BELAJAR DARI PENGALAMAN IBU RUMAH TANGGA PENGHAFAL AL QURAN. Sahabat pembaca setia pondok islami, sejak diluncurkannya buku Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran, sekitar akhir juni 2018 lalu, buku ini telah menjadi salah satu buku Best Seller yang sangat diminati oleh masyarakat. Tak mengherankan, karena kisah-kisah dalam buku ini, merupakan sumber inspirasi dan motivasi yang sangat kuat bagi setiap pembacanya, untuk mulai menghafal Al Quran atau istiqomah dalam menjalani proses menghafalkan Al Quran ini.
Khususnya bagi para ibu rumah tangga, atau yang saat ini lebih dikenal dengan sebuatn ’emak-emak’, memang menjadi tokoh-tokoh sentral di buku Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran. Mempunyai cita-cita, atau mulai bercita-cita untuk menjadi seorang penghafal Al Quran, merupakan salah satu motivasi yang muncul setelah membaca buku ini.
Ditengah kesibukan mengurus rumah tangga, anak dan suami serta aktifitasnya sendiri sebagai wanita yang aktif, tokoh ibu rumah tangga dalam buku ini ternyata masih bisa meluangkan waktunya, untuk menjalani proses menghafalkan Al Quran. Bahkan beberapa tokohnya mampu menghafalkan hingga tuntas 30 juz, alias menjadi seorang Hafizah.
Pada artikel kali ini, pondok islami akan mengutip ulang postingan pada website penerbit Syaamil Quran, yaitu mengenai ungkapan dari salah seorang penulis buku Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran, Ibu Runingsih. Beliau menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kantor Syaamil Quran, dan berbagi kisahnya di sana, tentang suka dukanya menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, sekaligus sebagai penghafal Al Quran.
Insya Allah sahabat sekalian akan dapat belajar dari pengalaman ibu rumah tangga sekaligus penghafal Al Quran, yang juga sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di kota Bandung ini. Berikut kutipan perkataan Ibu Runingsih :
“Assalamualaikum wr.wb,
Nama saya Ibu Runingsih. Sebagai salah satu kontributor buku DDMA (Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran), Alhamdulilah, saya ingin menceritakan pengalaman pribadi. Insya Allah dalam buku ini, kita akan melihat, tentang bagaimana dari setiap profesi yang kita geluti, dari setiap kesibukan yang kita geluti, ternyata kita bisa mendekat terhadap Al Quran dan ini tentunya atas dukungan dan bantuan dari Allah SWT.
Ada beberapa orang yang menyatakan bahwa ibu rumah tangga dengan sedemikian banyak kesibukannya, akhirnya harus menelantarkan atau tidak dekat dengan AlQuran. Ternyata itu bisa di sangkal. Begitu pula dengan ibu-ibu yang merasa minder dengan bacaan Al Quran-nya yang masih terbata–bata, seringkali menjadi penyebab jauh dari Al Quran. Padahal Allah SWT sudah menjanjikan bahwa yang terbata–bata membaca Al Quran, akan mendapat dua pahala, sedangkan yang sudah lancar, bersama para malaikat.
Jadi Saya ingin memberikan satu motivasi dari pengalaman saya kepada ibu-ibu semua, bahkan yang masih terbata-bata sekalipun, tidak usah putus asa dan ragu bahwa Allah akan membantu kita. Ini pengalaman pribadi Saya pada saat Saya menjelang usia 25-26. Bacaan saya pada saat itu masih terbata–bata, tapi itu bisa ditembus ternyata.
Apalagi nanti kita tingkatkan dengan menghapal Al Quran, yang Saya rasakan pada awalnya merupakan satu hal yang mustahil, ternyata ketika Allah sudah berkehendak, kitapun menjadi bisa. Yang terpenting kita jangan berorientasi terhadap hasil, tapi kita harus berorientasi terhadap proses.
Bahwa saya bisa menyelesaikan hapalan Al Quran itu dalam usia 45 tahun, kalau gak salah tahun 2015, Alhamdulilah itu bisa di lalui. Bahkan tanpa disadari, dua anak saya juga bisa menyelesaikan hapalan Al Quranya dalam usia belia, walaupun tidak terlalu belia banget.
Ini merupakan satu anugrah dari Allah buat saya. Harapan saya kedepan buat ibu–ibu, ibu rumah tangga, yang mungkin tidak mempunyai pembantu, jangan berkecil hati. Karena pengalaman Saya sendiri juga tidak mempunyai pembantu, dan masih memiliki kesibukan lain-lainya. Tapi insya Allah, dengan dorongan dan bantuan serta kehendak Allah SWT, itu bisa terwujud.
Saya sangat sedih, dan kenapa pengen membagikan motivasi kepada ibu ibu, karena ada suatu saat nanti, bahwa mushaf Al Quran itu akan tidak ada. Pada saat ingin membaca Al Quran, mushaf Al Quran sudah tidak ada. Hal itulah yang mendorong saya untuk menghapal Al Quran.
Harapan Saya juga terhadap generasi muda, bahwa kalau disebut sekarang adalah masa menuju akhir zaman, itu suatu hal yang logis. Kalau kita tidak mendekat terhadap Al Quran, entah apa yang akan terjadi nanti, karena Al Quran itu merupakan pedoman hidup.
Wassalamualaikum wr.wb.”
Ibu Runingsih juga memiliki harapan yang besar dengan terbitnya buku “Dalam Dekapan Mukjizat Al Quran” ini. Karena selain dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, buku ini juga diharapkan bisa memotivasi para Ibu Rumah Tangga dalam menghafal Al Quran.
“Alhamdulilah buku ini telah menjadi konsumsi masyarakat, dan harapan Kami adalah, mudah-mudahan buku ini mampu memotivasi lebih jauh lagi, para ibu-ibu, para profesional, para pebisnis, bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Dengan buku ini, Kita akan membuktikan kepada dunia bahwa sebenarnya hanya kepada Allahlah kita harus selalu mendekat. Kita ingin agar aktifitas menghafal Al Quran, tidak hanya bisa dikuasai oleh segelintir profesi saja, tetapi semua masyarakat bisa melakukannya, semua umat islam bisa melaksanakannya.”
Begitulah Ibu Runingsih mengakhiri sesi pertemuannya dengan penerbit Syaamil Quran. Banyak makna tersurat sekaligus tersirat dalam ungkapan beliau di atas. Ibroh yang terbesar tentunya buat sahabat semua dan penulis juga khususnya yang membaca kisah ini adalah, merupakan sebuah kerugian yang sangat besar, apabila kita sebagai umat islam tidak menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup.
Sungguh merupakan kerugian bahkan kebodohan, apabila kita tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bisa mempelajari dan menghafalkan Al Quran, apapun itu kendala dan hambatannya.
Bukankah Allah SWT telah berulang kali menyatakan dalam surat Al – Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 dengan perkataan yang sama, yaitu :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? ” (QS. Al Qamar: 17,22,32,40)
Maka dari itu, hendaknya kita tidak menyerah untuk menjadi penghafal Al-Qur’an, karena Allah Ta’ala telah menjamin kemudahan menghafalkan Al-Qur’an dan jangan lupa pula berbagai keutamaan menghafal Al Quran yang akan Allah SWT berikan bagi para hamba-Nya yang mampu menghafalkan Al Quran.
Sahabat pondok islami yang senantiasa mengharapkan ridho dan rahmat Allah SWT, demikianlah cuplikan artikel tentang belajar dari pengalaman ibu rumah tangga sekaligus penghafal Al Quran, Ibu Runingsih. Semoga dapat memotivasi kita untuk lebih giat lagi menghafalkan dan mempelajari Al Quran.
Kalau emak-emak aja bisa, masa kita gak bisa ?
Wallahu’alam bishawab.