yang terzalimi) akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim).
Lebih baik diam, daripada berkata-kata yang tidak benar atau tidak kita ketahui. Itulah anjuran Rasulullah yang disampaikan dalam haditsnya,
Artinya : “Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari Muslim)
Oleh karena itu, seorang Muslim harus berhati-hati dalam berbicara agar tidak terjerumus pada perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Meresapi Makna Ma’ruf dan Nahi Munkar
Penting bagi umat Islam untuk memahami konsep Ma’ruf dan Nahi Munkar dalam menjaga lisan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, dengan lisannya; jika tidak mampu, dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Dalam konteks lisan, hal ini mengajarkan bahwa jika kita tidak dapat mengubah keburukan dengan tindakan langsung, minimal kita harus menyuarakannya dengan lisan kita atau setidaknya meresapi makna kebaikan dan keburukan agar kita bisa memilih kata-kata dengan bijak.
3. Memanfaatkan Lisan untuk Kebaikan
Lisan bukan hanya alat untuk menghindari keburukan, tetapi juga sebagai sarana untuk melakukan kebaikan. Rasulullah SAW dalam hadistnya mengajarkan tentang keutamaan berbicara yang baik dan memberikan nasihat yang bermanfaat kepada sesama.
Dalam riwayat disebutkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kata yang mengundang keridhaan Allah, meskipun dia tidak terlalu memperhatikannya; namun dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkan beberapa derajatnya. Dan sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang mengundang kemurkaan Allah, sementara dia tidak memperhatikannya; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. (H.R Bukhari)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Artinya : “Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga” (HR. Bukhari)
Apa yang ada di antara dua janggutnya menurut ahli tafsir adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.
4. Terhindar Dari Sifat Munafik
Ketidakmampuan menjaga lisan akan cenderung membawa kepada kemunafikan, sebagaimana sabda Rasulullah,
Artinya : “Tanda-tanda munafik itu ada tiga: apabila ia berbicara, ia berdusta; apabila ia berjanji, ia mungkir; dan apabila ia dipercayakan, ia berkhianat.” (HR. Muslim)
Oleh karenanya sebagai umat Islam kita sangat diingatkan untuk menjaga lisan. Gunakanlah lisan kita untuk kebaikan, sebagai sarana dakwah, edukasi, dan inspirasi bagi orang lain.
Doa Menjaga Lisan
Sebagai penutup, penting bagi umat Islam untuk senantiasa berdoa agar Allah memberikan kekuatan dalam menjaga lisan. Dalam doa, kita bisa memohon petunjuk agar lisan kita senantiasa berbicara yang baik dan selalu dalam ridha-Nya.
Berikut ini adalah doa menjaga lisan kita, agar lisan dan hati senantiasa berada dalam kebaikan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i dan lainnya.
Allahumma Ibnu asaluka bayaanan shodiqon wa qolban saliyman, wa audzubika min syariat maa ta’lamibwa asaluka min Khoiri maa ta’lamu, wa astaghfiruka mimma ta’lamu innaka anta ‘alamul ghuyuub.
Artinya : “Ya Allah, aku memohon kepadaMu lisan yang jujur dan hati yang lurus. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon kepadaMu kebaikan yang Engkau ketahui, serta aku memohon kepadaMu curahan ampunan dari segala dosa yang Engkau ketahui. Sebab hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.”
Doa ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga lisan dan hati agar senantiasa lurus, dijauhkan dari segala hal yang tidak baik. Dengan berdoa, kita mengakui keterbatasan diri dan memohon pertolongan Allah dalam menjaga lisan agar selalu sesuai dengan ajaran-Nya.
Menjaga lisan dalam Islam bukanlah perkara yang sepele. Al-Quran dan Hadits memberikan tuntunan yang jelas mengenai pentingnya berbicara yang baik, menghindari ghibah, dan menggunakan lisan sebagai sarana kebaikan.
Kesadaran diri, pencegahan fitnah, pemeliharaan hubungan sosial, pemahaman ma’ruf dan nahi munkar, serta memanfaatkan lisan untuk kebaikan adalah aspek-aspek penting dalam menjaga lisan. Semua ini perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk implementasi ajaran Islam dalam praktek kehidupan.
Dengan menjaga lisan, kita dapat membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan menjadi contoh akhlak seorang muslim yang baik bagi masyarakat sekitar.
Barakallahu fiikum.