KERJA KERAS TIDAK AKAN MENGKHIANATI HASIL ? Ungkapan “kerja keras tidak akan mengkhianati hasil” adalah sebuah ungkapan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan ini bahkan telah menjadi semacam motivasi yang mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan sesuatu yang baik atau kesuksesan.
Namun, bagaimana Islam memandang konsep ini ? Benarkah prinsip ini sesuai dengan ajaran Islam ? Bagaimana dengan akhlak yang ditunjukkan saat memperjuangkan kesuksesan dengan bekerja keras secara maksimal ? Bagaimana jika seseorang dalam rangka mengejar kesuksesan akhirnya menghalalkan segala cara, hingga menyakiti dan mendzalimi orang lain atau saudaranya sendiri, bahkan sampai melupakan Tuhannya?
Ada dimensi lain yang menjadi faktor paling penting yang diajarkan Islam dalam meraih kesuksesan, termasuk bagaimana Islam mendefinisikan kesuksesan itu sendiri. Ketakwaan kepada Allah SWT adalah faktor terpenting yang akan membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan sejati.
Nah, artikel kali ini kita akan mengkaji lebih dalam mengenai hubungan antara kerja keras dan ketakwaan dalam Islam, serta apa sesungguhnya definisi sukses atau keberhasilan itu dalam pandangan Islam.
Apa Itu Kerja Keras
Kerja keras bisa diartikan sebagai usaha maksimal yang dilakukan seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Ini mencakup dedikasi, ketekunan, dan semangat untuk terus maju meskipun menghadapi rintangan dan kesulitan. Kerja keras bukan hanya mengenai usaha fisik, tetapi juga mental dan emosional.
Pandangan Umum tentang Kerja Keras
Secara umum, banyak yang meyakini bahwa kerja keras adalah kunci utama untuk meraih kesuksesan, sehingga muncul ungkapan yang sangat familiar diatas, kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Dalam berbagai bidang seperti pendidikan, karier, dan bisnis, mereka yang bekerja keras biasanya akan mencapai hasil yang memuaskan.
Namun, adakah jaminan bahwa setiap usaha keras akan selalu berbuah manis? Di sinilah pentingnya melihat konsep ini dari sudut pandang yang lebih holistik, terutama dalam konteks ajaran Islam.
Konsep Kerja Keras dalam Islam
Islam tidak menafikan pentingnya kerja keras. Bahkan, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras dan tidak bermalas-malasan. Rasulullah SAW sendiri adalah contoh nyata dari seseorang yang sangat giat bekerja. Beliau bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Artinya : “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil kerja tangannya sendiri. Nabi Dawud AS juga makan dari hasil kerja tangannya sendiri.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam menghargai kerja keras dan usaha yang dilakukan dengan tangan sendiri. Namun, kerja keras dalam Islam tidak bisa dipisahkan dari konsep ketakwaan dan tawakal kepada Allah SWT.
Ketakwaan Sebagai Faktor Penentu
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ
Artinya : “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
Ayat ini menunjukkan bahwa ketakwaan kepada Allah adalah kunci utama untuk mendapatkan keberhasilan dan rezeki yang berlimpah. Ketakwaan berarti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan rasa takut kepada-Nya.
Ayat ini juga menjadi penjelas tentang definisi kesuksesan dan keberhasilan dari sudut pandang Islam, yaitu ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jadi kesuksesan dalam pandangan Islam bukan diukur dari kesuksesan dunia, akan tetapi yang paling utama adalah sukses dalam pandangan Sang Pencipta, yaitu hamba-Nya yang paling bertaqwa di sisi-Nya.
Rezeki terbesar yang harus disyukuri bukanlah besarnya dan banyaknya kekayaan dunia, akan tetapi mendapatkan ridho dan rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana firman Allah pada surat Al Hujurat ayat 13,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Hubungan Kerja Keras dan Ketakwaan
Lalu bagaimana hubungan antara kerja keras dengan ketakwaan dalam pandangan Islam? Benarkah ungkapan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil ? Tidak sepenuhnya benar, yang benar adalah keduanya bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Dalam Islam, kerja keras harus diiringi dengan ketakwaan, agar usaha yang dilakukan mendapatkan berkah dan ridha dari Allah SWT. Usaha tanpa ketakwaan bisa jadi tidak membawa keberkahan, meskipun hasilnya tampak sukses di mata manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَ كَّلُوْنَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُم كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
Artinya : “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi hari ia pergi dalam keadaan lapar dan sore hari ia kembali dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa tawakal (berserah diri kepada Allah) setelah berusaha maksimal, adalah prinsip yang harus dipegang oleh setiap Muslim. Ikhtiar maksimal yang dilakukan harus disertai dengan tawakal kepada Allah SWT, sebagai yang menentukan hasil akhirnya.
Apapun hasil yang Allah berikan setelah ikhtiar maksimal dilakukan, harus diterima dengan segala rasa syukur. Karena tugas utama sebagai manusia untuk melakukan amal sholeh telah ditunaikan, mengenai hasil bukan lagi menjadi urusan kita, akan tetapi merupakan hak prerogatif Allah subhanahu wata’ala.
Salah satu contoh yang menggambarkan hubungan antara kerja keras dan ketakwaan, bisa kita pelajari dari kisah para nabi dan rasul. Mulai dari kisah Nabi Yusuf AS, kisah Nabi Ibrahim AS, kisah Nabi Nuh AS hingga junjungan kita Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassalam.
Misalnya dalam kisah Nabi Yusuf AS, beliau adalah contoh teladan dalam bekerja keras, bertakwa, dan bertawakal kepada Allah. Meskipun menghadapi berbagai cobaan dan rintangan yang berat, Nabi Yusuf AS tetap teguh dalam keimanan dan usahanya. Akhirnya, Allah SWT mengangkat derajatnya dan memberikan keberhasilan yang luar biasa.
Ungkapan “kerja keras tidak akan mengkhianati hasil” memiliki kebenaran, walaupun tidak sepenuhnya tepat. Dalam perspektif Islam, kerja keras harus diiringi dengan ketakwaan dan tawakal kepada Allah SWT.
Ketakwaan adalah kunci utama yang memastikan bahwa usaha yang dilakukan mendapatkan berkah dan hasil yang baik di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap Muslim harus menggabungkan kerja keras dengan ketakwaan dan tawakal agar dapat meraih keberhasilan sejati yang diridhai oleh Allah SWT.
Dengan demikian, prinsip kerja keras dalam Islam tidak hanya berfokus pada usaha fisik dan mental semata, tetapi juga pada kesadaran spiritual dan hubungan yang erat dengan Allah SWT. Hanya dengan menggabungkan semua elemen ini, seseorang dapat mencapai keberhasilan yang sebenarnya, yakni kebaikan di dunia dan terutama di akhirat kelak.
Wallahu’alam bishawab.