Jadilah Orang Tua Yang Bijak Di Era Digital

JADILAH ORANG TUA YANG BIJAK DI ERA DIGITAL. Menjadi orang tua adalah amanah besar yang membutuhkan kesabaran, cinta, dan kebijaksanaan. Dalam Islam, Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam mendidik anak.

jadilah-orang-tua-yang-bijak

Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala telah tegaskan dalam Al-Quran:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Rasulullah tidak pernah berprilaku kasar kepada anak-anak, tidak pernah marah, membentak, apalagi hingga memukul mereka. Beliau selalu mendidik dengan kelembutan dan kasih sayang.

Berikut ini adalah beberapa point penting yang harus diperhatikan bagi setiap orang tua dalam mendidik anak, khususnya di era digital yang penuh dengan tantangan ini. Hal-hal di bawah ini penulis dapatkan dari kajian pagi ini pada salah satu kanal youtube kajian parenting yang menghadirkan beberapa pakar parenting islam, ustadz dan ustadzah yang telah berhasil membimbing anak-anak mereka menjadi hafidz/hafidzah dan generasi penerus dakwah.

Hal-hal Penting Yang Harus Orang Tua Perhatikan Dalam Mendidik Anak

Simak tips-tips dari mereka untuk bisa diterapkan dalam kehidupan keluarga kita masing-masing. Berikut ini adalah tips-tipsnya.

1. Mencintai Anak dengan Cinta yang Tepat

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengajarkan agar mencintai anak atas tiga hal yaitu :

عَن عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَدِّبُوا أَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: حُبِّ نَبِيِّكُمْ، وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ، وَقِرَاءَةِ القُرْآنِ، فَإِنَّ حَمَلَةَ القُرْآنِ فِي ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَأَصْفِيَائِهِ (رواه الطبراني)

Artinya : “Dari Ali Karramallahu Wajhah, Nabi shallallaahu ‘alaihi wassalam bersabda: Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal: cinta kepada Nabi kalian, cinta kepada keluarganya, dan membaca Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para penghafal Al-Qur’an akan berada di bawah naungan Allah pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya, bersama para nabi dan orang-orang pilihan-Nya.” (HR. Ath-Thabrani)

Hal ini menunjukkan pentingnya menanamkan nilai-nilai keimanan, cinta pada Rasul, dan mencintai Al Quran dengan membiasakan diri untuk membaca Al-Quran sejak dini. Pendidikan yang bijak adalah yang menumbuhkan kecintaan anak pada hal-hal yang mendekatkan mereka kepada Allah.

2. Mengembangkan Potensi Anak Tanpa Melanggar Syariat

Setiap anak lahir dengan potensi dan bakat yang berbeda-beda, yang merupakan karunia dari Allah. Orangtua bertugas untuk membimbing anak mengembangkan potensi ini pada hal-hal yang tidak melanggar syariat.

Tujuan utama pendidikan adalah membentuk anak dengan adab dan akhlak yang mulia, seperti yang disabdakan Rasulullah:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”(HR. Bukhari)

Selain pintar dan cerdas, anak harus memiliki akhlaqul karimah. Jangan orang tua terjebak pada hal-hal yang hanya bersifat akademis semata, dan menentukan potensi anak hanya dari hal-hal yang bersifat akademis saja.

Para ulama sepakat untuk mengatakan bahwa adab (akhlak) lebih utama dan didahulukan sebelum ilmu. Imam Malik mengatakan bahwa, “Pelajarilah adab terlebih dahulu sebelum mempelajari suatu ilmu.” . Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Imam Ibnu Mubarak, ia menyampaikan bahwa mereka mempelajari adab selama 30 tahun, baru setelah itu mempelajari ilmu selama 20 tahun.

Jadi kembalikanlah tujuan utama pendidikan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah yaitu mengutamakan akhlak yang mulia sebagai tujuan utamanya. Hal-hal terkait akademis atau ilmu akan lebih mudah diraih dan berkah jika adab telah dimiliki oleh anak-anak.

3. Tantangan Generasi Digital

Dalam era digital, anak-anak sering kali menjadikan para influencer sebagai idola. Hal ini bisa terjadi karena orang tua di rumah sudah tidak lagi menjadi panutan atau teladan mereka.

Kondisi ini tentu akan dapat memengaruhi minat dan cita-cita mereka di kemudian hari kelak. Bahkan bisa membawa dampak negatif jika idola tersebut memiliki budaya yang cenderung melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat.

Orangtua harus menjadi idola bagi anak-anaknya sendiri. Dengan menjadi teladan dalam keimanan dan akhlak, anak tidak akan mudah terpengaruh oleh tokoh-tokoh di luar rumah yang mungkin bisa merusak akhlak dan tujuan hidup mereka.

4. Membangun Rumah sebagai “Surga” bagi Anak

Rumah yang penuh kasih sayang adalah surga bagi anak-anak. Orangtua harus menciptakan suasana yang nyaman, mendukung, dan penuh cinta agar anak tidak mencari kenyamanan di luar rumah.

Ciptakanlah rumah yang menjadi “surga” bagi anak-anak, tempat di mana mereka merasa nyaman, aman, dan dicintai. Jika rumah memberikan kebahagiaan dan ketenangan, anak-anak tidak akan mencari “surga” di luar rumah. Kehangatan keluarga adalah fondasi penting bagi perkembangan karakter anak.

Bertengkar di depan anak adalah hal yang sangat dilarang karena dapat menjauhkan anak dari orangtua. Sebaliknya, membangun komunikasi yang baik dan meluangkan waktu untuk bersama keluarga adalah “tabungan cinta” yang akan dikenang anak sepanjang hidupnya.

5. Totalitas dalam Dakwah

Orangtua, terutama yang berperan sebagai pendakwah, harus totalitas tidak hanya di luar rumah tetapi juga di dalam rumah, dengan keluarga terdekatnya sendiri. Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam mengingatkan, bahwa banyak orang yang pandai mengucapkan, tetapi sulit untuk mengimplementasikan.

Kekerasan dalam rumah tangga, baik secara fisik, verbal, maupun sikap mendiamkan (silent treatment), harus dihindari karena akan merusak keharmonisan keluarga.

6. Peran Ayah dan Ibu dalam Pengasuhan

Ayah memiliki peran strategis dalam membentuk visi keluarga dan kepribadian anak. Sementara ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ketika ayah dan ibu bekerja sama dengan baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan memiliki akhlak mulia.

Jangan hanya mengandalkan lembaga pendidikan formal seperti sekolah sebagai media utama mendidik anak. Sekolah merupakan partner orang tua dalam mendidik anak, dan orang tua tetap sebagai pendidik utamanya.

Jangan pula membiarkan peran orangtua diambil alih oleh gadget. Luangkan waktu untuk bermain, belajar, dan berbicara dengan anak agar mereka merasakan kehadiran orangtua lebih penting dibandingkan teknologi.

“Anak tidak mendengar apa yang orangtua katakan, tetapi mereka melihat apa yang diperbuat oleh orangtuanya” – Ustadz Abu Syauqi

Oleh karena itu, perilaku orangtua menjadi teladan utama bagi anak-anak. Jika orangtua ingin anak memiliki akhlak yang baik, maka langkah pertama adalah memperbaiki diri dan menjadi panutan bagi anak-anak di rumah.

7. Pendidikan Seimbang

Pendidikan anak harus mencakup keseimbangan antara kognitif, akademis, mental, dan fisiknya. Jangan terlalu protektif, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang lemah dan tidak berani mengambil risiko.

Sebaliknya, asah spiritualitas, profesionalisme dan kemandirian anak sejak dini agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup di hadapan mereka kelak.

8. Menjaga Fitrah Anak

Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang baik. Orangtua memiliki tugas penting untuk menjaga dan membimbing anak agar tetap berada di jalan yang benar. Jika orangtua dekat dengan Allah dan menjauhi maksiat, maka Allah akan menjaga akhlak anak-anak mereka.

Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya : “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)

9. Motivasi dan Kesabaran Dalam Mendidik Anak

Anak adalah jawaban dari doa-doa panjang yang kita panjatkan. Jangan biarkan amanah ini sia-sia. Mendidik anak membutuhkan kesabaran, cinta, dan doa yang tiada henti.

Orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak. Sinergi antara keluarga dan sekolah sangat penting untuk membentuk generasi penerus dakwah yang kuat dan berakhlak mulia.

Setiap anak adalah anugerah dari Allah. Namun, mendidik anak memerlukan kesabaran yang luar biasa. Anak adalah amanah yang harus selalu dibimbing, disupport, dan didoakan, apapun kondisi mereka.

Orangtua memiliki tugas untuk selalu berada di sisi anak, memberikan perhatian dan dukungan serta cinta tanpa syarat. Membersamai mereka di saat mereka butuhkan, dan senantiasa mendoakan yang terbaik untuk mereka, apapun kondisi mereka saat ini.

10. Ucapan dan Doa yang Baik untuk Anak

Kata-kata yang diucapkan orangtua kepada anak memiliki dampak besar, karena perkataan adalah doa. Doa orangtua adalah doa yang makbul, akan diijabah oleh Allah, oleh karenanya selalu berikan ucapan yang baik dan doakan kebaikan untuk anak.

Dengan begitu, anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri. Persepsi positif akan diri sendiri akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak kedepannya.

Tips Khusus Ustadz Abu Syauqi Dalam Membina Anak Gen-Z

Untuk generasi Gen-Z, pendekatan pendidikan yang relevan sangat diperlukan. Berdasarkan hasil riset dari Tim Ustadz Riza Zacharias (fonder penerbit Syaamil Quran Bandung), berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan bagi para orang tua atau para pendakwah yang memiliki halaqah binaan.

1. Pengembangan Diri: Anak-anak perlu diberikan pola pikir yang benar bahwa hidup ini tidak susah; paradigma yang salah yang selama ini terbentuk yang menjadikannya rumit. Salah satu alternatif kegiatan halaqahnya adalah memberikan tugas kepada anak binaan untuk membaca buku dan menonton film yang dapat membuka mindset tentang kemakmuran dan rezeki serta memberikan tantangan kepada mereka untuk menjelaskan kembali apa yang telah mereka baca dan tonton.

Bisa juga dengan memberikan tantangan sesuai dengan minat mereka masing-masing, misalnya yang berminat bisnis, diarahkan untuk mulai membuka usaha yang bisa mereka lakukan dari sekarang. Yang berminat di bidang politik bisa diarahkan untuk memiliki rencana karir mereka dalam beberapa tahun kedepan yang realistis dan bisa dicapai. Yang berbakat menjadi pendakwah bisa diarahkan untuk menekuni materi-materi halaqah dengan lebih intens.

2. Materi Halaqah: Isi halaqah dengan pembahasan yang menarik dan relevan dengan kehidupan mereka. Gunakan pendekatan yang sesuai dengan minat mereka agar anak merasa terlibat.

3. Membuat Halaqah Yang Dirindukan: Pastikan kegiatan halaqah dirancang menyenangkan sehingga anak merasa bahagia dan antusias untuk belajar serta berinteraksi dalam setiap kegiatan halaqah.

Dengan kesabaran, keteladanan, dan pendekatan yang tepat, orangtua dapat mendidik anak-anak menjadi generasi yang unggul, berakhlak mulia, dan menjadi kebanggaan dunia dan akhirat.

Semoga artikel dengan judul Jadilah Orang Tua Yang Bijak di Era Digital ini bisa bermanfaat dan bisa diterapkan dalam kehidupan kita masing-masing, khususnya dalam membina anak-anak kita menjadi generasi rabbani penerus dakwah. Aamiin allahumma aamiin.

Wallahu’alam bishawab.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.