Kisah Nabi Ibrahim AS Dan Raja Namrud

kisah-nabi-ibrahim-as

KISAH NABI IBRAHIM AS DAN RAJA NAMRUD.  Sahabat pencinta quran yang senantiasa mengharap ridho Allah SWT, kisah para Nabi dan Rasul kali ini sudah mencapai urutan ke-6 dari sejarah 25 Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui, yaitu Nabi Ibrahim AS. Karena sejarah Nabi Ibrahim ini cukup panjang, maka penulis bagi menjadi beberapa artikel. Insya Allah banyak sekali tebaran kisah dan hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim AS, yang juga mendapat predikat “Bapak Para Nabi” ini.

Yuk kita simak, kisah sejarah Nabi Ibrahim AS dimulai sejak awal mula beliau dilahirkan.

Nabi Ibrahim dilahirkan pada sekitar tahun 2295 SM di Faddam A’ram, Babilonia Iraq Selatan. Nabi Ibrahim AS adalah anak tertua dari pasangan Azar (Tarikh) bin Nahur. Ibunya bernama Buna binti Karbina. Beliau adalah keturunan ke 10 Sam Bin Nuh AS. Silsilah lengkap beliau adalah adalah Ibrahim bin Azar (Tarikh) bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.

Ada juga yang menulis nama Ibu Nabi Ibrahim adalah Amilah. Azar mendapat Ibrahim saat dia berusia 60 tahun. Setelah Nabi Ibrahim lahir maka lahir pula dua orang adiknya. Jadi Nabi Ibrahim mempunyai dua orang saudara yaitu Nahur dan Haran. Haran mempunyai anak bernama Luth dan meninggal ketika Luth masih kecil (kelak menjadi Nabi Luth).

Tahukah sahabat, bahwa kerajaan Babylonia itu adalah sebuah kerajaan yang besar. Kota Babylonia diperintah oleh Raja besar yang menguasai hampir seluruh wilayah dunia dan telah lama memerintah. Dia adalah Raja Namrud. Raja Namrud sudah memerintah hampir 400 tahun lamanya.

Umurnya yang panjang dan lamanya dia berkuasa menjadi raja di Babylonia membuatnya lupa dan sombong. Namrud dan warga Babylonia melupakan ajaran nenek moyang mereka Sam bin Nuh yang mendakwahkan Islam. Masa yang panjang telah membuat hati mereka menjadi keras dan tergoda bujuk rayu iblis untuk menjadikan patung sebagai Tuhan mereka. Sejarah penyembahan patung seperti kisah kaumnya Nabi Nuh, Nabi Hud dan Nabi Shaleh AS berulang kembali.

Raja Namrud terkenal sebagai raja yang bengis dan kejam. Dia memiliki kekuasaan mutlak dan tak tergantikan oleh siapa pun. Dia memerintahkan rakyatnya untuk menyembah dia sebagai Tuhan selain patung-patung berhala. Kata-katanya tidak bisa dibantah. Yang berani menentangnya akan dibunuhnya.

Hal ini berlangsung cukup lama hingga hampir 400 tahun. Suatu malam dikisahkan Namrud mendadak terbangun ditengah malam dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan. Keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhnya. Istana menjadi heboh. Serta merta para prajurit berdatangan.

Keesokan harinya Raja Namrud segera memanggil penasehat sekaligus peramal andalannya. Namrud bercerita tentang mimpinya yang kemudian diramalkan oleh si Peramal kalau nanti akan ada seorang pemuda yang akan menggulingkan kekuasaannya.

Sontak Raja Namrud kaget dan segera membuat peraturan, “ Tidak akan ada yang bisa menggulingkanku, Aku adalah Tuhan, Aku Abadi, Aku punya segalanya. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau”, teriak Raja Namrud dengan sombongnya.

Namun meskipun demikian, ketakutan tetap menyelimuti hatinya. Dengan dalih atas kehendak Tuhan maka Raja Namrud memerintahkan kepada seluruh prajuritnya untuk memeriksa seluruh bayi yang baru lahir. Bila laki-laki harus segera dibunuh, kalau ada yang membantah maka seluruh keluarga sang bayi akan dibunuh.

Dengan cepat seluruh bala tentara Raja Namrud bergerak menyisir seluruh kota besar dan kecil di wilayah Babylonia dan disekitarnya. Tangisan Ibu-ibu terdengar dimana-mana. Tanpa ampun prajurit membunuh bayi laki-laki yang tak bersalah langsung dihadapan ibu kandungnya. Semua rakyat Babylonia dicekam ketakutan. Namun Tidak ada satu pun yang berani melawan.

Perintah Raja Namrud ini juga terdengar hingga ketelinga Azar dan Istrinya. Azar adalah termasuk orang dekat Raja Namrud karena pekerjaannya adalah membuat berhala dan menjualnya. Masa itu adalah masa yang sangat berat bagi Azar. Di satu Sisi Azar sangat bahagia karena setelah sekian lama menikah akhirnya istrinya hamil juga. Di sisi lain dia sangat khawatir karena takut kalau anaknya laki lakinya akan mati dengan cara yang mengenaskan .

Azar segera bertindak cepat saat menjelang pagi kala gelap masih menyelimuti kota, Azar membawa istrinya ke tengah hutan bersama seorang bidan. Sengaja dia mencari hutan yang belum pernah disentuh manusia, dan disanalah istri Azar melahirkan seorang bayi laki-laki yang gemuk dan lucu. Kebahagiaan sekaligus kesedihan menerpa hati Azar dan istrinya.

RAJA NAMRUD YANG ZALIM

Sebelum kita lanjutkan kisah Azar dan istrinya, kita akan coba lihat sekilas tentang Raja Namrud.

Raja Namrud adalah salah satu seorang Raja yang memerintah Mesopotamia kuno (kini dikenal negara Irak). Nama lengkapnya adalah Namrud bin Kan’aan bin Kush bin Ham bin Nuh (Nabi Nuh AS) atau juga beberapa pendapat Raja Namrud bin Kush bin Ham bin Nuh. Selain itu beliau diberi gelar Dewa Bacchus atau Dewa Anggur dan Dewa Matahari. Namrud sendiri merupakan kata jamak yang memiliki pengertian “Mari memberontak”.

gunung-namrud-kisah-nabi-ibrahim-as
Bekas-bekas peninggalan berhala Namrud

Di dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir, pada bab kisah para nabi diceritakan bahwa dunia ini memilki empat raja besar yang menguasai hampir seluruh wilayah dunia. Dua diantara raja itu adalah Muslim dan dua diantaranya kafir. Raja muslim yaitu Dzulkarnain dan Nabi Sulaiman, sementara raja yang kafir bernama Raja Namrud dan Bukhtanshar.

Mengapa Raja Namrud termasuk empat raja terbesar dunia ?

Masa Kecil Namrud

Raja Namrud menjadi raja selama kurun waktu 400 tahun. Ia memiliki gelar “a mighty hunter” yang berarti “pemburu yang hebat” atau “pemburu yang perkasa”, karena kehebatannya dalam berburu. Namrud terkenal sangat kejam dan bengis. Dia tidak segan segan membunuh hanya karena kesalahan kecil rakyatnya. Raja Namrud juga gemar menaklukkan kerajaan kerajaan disekitarnya. Merampas harta dan menjadikan penduduknya sebagai budak.

Raja Namrud pun memiliki akhlak yang sangat buruk. Hal ini salah satunya merupakan imbas dari kondisi Namrud saat masih kecil. Raja namrud lahir dalam keadaan tidak berayah. Ayahnya meninggal saat ibunya baru mengandung Namrud. Ia tumbuh dengan cepat tidak seperti bayi lainnya. Badannya cepat besar dan tenaganya kuat.

gunung-namrud-di-turki
Gunung Namrud di Turki

Kecerdasannya tampak semenjak dia masih kecil. Oleh sang ibu, Namrud diperlakukan sedemikian rupa, ia diperlakukan sangat istimewa hingga puncaknya dianggap sebagai anak Tuhan. Penyimpangan ajaran Islam sudah dimulai pada masa itu. Ajaran agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Nuh AS pelan pelan mulai dilupakan.

Orang sudah mulai mengikuti godaan dan rayuan Iblis laknatullah. Penduduk lebih percaya kepada bintang bintang dan patung berhala. Masa itu kegilaan manusia sudah mulai tampak, dimulai dari Namrud sendiri . Dengan Dalih menjaga kesucian, padahal intinya ingin menguasai tahta kerajaan secara mutlak, maka Namrud pun menikah dengan Ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Maka disinilah kisah hubungan sedarah manusia dimulai.

Namrud memang seorang raja yang cerdas, namun kecerdasannya itu membuatnya bersikap sombong dan takabur. Dengan menguasai ilmu perbintangan, Namrud malah membudayakan ilmu meramal. Namrud juga sangat ambisius. Dia memimpin pembangunan gedung perkotaan yang luar biasa termasuk Menara Bibel.

Awal Mula Sekte Pemuja Setan

Namrud telah memulai suatu era yang baru dimana manusia memandang rendah pada Tuhan. Rakyatnya tidak dianjurkan untuk melakukan kebaikan demi Tuhan, karena baginya Tuhan yang ghaib adalah lemah. Oleh karena itu orang-orang dibawah pemerintahannya bisa dengan bebasnya mengikuti hawa nafsu manusia seperti berpesta, seks bebas, arak dan segala kemungkaran yang lain. Oleh karena itu, Namrud diberi gelar Bacchus atau Dewa Anggur karena ia “sangat mabuk akan dunia”.

KISAH KELAHIRAN NABI IBRAHIM AS

Pada satu malam Raja Namrud bermimpi melihat bintang yang terbit dari barat. Semakin tinggi ia naik, semakin terang bintang itu bersinar. Sehingga ia sampai ke zenith dimana ia menerangi seluruh alam semesta. Setelah terbangun Raja Namrud pun memanggil penasihatnya dan menceritakan mimpinya tersebut.

Penasehat itu memberitahu bahwa ada beberapa tafsiran untuk mimpinya itu, antara lain :

  • Akan lahir seorang anak lelaki dalam setahun.
  • Anak itu akan dilahirkan di Faddam A’ram.
  • Anak itu akan menjadi penghancur batu berhala.
  • Anak itu akan membuktikan kepalsuan Raja Namrud.
  • Anak itu akan menyebarkan agama bahwa Tuhan Esa itu ada dan darinya akan lahir keturunan-keturunan para nabi dan aulia.
  • Nabi terakhir dari keturunan ini akan membawa agama yang diibaratkan bintang di zenith yaitu menyinari seluruh alam semesta.
  • Anak ini akan membawa dampak kematian bagi Raja Namrud secara dasyhat dan mengerikan.

Setelah mendengar berita ini Raja Namrud menjadi gelisah. Ia sadar bahwa anak ini akan membawa pada kejatuhannya. Dengan segera Raja Namrud mengirim bala tentaranya ke Faddam A’ram. Penduduk lelakinya telah dipisahkan dari istri-istri mereka. Wanita-wanita yang mengandung dibunuh.

Raja Namrud juga mengeluarkan perintah bahwa siapa yang melahirkan anak lelaki akan dibunuh bersama  anaknya. Setelah satu tahun ia mendapat pertanda bahwa anak itu akan dilahirkan. Ia mencurigai Azar yaitu orang yang paling dipercayainya karena Azar pernah diizinkan untuk memasuki kota tersebut.

Meskipun begitu, Azar menampiknya dan istrinya juga tidak menunjukkan tanda-tanda hamil. Namun, ia tidak mempercayainya dan menugaskan seorang tentara untuk menjaga istri Azar yang bernama Amilah (atau Buna). Setahun telah berlalu dan tentara Namrud telah dikeluarkan dari kota Faddam A’ram.

Ternyata waktu itu Amilah memang Hamil, tetapi Allah yang Maha Kuasa telah mentakdirkan kehamilannya tidak diketahui kecuali oleh Azar sampai mendekati kelahirannya. Menjelang kelahiranya bayinya, Azar segera membawa istrinya ke tengah hutan. Sengaja dilewatinya jalan memutar dan ditengah malam supaya tidak ada satu pun yang curiga. Dibawanya juga sseorang perempuan yang akan membantu kelahiran istrinya.

Tak lama kemudian Allah berkehendak, Amilah melahirkan seorang putra. Setelah menanti cukup lama akhirnya Allah memberikan mereka keturunan. Anak itu mereka beri nama Ibrahim yang artinya penyayang. Azar sangat senang melihat putranya lahir. Tetapi kemudian raut wajahnya segera muram, dia teringat akan titah Namrud yang akan membunuh setiap bayi yang lahir bersama ibunya. Air mata meleleh dipipinya. Amilah yang mengetahui hal itu ikut juga menangis sedih

Beberapa saat kemudian, setelah dirasa kondisi Amilah sudah agak sehat, Azar segera mengajak istrinya pergi dari situ. “Amilah, lekas berkemas, bibi juga, katanya kepada perempuan yang membantu istrinya bersalin“, kita harus cepat, waktu kita tidak banyak. Aku takut Namrud mengetahui kepergian kita. Mata-matanya dimana-mana”,  kata Azar dengan suara tercekat.

“Bagaimana dengan Ibrahim, anak kita, kita tidak mungkin meninggalkannya sendirian”, kata Amilah pilu. “Kita tidak mungkin membawanya, kau tahu”, kata Azar sambil memegang pundak istrinya. Namrud pasti membunuhnya dan juga membunuh kita. “Kita semua akan mati”, kata Azar putus asa.

“Namrud tidak akan peduli, apakah aku temannya atau tidak. Dia begitu kejam dan tidak berperikemanusiaan”,  jelas Azar. “Tapi anak kita,  apa yang akan terjadi dengannya ? Aku tidak sanggup meninggalkannya sendirian suamiku”, ratap sang ibu”.

Azar memeluk istrinya, “Aku tahu, sayang,  aku tahu, mungkin sepeninggal kita dari sini dia akan dimakan binatang buas atau mati kelaparan dan kedinginan, tapi hal itu lebih baik daripada bayi kita ini mati di depan mataku. Biarlah pilihan kita tidak banyak”, Azar menangis tersedu-sedu.

Ketiga orang itu pun menangis bersamaan, sampai kemudian Azar dengan cepat membereskan segala sesuatu, “Tinggalkanlah Ibrahim,  cepat hari hampir malam. Kita harus segera sampai di rumah kita sebelum pagi menjelang.” perintah Azar.

Akhirnya mereka pun selesai berkemas dan Ibrahim dipakaikan baju serta digulingkan diatas selimut yang sudah mereka siapkan sebelumnya. “Ayo cepat !”, kata Azar tak sabar.

“Sebentar suamiku”, Amilah segera memeluk Ibrahim. Lama sekali,  dan air matanya bercucuran. Kemudian dari lisannya keluar sebuah doa. “Wahai Ibrahim anakku, aku titipkan engkau kepada zat yang Maha Melindungi. Semoga Allah menjagamu dan mempertemukan kita kembali.” bisik Amilah ditelinga Ibrahim.

Seolah mengerti perkataan dan doa sang ibu, bayi Ibrahim pun tidak menangis. Kemudian bertiga mereka bergegas keluar dari hutan. Dalam perjalanan pulang, Amilah yang belum begitu sehat digendong oleh suaminya. Sepanjang perjalanan keluar dari hutan dia selalu menoleh ke arah gua tempat bayi Ibrahim ditinggalkan. “Tunggu Ibu nak, ibu akan datang menjemputmu.” bisiknya penuh haru.

Menjelang fajar menyingsing, tibalah Azar, istrinya dan bidan desa di Kota Babylonia. Dengan mengendap-endap tibalah Azar di rumah. “Puja dewa, akhirnya kita sampai di rumah dengan selamat.” kata Azar lirih nyaris tak terdengar oleh siapa pun.

Amilah tidak menyahut perkataan suaminya, matanya menatap kosong, fikirannya terbang jauh menuju gua di hutan, tempat dimana Ibrahim, bayinya ia tinggalkan. Terdengar isakan tertahan keluar dari bibirnya, “Ibrahim, bagaimana keadaanmu nak,”. Air mata kembali mengalir deras dari pipi Amilah.

Azar yang melihat kondisi Amilah, segera memeluk istrinya, “Sudahlah jangan difikirkan lagi.” kata Azar. “Tapi, dia anak kita pak ? Bagaimana aku bisa tidak memikirkannya.” Azar kemudian segera menjawab dengan suara yang agak ditekan,  “Amilah, aku tahu apa yang engkau rasakan, tapi kalau kau terus-terusan begini, Namrud akan curiga. Kita bisa ditangkap, dan kau bisa bayangkan bukan kita saja yang celaka tapi juga anak kita bisa dicari ditengah hutan. Percuma kita berpayah payah menyembunyikannya. Sudahlah ini mungkin sudah nasib anak kita. Masih lebih baik dia mati tidak di depan mata kita.” ulang Azar.

“Sudah, istirahatlah, aku tidak mau ada hal yang mencurigakan, siang ini aku ada pertemuan dengan raja Namrud.
Amilah mengangguk, suaminya memang benar. Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan sekarang. Namun jauh disudut hatinya dia merasa anaknya tidak mengalami apa-apa. Dipandangnya langit yang masih gelap,  ”Wahai Allah, Zat yang Maha Melindungi, aku yakin Engkau akan melindungi Ibrahim anakku sebagaimana Engkau lindungi waktu dia dalam perutku, sehingga tak seorang pun tahu kehamilanku. Aku hanya berharap pada-Mu, wahai Allah, Zat yang menguasai segala sesuatu.” pinta Amilah dengan khusuk. Tak lama setelah berkata itu Amilah jatuh tertidur .

Mukjizat Nabi Ibrahim AS Saat Kecil

Sahabat sekalian,  bagaimana pula dengan nasib bayi Ibrahim di hutan, setelah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya ?



 
Seperti bayi pada umumnya. Ibrahim tertidur pulas, suasana gua yang sepi membuatnya tidur tanpa terganggu. Beberapa saat kemudian bayi Ibrahim pun terbangun. Dia menggerak-gerakkan mulutnya mencari susu ibunya. Setelah lama tidak memperoleh yang ia inginkan. Pertolongan Allah pun datang, Allah gerakkan ibu jari Ibrahim ke arah mulutnya.

Masya Allah sesuatu pun terjadi, air susu memancar dari jari yang ia hisap. Bayi Ibrahim pun kenyang hingga kemudian dia kembali tertidur. Allah benar-benar berkuasa atas segala sesuatu, ketika Allah berkehendak memberikan rezeki kepada hamba-Nya, maka tiada satupun yang bisa mencegahnya seperti halnya bayi Ibrahim.

Jauh terpisah dari sang ibu tidak berarti Ibrahim kehilangan rezeki air susu ibunya. Allah takdirkan jarinya mengeluarkan susu. Tidak hanya itu dalam riwayat juga dikisahkan selain susu, jari bayi Ibrahim juga mengeluarkan madu.

Nabi Muhammad SAW menangis ketika beliau menceritakan kisah ini kepada para sahabat. Keluar dari mulutnya yang suci, kalimat tasbih, tahmid dan takbir tiada henti yang diringi oleh para sahabatnya.

Selain itu Allah kirimkan juga malaikat untuk menjaga bayi Ibrahim, ,sehingga beliau tidak pernah merasa sendirian. Allah adalah sebaik-baik penjaga dan sebaik-baik penyayang diantara para penyayang.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa (menurut riwayat) sudah sekitar tujuh bulan lamanya bayi Ibrahim tinggal di dalam hutan. Setiap malam tanpa bosan, Amilah sang ibu berdoa kepada yang Maha Kuasa dan memohon keselamatan untuk putranya.

Amilah tak pernah berdoa kepada berhala karena ia tahu berhala tak bisa apa-apa. Berhala tak bisa menyelamatkan anak tetangganya yang dibunuh Namrud. Hati nurani mengatakan kalau Ibrahim anaknya masih hidup, berulang kali ditepisnya perasaan itu, tetapi entah kenapa bayangan bayi Ibrahim yang sedang belajar merangkak terus membayang dipelupuk matanya.

Sampai suatu ketika rasa itu sudah tak tertahan lagi, dengan suara penuh kehati-hatian, Amilah berkata kepada Azar suaminya, “Suamiku, izinkan aku pergi ke gua di hutan itu ya, aku ingin menengok Ibrahim anak kita.”

Azar menoleh, lama dipandanginya istri tercinta, tampak kerinduan yang dalam dipelupuk matanya yang cekung karena kurang tidur, Azar menarik nafas panjang. “Amilah, masih tidak bisakah kau lupakan Ibrahim bayi kita?” Mengapa engkau masih memikirkannya, lihat matamu begitu sayu, sampai kapan kau lakukan ini, sadarlah anak kita Ibrahim pasti sudah mati.”

Amilah memeluk lengan suaminya, dia bersimpuh di depan Azar, “Tidak suamiku, entah mengapa aku merasa Ibrahim masih hidup, aku berusaha melupakannya, tapi tidak bisa. Bayangan Ibrahim terus menghantuiku, aku yakin anakku baik-baik yang saja. Yang Maha Kuasa pasti menjaganya. Suamiku, tolonglah penuhi permintaanku, izinkan aku ke gua itu ya, sekali saja. Biarkan hatiku puas, tolong suamiku,  tolong !”

Azar menatap mata istrinya, tampak kesungguhan dan kekerasan tekad terpancar dari matanya. Azar menarik nafas panjang, “Baiklah, aku izinkan dan engkau akan aku temani, tapi ingat ini untuk yang terakhir kali kita ke gua itu, dan satu lagi kalau engkau hanya menemukan tengkorak anak kita engkau tidak boleh histeris dan menjadi gila setelahnya, paham!” kata Azar tegas.

“Terima kasih, terima kasih suamiku. Aku janji tidak akan menangis walau aku hanya menjumpai tengkorak anakku. Terima kasih. Terima kasih.” berulang kali Amilah mencium tangan suaminya sebagai tanda kegembiraannya.

Sahabat sekalian, bagaimana nasib bayi Ibrahim yang telah lama ditinggalkan di hutan ? Akankah Azar dan istrinya bertemu dengan bayi mereka yang sangat mereka rindukan ? Insya Allah lanjutan Kisah Nabi Ibrahim AS akan segera penulis tulis pada artikel Kisah Nabi Ibrahim AS Mencari Tuhan dan Dakwah Nabi Ibrahim AS.

Semoga bermanfaat.

Wallahu’alam bishawab.

6 thoughts on “Kisah Nabi Ibrahim AS Dan Raja Namrud”

    • Terimakasih sudah mengunjungi blog pondokislami.com, insya Allah dalam waktu dekat akan kami posting kelanjutannya….jazakallah

      Reply
    • Waalaikum salam, jazakallah khair atas atensinya, tapi afwan admin belum berkesempatan untuk melanjutkan kisahnya. Doakan semoga diberi kemudahan dan waktu luang untuk meneruskan lanjutannya….

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

1000+ Worksheet Anak Muslim
This is default text for notification bar