MUHARRAM YANG MENGUBAH DUNIA DAN PERADABANNYA. Sahabat pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah SWT, tanggal 1 Muharram atau tepatnya Bulan Muharram merupakan satu tanggal dan bulan yang sangat penting bagi umat Islam. Mengapa ? Karena di bulan ini lah tercatat satu peristiwa yang menjadi tonggak sejarah penting dalam pergerakan dan dakwah Islam.
Penetapan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah atau dalam keseharian masyarakat umumnya dimaknai sebagai tahun baru Islam, sesungguhnya memiliki makna yang lebih mendalam. Dibalik penetapannya tersebut, bulan Muharram menyimpan banyak kisah penuh inspirasi dan hikmah.
Kisah yang paling dikenang tentang bulan Muharram adalah dengan terjadinya peristiwa hijrah pertama Rasulullah SAW, yang menjadi bibit awal penyebutan dan penetapan tahun Hijriyyah, sebagai tahun pertama dalam kalender Islam (kalender Hijriyyah).
Rasulullah SAW pertama kali melakukan hijrah bersama para pengikutnya, dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M. Peristiwa Hijrah inilah yang menjadi kisah dibalik penetapan awal tahun Hijriyyah.
Dibalik kisah tersebut, tentu banyak tanya yang terselip dari peristiwa itu. Apa sesungguhnya yang menjadi latar belakang Rasulullah SAW dan para pengikutnya melakukan hijrah tersebut ?
Mengapa akhirnya Rasulullah SAW memutuskan berpindah ke kota Madinah ? Mengapa harus ke Madinah ? Yuk kita simak terus kisahnya di bawah ini.
Muharram, Hijrah Nabi Kita Bermula
Kurang lebih 1.444 tahun yang lalu atau sama artinya dengan 17.328 bulan yang lalu, terhitung dari saat tulisan ini diposting, Nabiku dan Nabimu, teladanku dan teladanmu, memulai sebuah hentakan sejarah baru yang tak hanya mengubah wajah sejarah bangsa Arab. Beliau, di hari-hari itu telah melakukan sebuah aksi peradaban yang kelak akan sangat berpengaruh pada sejarah umat manusia, dari Siberia hingga Granada, dari ujung Utara Rusia hingga selatan Selandia.
Rasulullah SAW, yang ditemani sahabatnya Abu Bakar berhijrah dari Makkah yang kala itu sudah tidak kondusif untuk dakwah dan syiar Islam karena penuh dengan tekanan, membelah jarak nan jauh selama belasan hari menuju Kota Yatsrib yang kelak dinamai Madinah.
Apakah Rasulullah SAW dalam keadaan aman dalam peristiwa perjalanan hijrah itu?
Tidak, momentum peristiwa itu benar-benar mencekam. Saat itu beliau bukan hanya dikejar-kejar oleh sekelompok pembunuh bayaran, akan tetapi juga disiarkan/digembar-gemborkan sebagai “buronan”, dan bagi siapapun penduduk yang bisa dan berhasil menangkap beliau baik dalam keadaan hidup ataupun mati, akan mendapatkan imbalan besar dari para pemuka Quraisy.
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW membuat strategi yang sangat matang dan penuh dengan perhitungan, sebelum melakukan gerakan hijrah tersebut. Mulai dari memilih partner perjalanan yang cocok yaitu sahabatnya yang paling beliau percayai, Abu Bakar Shiddiq, dan membuat tim yang solid dengan berbagai tugas-tugas strategis dalam rencana hijrah tersebut.
Mulai dari orang yang diberi tugas untuk menghapus jejak langkah perjalanan mereka, tim yang bertugas mengumpulkan informasi sebelum dan selama pergerakan hijrah itu berlangsung. Hingga orang yang bertugas untuk menjadi supplier makanan beliau selama berada di Gua Tsur, yang kemudian diamanahkan kepada Asma Binti Abu Bakar, kakak dari Siti Aisyah istri Rasulullah, putri Abu Bakar Shiddiq.
Kenapa hijrah Rasulullah SAW bukan hanya sekedar berpindah tempat saja?
Karena beliau berpindah dari satu kondisi yang penuh dengan tekanan menuju kepada keadaan / kondisi yang lebih kondusif untuk perkembangan dakwah dan kebangkitan Islam. Beliau berjalan dari negeri yang masih mendustakan dakwahnya, menuju negeri baru yang subur dengan jiwa-jiwa yang merindukan perubahan.
Beliau berpindah dari seorang kesatria yang hebat, menjadi seorang pemimpin entitas politik yang brilian. Dari sebuah gerakan, menjadi sebuah negara.
Yatsrib sendiri sesungguhnya bukan sekadar kota biasa. Di sana ada suku Aus dan Khazraj yang telah lama selalu berperang saudara. Mereka sudah lelah dengan perang panjang itu, mereka secara alamiah menanti datangnya satu tokoh kunci yang mampu menjadi “solidarity maker“, yang mampu menyatukan mereka agar Yatsrib bisa menjadi negeri yang stabil kehidupannya penduduknya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, kedatangan Rasulullah, sosok manusia istimewa yang datang berhijrah dari Mekkah ke kota Yatsrib, menjadikan mereka tak hanya mendapatkan seorang pemimpin. Akan tetapi sekaligus mereka mendapatkan seorang inspirator, seorang nabi dan rasul, serta seorang arsitek peradaban.
Syaikh Abdul Aziz Thuraifi mengatakan sebuah hikmah yang sangat menarik untuk direnungkan, “Khalifah Umar menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan awal penanggalan kalender Hijriyah, dan tidak menjadikan hari lahir Nabi untuk memulai kalender itu sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab…”
Mengapa? Beliau melanjutkan, “Li annal ummah ummatu amalin” (karena umat ini adalah umat amal), “dan sebuah zaman tidak akan menjadi hebat tanpa sebuah amal.” Tahun baru hijriah, mentadabburi namanya saja membuat kita berdecak kagum dan bergetar sendiri.
Jika ada seseorang mengatakan, “ini adalah 1444 Hijriah”, sebenarnya ia sedang mengatakan, “ini adalah tahun ke-1444 setelah hijrahnya Rasulullah SAW “, maka, apakah kita sebagai umat telah berusaha meneladani kerja besar Rasulullah itu?
Yang mengawali dakwahnya di Makkah, tapi justru uniknya kepemimpinan beliau ada di Madinah, dan justru Islam menembus barat dan timur saat ibukotanya di Damaskus. Yang dilebarkan oleh para sahabat sampai sungai Eufrat di Iraq dan sungai Guadalquivir di Andalusia.
Yang ditinggikan menara azan dari megahnya Kairo yang perkasa hingga ufuk Mali yang kaya raya. Yang madrasahnya ada dari Kufah yang melegenda hingga Malaga dan Sevilla yang penuh dengan jejak cinta.
Mentalitas hijrah yang terabadikan dalam sejarah dan tetap eksis dalam keseharian kita saat ini sebagai bulan Muharram, akan tetap hidup selama umat ini hidup. Hingga terbentang nyatalah sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
“Sungguh agama ini akan menjangkau negeri yang bisa dijangkau oleh siang dan malam.” (HR. Imam Ahmad)
Artinya? Seluruh dunia!
Allahu Akbar…
Demikianlah sahabat-sahabat pembaca makna besar dan hikmah besar dibalik sejarah bulan Muharram. 1 bulan yang menjadi awal dari penanggalan tahun Hijriyah, yang mungkin selama ini hanya kita maknai sebatas tahun baru Islam saja.
Akan tetapi sesungguhnya bulan Muharram ini memiliki kisah besar yang sering dilupakan oleh kita sendiri sebagai umat Islam, umatnya Nabi Muhammad SAW sang pelaku utama dari peristiwa besar ini. Bulan yang menjadi awal tahun Hijriyyah dan penetapannya didasarkan atas awal mula sebuah peristiwa besar hijrahnya Rasul kita, junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang mulia, dari Makkah menuju Yastrib.
Sebuah peristiwa pergerakan yang akan membawa perubahan besar dari peradaban di jazirah arabiyah khususnya dan dunia pada umumnya.
Semoga artikel ini bisa menjadi pengingat bagi kita, sekaligus harapannya dapa memberikan ibrah, hikmah sekaligus inspirasi dan motivasi untuk kita semua agar lebih mencintai agama kita, Rasul kita dan bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Barakallaahu fiikum.
Ditulis ulang dari sumber channel telegram Gen Saladin (t.me/gensaladin)