Thariq Bin Ziyad : Panglima Islam Penakluk Andalusia

thariq_bin_ziyad
Thariq bin Ziyad (ilustrasi) – sumber : wikipedia.org

Sahabat Quran yang dimuliakan Allah, dalam sejarah perjuangan islam pastinya sahabat pernah mendengar nama salah seorang panglima perang islam yang sangat terkenal, yaitu Thariq Bin Ziyad. Bahkan nama tokoh islam yang satu ini seringkali dikaitkan dengan bukit Gibraltar atau bukit “Jabal Thariq” yang berada di negara eropa, tepatnya wilayah negara Spanyol . Tahukah sahabat, bagaimana kaitan antara keduanya ? dan bagaimana sesungguhnya kehebatan seorang Thariq Bin Ziyad yang juga dijuluki penakluk Andalusia ini ? Yuk kita simak kisah sejarah yang sangat menarik dan penuh hikmah ini.

Sejak Baginda Rasulullah SAW wafat, maka kepemimpinan Islam beralih kepada para sahabat yang dimulai dengan masa Khulafaur Rasyidin, dilanjutkan dengan kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah hingga Turki Utsmani. Sejak jaman Khulafaur Rasyidin, tepatnya sejak khalifah Umar Bin Khattab, perluasan dakwah Islam mulai merambah hingga ke berbagai negara di luar jazirah Arab. Hingga masa kepemimpinan Bani Umayyah yang berpusat di kota Damaskus (Syria/Suriah), kekhalifahan Islam sudah menguasai mulai dari Jazirah Arab, Syiria, Palestina, Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afghanistan, India hingga negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.

Salah satu peristiwa penting dari proses dakwah Islam jaman Bani Umayyah adalah proses penaklukan wilayah Semenanjung Siberia (Andalusia), atau saat ini kita kenal dengan wilayah Spanyol dan Portugal oleh pasukan perang pimpinan Thariq Bin Ziyad. Pasukan Islam pimpinan Thariq Bin Ziyad merupakan pasukan dari kekhalifahan Islam dibawah perintah Gubernur Afrika Utara Musa Bin Nusayr pada tahun 91 H / 710 M. Pada masa itu wilayah Afrika Utara merupakan salah satu wilayah dibawah kekhalifahan Islam Bani Umayyah, dengan amir pemerintahan lokal seorang kepercayaan Khalifah Walid Bin Abdul Malik, yaitu Raja Muda atau Gubernur Musa Bin Nusayr.

Wilayah Afrika Utara dibawah kepemimpinan Musa Bin Nusayr merupakan sebuah wilayah yang makmur, penuh kedamaian dengan perkembangan yang sangat maju dalam berbagai bidang, serta memberikan kebebasan bagi pemeluk agama lain untuk menjalankan agama dan kepercayaannya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan penduduk Spanyol, di wilayah Semenanjung Siberia (Andalusia), tetangganya di seberang selat Gibraltar, yang dikuasai oleh pemerintahan bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu dengan kejam dan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah golongan orang-orang berada seperti keluarga raja, para bangsawan, orang kaya, para pemilik tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.

Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya. Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusayr, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda, yang menjadi korban kebiadaban Roderick, ikut mengungsi ke wilayah kekuasaan Musa Bin Nusayr.

Setelah mendapatkan informasi, pengaduan serta permintaan pertolongan dari Julian serta penduduk Andalusia, untuk membebaskan mereka dari Raja Roderick sang penguasa zalim dan kejam itu, maka Musa Bin Nusayr pun bertekad untuk membebaskan rakyat Andalusia dari kekejaman penguasa itu, sekaligus menyiarkan Islam ke wilayah Andalusia. Sebagai persiapan maka Musa Bin Nusayr pun memintakan persetujuan terlebih dahulu dari Khalifah Walid Bin Abdul Malik di Damaskus, untuk mengirimkan pasukan ke wilayah Andalusia. Setelah mendapatkan restu dari Damaskus maka Musa Bin Nusayr pun langsung membentuk pasukan khusus yang terdiri dari 12.000 prajurit pilihan dengan panglima Thariq Bin Ziyad sebagai pimpinannya. Tugas utama pasukan ini adalah melakukan pengamatan awal dan berbagai penjajagan di lapangan sebelum pasukan yang lebih besar lagi akan dikirimkan kemudian dengan dipimpin langsung oleh Gubernur Musa Bin Nusayr.

Asal Usul dan Biografi Singkat Thariq bin Ziyad

Thariq bin Ziyad bukanlah seorang Arab, ia berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko, Afrika Utara. Ia dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Sejak kecil Thariq Bin Ziyad sudah belajar belajar membaca dan menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis, seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu,

Masa kecil Thariq Bin Ziyad tidak terlalu banyak dicatat dalam sejarah. Sejarawan Islam yang biasa menuliskan sejarah nabi dan rasul serta para sahabat seperti Imam Ibnu al-Atsir, ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun dalam buku-buku mereka tidak meriwayatkan tentang masa kecil Thariq Bin Ziyad. Sejarawan mengatakan bahwa Thariq dulunya adalah budak dari amir Kerajaan Bani Umayyah di bumi Afrika Utara, Musa Bin Nusayr. Kemudian karena melihat potensi dan kelebihan-kelebihan yang ada pada diri seorang Thariq Bin Ziyad maka Musa kemudian membebaskannya dari status budak dan mengangkatnya sebagai panglima perang pasukan Musa Bin Nusayr.

Kemenangan Pertama Pasukan Thariq Bin Ziyad

Jabal-Thariq-AndalusiaPasukan Islam pimpinan Thariq Bin Ziyad menggunakan 12 kapal perang menuju benua Eropa. Setelah mendarat di Andalusia, Thariq bin Ziyad segera memerintahkan tentaranya untuk membakar kapal-kapal perang yang mereka naiki. Pada awalnya, tindakan itu mendapatkan bantahan dari sebagian besar tentara Islam. Mereka menganggap tindakan tersebut sangat buruk dan bertentangan dengan hukum Islam yang melarang untuk merusakkan harta milik umum. Apalagi, kapal tersebut memang miliki armada perang sendiri. Hal lain yang mereka persoalkan adalah, jika kapal-kapal tersebut dibakar, bagaimana mereka akan pulang kembali ke afrika.

Melihat gelagat kurang baik dari para tentara, Thariq bin Ziyad segera mengumpulkan para tentara di sebuah bukit yang kini dikenal dengan bukit Gibraltar (Jabal Thariq). Thariq segera berorasi penuh semangat untuk menyemangati para tentaranya, “Di belakang kita laut, didepan kita musuh. Kita harus memilih kemenangan atau syahid. Kita tidak akan pulang sebelum mencapai tujuan itu !”

Kata-kata keramat Thariq bin Ziyad itu sangat ampuh meniupkan kembali semangat jihad di kalangan tentara Islam. Dengan semangat yang berkobar-kobar, mereka secara gagah berani menantang tentara Raja Roderick yang berjumlah 100 ribu orang.

 

“Di belakang kita laut, didepan kita musuh. Kita harus memilih kemenangan atau syahid. Kita tidak akan pulang sebelum mencapai tujuan itu !” (Thariq Bin Ziyad)

 

Thariq bin Ziyad yang dulunya adalah seorang hamba sahaya, kini memimpin 12.000 orang pasukan tentara Islam untuk mengemban misi penaklukan Andalusia. Semua bisa terjadi karena Thariq bin Ziyad memiliki sifat-sifat yang terpuji, kecerdasan, semangat tinggi yang didasarkan kepada ketakwaannya pada Allah SWT.

Tujuan pasukan Thariq Bin Ziyad pada awalnya adalah untuk melakukan peninjauan dan pengamatan lokasi dan mengukur kekuatan musuh terlebih dahulu,  sampai datangnya pasukan yang dipimpin sendiri oleh Musa Bin Nusayr. Namun, Thariq bin Ziyad berpikiran sebaliknya. Dia menganggap kedatangan mereka ke Andalusia adalah untuk mendapatkan syahid atau kemenangan. Oleh karena itu, dia membakar kapal perang yang membawa mereka ke Andalusia, agar seluruh pasukan fokus pada tujuannya dan membunuh keinginan mereka untuk pulang ke Afrika.

Pada 19 Juli 711 M/91 H, terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad dengan pasukan Gothik yang dipimpin oleh Raja Roderick. Peristiwa itu terjadi dekat Sungai Burbat, karena di sanalah pasukan Gothik berkumpul menghadang serangan bala tentara pasukan Islam. Meskipun jumlah pasukan Islam jauh lebih kecil dibadingkan dengan pasukan musuh, dan tidak dilengkapi dengan persenjataan yang memadai, akan tetapi semangat jihad yang berkobar membuat mereka berhasil menaklukkan pasukan musuh. Akhirnya pasukan Gothik kalah dan Raja Roderick mati tenggelam di Sungai Burbat ketika mencoba melarikan diri dari kejaran pasukan Islam.

Penaklukkan Andalusia Oleh Pasukan Islam Pimpinan Thariq Bin Ziyad

Kemenangan pasukan Islam di Sungai Burbat merupakan penghinaan yang sangat besar bagi pasukan Gothik. Mereka lalu mengumpulkan semua kekuatan militer yang tersisa untuk mengusir pasukan Islam dari bumi Andalusia, tanah air mereka. Namun, pasukan Islam menjadi semakin kuat dengan kedatangan pasukan tambahan dari Afrika yang dipimpin langsung oleh Musa bin Nusayr.

Terjadilah perang berikutnya yang lebih sengit lagi di Ecija. Dalam pertempuran itu, pasukan yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad bergabung dengan pasukan Musa bin Nusayr. Sekali lagi, pasukan Islam memenangkan pertempuran tersebut.

Thariq bin Ziyad belum cukup puas dengan kemenangan itu, karena masih ada beberapa kota di Andalusia yang masih dikuasai oleh pasukan Gothik yang bisa melarikan diri dari pertempuran di Ecija. Atas persetujuan Musa bin Nusayr, Thariq bin Ziyad membagi pasukan Islam menjadi empat bagian. Empat pasukan tersebut masing-masing akan menaklukkan Kota Kordoba, Malaga, Granada dan satu pasukan utama akan dipimpin langsung oleh Thariq bin Ziyad akan menaklukkan Toledo, ibukota Andalusia.

Tanpa perlawanan berarti ke-empat kota tersebut dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam. Salah satu faktor yang mendukung kemenangan pasukan Islam di Andalusia adalah adanya dukungan  rakyat Spanyol/Andalusia, yang sudah muak dengan segala kekejaman dan kezaliman dari pemerintahan Raja Roderick. Oleh karena itu, kedatangan pasukan Islam dianggap sebagai penyelamat. Bahkan banyak penduduk Andalusia yang bergabung dengan pasukan Islam secara sukarela untuk memerangi pasukan Gothik.

Rakyat Andalusia, yang telah sekian lama hidup menderita di bawah kekuasaan pasukan Gothik memang telah lama tertarik dengan akhlak dan tingkah laku pasukan Islam. Seorang ahli sejarah Philip K. Hitti berkata, “Penaklukkan Spanyol merupakan perjuangan pertama dan terakhir yang paling sensasional bagi bangsa Arab. Mereka berhasil menaklukkan wilayah Eropa yang terluas dan memasukkannya dalam naungan kekuasaan Islam”

“Penaklukkan Spanyol merupakan perjuangan pertama dan terakhir yang paling sensasional bagi bangsa Arab. Mereka berhasil menaklukkan wilayah Eropa yang terluas dan memasukkannya dalam naungan kekuasaan Islam” – (Philip K. Hitti – ahli sejarah)

Penaklukkan Andalusia oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya revolusi sosial dimana kebebasan beragama benar-benar diakui. Rakyat Andalusia yang telah lama menderita akibat penindasan digantikan kebaikan pemerintahan Islam. Rakyat tidak lagi merasa tertindas dan harta mereka terpelihara.

Para bangsawan Kristen yang pada awalnya bersembunyi, karena khawatir dengan kemungkinan adanya tindakan balas dendam dari orang-orang Islam, kembali lagi ke kampung halaman mereka dan memulai hidup baru di bawah kekuasaan Islam yang adil.

Akhir Perjuangan Thariq Bin Ziyad

Setelah kemenangan atas seluruh wilayah Andalusia, Thariq Bin Ziyad memiliki keinginan untuk dapat meluaskan dakwah dan syiar Islam ke seluruh Eropa. Namun manusia hanya dapat berencana, akan tetapi tetap Allah SWT yang menentukan. Ketika seluruh persiapan sedang giat-giatnya dilakukan, tiba-tiba Thariq Bin Ziyad diperintahkan oleh Khalifah Bani Umayyah di Damaskus untuk kembali ke Damaskus.

Sebagai panglima pasukan yang berdisiplin dan taat pada pimpinan, maka Thariq bin Ziyad pun memenuhi perintah tersebut. Niat untuk menaklukkan seluruh Eropa terpaksa dibatalkan. Panglima Thariq bin Ziyad meninggal dunia tidak lama setelah tiba di Damaskus. Tidak banyak keterangan dan informasi yang lebih detil tentang sebab meninggalnya panglima Thariq bin Ziyad setelah tiba di Damaskus. Dia meninggal tahun 72o M di Damaskus. Walaupun demikian nama besar dan prestasi serta keharuman nama Thariq bin Ziyad telah tercatat dalam sejarah Islam dan dunia dengan tinta emas.

Bukit Gibraltar tempat pertempuran pertama dengan pasukan Raja Roderick diabadikan sebagai Jabal Thariq, untuk mengingat dan mengenang sosok panglima perang Islam ini. Sikap ketegasan, kewibawaan, kecerdasan serta ketakwaannya pada Allah SWT menjadi warisan luhur yang menjadi hikmah besar bagi umat Islam hingga saat ini. Semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya.

Wallahu’alam bishaawab.

sumber : Buku “Thariq bin Ziyad Sang Pembebas Andalusia” – Abdul Latip Talib

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

(Ebook GRATIS) Kisah Inspiratif Para Penghafal Quran
This is default text for notification bar