GURU BESAR ULAMA NUSANTARA. Setiap kali penulis membaca biografi sejarah para ulama-ulama besar nusantara, hampir tidak pernah terlewatkan sosok ulama yang satu ini. Beliau senantiasa disebut-sebut sebagai salah satu tujuan ulama-ulama dan tokoh-tokoh Islam Indonesia pada saat itu, untuk memperdalam pengetahuan keilmuan islam mereka saat menunaikan ibadah haji di di Tanah Suci Mekah. Peranan pentingnya ketika di Mekah al-Mukarromah bagi para ulama Indonesia yang belajar disana, menjadikan ulama besar kelahiran tanah minang ini, mendapatkan julukan sebagai Guru dari para ulama besar di Indonesia. Syekh Ahmad Al Khatib Al Minangkabawi, demikianlah nama dari tokoh ulama yang diakui dan dinobatkan sebagai guru dari para ulama nusantara. Beliau merupakan seorang ulama besar, khatib dan imam serta guru besar di Masjidil Haram, sekaligus juga merupakan salah seorang Mufti Madzab Syafi’i pada akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20, yang lahir dari bumi pertiwi tercinta ini.
Mungkin banyak umat muslim Indonesia saat ini yang sudah jarang mendengar nama beliau. Seperti juga penulis, yang mengetahui tokoh ulama ini melalui bacaan-bacaan dan tulisan-tulisan serta biografi dari tokoh-tokoh ulama nusantara yang merupakan murid-murid beliau. Dari berbagai sumber di internet, penulis mencoba merangkum secuplik kisah biografi ulama besar nan kharismatik ini sebagai catatan untuk penulis sendiri, agar senantiasa dapat mengingat dan mengenang serta mempelajari keutamaan-keutaaman dan berbagai hikmah dari perjalanan kehidupan beliau sebagai contoh dan teladan buat kehidupan kita saat ini.
NASAB DAN KELAHIRAN SYEKH AHMAD AL KHATIB AL MINANGKABAWI
Dilahirkan di Koto Tuo, Desa Kota Gadang, Kec. Ampek Angkek Angkat Candung, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Beliau lahir pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H bertepatan dengan 26 Mei 1860 M, di tengah keluarga bangsawan. Nama lengkap yang disandangnya adalah Al ‘Allamah Asy Syaikh Ahmad bin ‘Abdul Lathif [bin ‘Abdurrahman] bin ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Khathib Al Minangkabawi Al Jawi Al Makki Asy Syafi’i Al Atsari rahimahullah.
Ibunya bernama Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama ‘Abdul Lathif yang berasal dari Koto Gadang. ‘Abdullah, kakek Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan. Oleh masyarakat Koto Gadang, ‘Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khathib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat dibelakang namanya dan berlanjut ke keturunannya di kemudian hari.
JENJANG PENDIDIKAN SYEKH AHMAD AL KHATIB AL MINANGKABAWI
Ahmad kecil sempat mengenyam pendidikan formal saat masih bermukim di kampung kelahirannya, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweekschool yang diselesaikannya tahun 1871 M. Selain melalui pendidikan formal yang dikelola Belanda itu, Ahmad kecil juga belajar ilmu-ilmu dasar agama sekaligus menghafal Al Quran dari ayahnya Syaikh ‘Abdul Lathif.
Pada tahun 1287 H atau 1871 M selepas menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ahmad kecil diajak oleh sang ayah, ‘Abdul Lathif, menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, ‘Abdullah kembali ke Sumatera Barat sementara Ahmad tetap tinggal di mekah untuk menyelesaikan hafalan Al Qurannya dan menuntut ilmu dari para ulama-ulama Mekah terutama yang mengajar di Masjidil Haram.
Berikut beberapa guru Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah sewaktu di Mekkah :
- Sayyid ‘Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha Al Makki Asy Syafi’I (1259-1330 H)
- Sayyid ‘Utsman bin Muhammad Syatha Al Makki Asy Syafi’i (1263-1295 H)
- Sayyid Bakri bin Muhammad Zainul ‘Abidin Syatha Ad Dimyathi Al Makki Asy Syafi’i (1266-1310 H) –penulis I’anatuth Thalibin.
- Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (wafat 1304), mufti Madzhab Syafi’i di Mekah
- Yahya Al Qalyubi
- Muhammad Shalih Al Kurdi
Mengenai bagaimana semangat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dalam thalabul ‘ilmi, mari sejenak kita dengarkan penuturan seorang ulama yang sezaman dengannya, yaitu Syaikh ‘Umar ‘Abdul Jabbar rahimahullah dalam Siyar wa Tarajim hal. 38-39,
“…Ia adalah santri teladan dalam semangat, kesungguhan, dan ketekunan dalam menuntut ilmu serta bermudzakarah malam dan siang dalam pelbagai disiplin ilmu. Karena semangat dan ketekunannya dalam muthala’ah dalam ilmu pasti seperti mathematic (ilmu hitung), aljabar, perbandingan, tehnik (handasah), haiat, pembagian waris, ilmu miqat, dan zij, ia dapat menulis buku dalam disiplin ilmu-ilmu itu tanpa mempelajarinya dari guru (baca: otodidak).”
Selain mempelajari ilmu Islam, Ahmad juga gemar mempelajari ilmu-ilmu keduniaan yang mendukung ilmu diennya seperti ilmu pasti untuk membantu menghitung waris dan juga bahasa Inggris sampai betul-betul kokoh. Tidaklah mengherankan bila beliau akhirnya menjadi ahli di bidang tersebut.
KEHIDUPAN KELUARGA SYEKH AHMAD AL KHATIB AL MINANGKABAWI
Karena keshalehan dan kepandaian serta ketekunannya dalam mempelajari ilmu agama, Syekh Ahmad mendapatkan berkah dengan menikahi anak pertama dari gurunya, Muhammad Shalih Al Kurdi, yang bernama Khadijah. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak yang bernama Abdul Karim (1300-1357 H).
Akan tetapi pernikahan ini tidak berlangsung lama karena Khadijah meninggal dunia. Kemudian Syekh Ahmad dinikahkan kembali oleh mertuanya dengan adik dari Khadijah yaitu Fathimah. Istri kedua Syekh Akhmad ini merupakan seorang wanita sholehah dan teladan sekaligus juga memiliki hafalan Al Quran yang baik. Qadarullah sebagai salah satu keberkahan dan keutamaan dari ibadah menghafal Al quran yang dilakukan seorang muslimah, maka dari Fathimah ini lah kelak lahir keturunan yang juga menjadi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di Timur Tengah, yaitu :
- ‘Abdul Malik. Ketua redaksi koran Al Qiblah dan memiliki kedudukan tinggi di Al Hasyimiyyah (Yordan). Belajar kepada sang ayah lalu mempelajari adab dan politik.
- ‘Abdul Hamid Al Khathib, seorang ulama ahli adab dan penyair kenamaan yang pernah menjadi staf pengajar di Masjidil Haram dan duta besar Saudi untuk Pakistan. Di antara karya ilmiahnya adalah Tafsir Al Khathib Al Makki 4 jilid, sebuah nazham (sya’ir) berjudul Sirah Sayyid Walad Adam shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al imam Al ‘Adil (sejarah dan biografi untuk Raja ‘Abdul ‘Aziz Alu Su’ud).
Keberhasilannya dalam membina keluarga dan mendidik anak, merupakan hasil dari sistem pendidikan yang mengacu pada nilai-nilai Islam yang mulia yang diterapkannya pada anak-anaknya, terutama masalah nilai-nilai aqidah.
RIWAYAT SYEKH AHMAD AL KHATIB AL MINANGKABAWI MENJADI IMAM MASJIDIL HARAM
Kecerdasan dan keshalehan serta tingginya ilmu keislaman Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Rahimahullah menjadikan beliau diangkat sebagai imam dan khatib sekaligus guru besar di Masjidil Haram. Jabatan sebagai imam dan khathib Masjidil Haram bukanlah sebuah jabatan yang mudah diperoleh. Jabatan ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang telah memiliki tingkat keilmuan yang tinggi.
Ada 2 riwayat yang berbeda tentang sebab pengangkatan Syekh Ahmad Al Khathib Rahimahullah menjadi imam dan khatib Masjidil Haram. Riwayat pertama dibawakan oleh ‘Umar ‘Abdul Jabbar dalam kamus tarajimnya, Siyar wa Tarajim (hal. 39). ‘Umar ‘Abdul Jabbar mencatat, bahwa jabatan imam dan khatib itu diperoleh Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah berkat permintaan mertuanya, Shalih Al Kurdi, kepada Syarif ‘Aunur Rafiq agar berkenan mengangkat Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah menjadi imam & khathib Masjidil Haram.
Sedangkan riwayat kedua dibawakan oleh Hamka Rahimahullah dalam buku yang berjudul Ayahku, Riwayat Hidup Dr. Abdul Malik Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, yang kemudian dinukil oleh Dr. Akhria Nazwar dan Dadang A. Dahlan. Ustadz Hamka menceritakan bahwa suatu ketika, ‘Abdul Hamid bin Ahmad Al Khathib, ketika sedang salat berjama’ah yang diimami langsung oleh Syarif ‘Aunur Rafiq, mendengarkan ternyata ada bacaan imam yang salah. Mengetahui itu, Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah, yang saat itu juga sedang menjadi makmum, dengan beraninya membetulkan bacaan imam. Setelah salat usai, Syarif ‘Aunur Rafiq bertanya tentang siapakah gerangan yang telah membenarkan bacaannya tadi. Lalu ditunjukkannya Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah, yang tak lain adalah menantu sahabat karibnya, Shalih Al Kurdi, yang terkenal dengan keshalihan dan kecerdasannya itu. Akhirnya Syarif ‘Aunur Rafiq pun mengangkat Syekh Ahmad Khatib Rahimahullah sebagai imam dan khatib Masjidil Haram untuk madzhab Syafi’i.
Murid Syekh Ahmad Al Khatib Al Minangkabawi sangatlah banyak. Setiap hari orang berdatangan kepadanya untuk belajar ilmu fiqih Syafi’i. Beberapa diantara murid-murid beliau yang juga merupakan ulama terkenal di Indonesia antara lain adalah pendiri organisasi Nahdatul Ulama, Kyai Haji Hasyim Asy’ari, dan pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Syekh Abdul Karim Amarullah (Haji Rasul, ayah dari Hamka), juga seorang ulama asal Minang yang merupakan pelopor kaum ulama muda di Minang sekaligus ulama Indonesia pertama peraih gelar Doktor Honoris Causa dari univesitas Al-Azhar seperti disebutkan dalam buku Ayahku – biografi Dr. HAMKA. Serta masih banyak ulama-ulama besar nusantara lainnya yang pernah belajar dan menjadi murid Syekh Ahmad Al Khatib Al Minangkabawi.
Syekh Ahmad Al Khatib Al Minangkabawi yang merupakan imam besar Masjidil Haram pertama asal Minangkabau Indonesia ini menghembuskan nafas selama-lamanya pada 13 Maret 1916. Nama besar dan ketinggian ilmu beliau masih tetap terngiang hingga kini, khususnya bagi para ulama nusantara dan santri penerus mazhab Syafi’i. Tentu saja prestasi dan keberadaan beliau menjadikan kebanggaan tersendiri bagi setiap umat Islam Indonesia dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Semoga kita senantiasa bisa meneladani dan mengambil banyak hikmah dan pelajaran dari perjalanan hidup beliau untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita saat ini, khususnya dalam memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
Aamiin…
Artikel : pondokislami.com
sumber : https://id.wikipedia.org/
Maaf
Poto diatas bukanlah Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi, melainkan poto Syelh Sulaiman Arrasuli pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
Syekh Sulaiman Arrasuli adalah salah satu dari murid Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi
Mohon pimpinan redaksi bersedia menghapus poto tersebut
Terima Kasih
Assalaamu’alaikum, oh baik, terimakasih atas koreksinya….segera kami hapus foto yg ada …. terimakasih