KISAH NABI LUTH DAN MUKJIZAT NABI LUTH. Sahabat sekalian pencinta Al Quran, kisah 25 nabi dan rasul kali ini adalah tentang Nabi Luth AS. Nabi Luth merupakan anak dari saudara kandung Nabi Ibrahim yang bernama Haran. Jadi Nabi Luth merupakan keponakan Nabi Ibrahim AS.
Baca juga artikel kami tentang : Kisah Kelahiran Nabi Ibrahim AS dan Raja Namrudz.
Suatu saat Nabi Luth AS berhijrah bersama pamannya Nabi Ibrahim AS menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana selama beberapa lama, kemudian kembali lagi ke Palestina. Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada pamannya Nabi Ibrahim AS untuk pergi menuju negeri Sadum/Sodom (di dekat laut mati di Yordan).
Karena Allah SWT telah memilihnya sebagai Nabi-Nya dan Rasul-Nya yang diutus kepada negeri tersebut, maka Nabi Ibrahim pun mengizinkann Nabi Luth untuk pergi ke negeri Sadum dan akhirnya menikah di sana. Pada masa itu, akhlak penduduknya negeri Sadum sangatlah buruk. Mereka tidak menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan tidak malu berbuat kemungkaran, berkhianat kepada kawan, dan melakukan penyamunan.
Di samping itu, mereka mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumnya di alam semesta. Mereka mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwatnya dan meninggalkan wanita. Saat itu, Nabi Luth AS mengajak penduduk Sadum untuk beriman dan meninggalkan perbuatan keji itu. Beliau berkata kepada mereka,
“Mengapa kamu tidak bertakwa?”– Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 160-161)
Tetapi kaum Nabi Luth tidak peduli dengan seruan itu, bahkan bersikap sombong terhadapnya serta mencemoohnya. Meskipun begitu, Nabi Luth AS tidak putus asa, ia tetap bersabar mendakwahi kaumnya. Mengajak mereka dengan bijaksana dan sopan, ia melarang dan memperingatkan mereka dari melakukan perbuatan munkar dan keji.
Akan tetapi, kaumnya tidak ada yang beriman kepadanya, dan mereka lebih memilih kesesatan dan kemaksiatan, bahkan mereka berkata kepada Nabi Luth dengan perkataan mereka yang kasar, sebagaimana ayat alquran tentang kaum Nabi Luth menceritakannya,
“Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Al ‘Ankabbut: 29)
Mereka juga mengancam akan mengusir Nabi Luth AS dari kampung mereka karena memang ia adalah orang asing. Mendapatkan perlakuan seperti itu Nabi Luth AS pun marah terhadap sikap kaumnya tersebut dan ia serta keluarganya yang beriman pun menjauhi mereka.
Namun sayang, istrinya lebih memilih kafir dan ikut bersama kaumnya serta membantu kaumnya mengucilkan Nabi Luth dan mengolok-oloknya. Terhadap istrinya ini, Allah SWT membuatkan perumpamaan,
“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam).” (QS. At Tahrim: 10)
Pengkhianatan istri Nabi Luth kepada suaminya adalah dengan kekafirannya dan tidak beriman kepada Allah SWT.
Kemudian Allah SWT mengutus tiga orang malaikat dalam bentuk manusia yang rupawan, lalu mereka mampir dulu menemui Nabi Ibrahim AS sebelum bertemu dengan Nabi Luth.
Nabi Ibrahim AS mengira bahwa mereka adalah manusia, maka Nabi Ibrahim segera menjamu mereka dengan menyembelih seekor anak sapi yang gemuk, tetapi mereka tidak mau makan. Para malaikat tersebut memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengaruniakan kepadanya anak dari istrinya, yaitu Sarah bernama Ishaq AS.
Para malaikat pun kemudian memberitahukan kepada Nabi Ibrahim AS, tentang tujuan mereka yang akan berangkat menuju negeri Sadum untuk mengazab penduduknya karena kekafiran dan kemaksiatan mereka. Lalu Nabi Ibrahim AS memberitahukan, bahwa di sana terdapat Luth keponakannya yang juga merupakan Nabi dan Rasul Allah SWT.
Maka para malaikat pun menenangkannya dengan memberitahukan, bahwa Allah SWT akan menyelamatkan dia dan keluarganya kecuali istrinya yang kafir. Para malaikat pun kemudian berpamitan keluar dari rumah Nabi Ibrahim AS dan pergi menuju negeri Sadum.
Sesampainya mereka di rumah Luth, para malaikat itu datang dengan wujud para pemuda yang tampan. Saat Nabi Luth AS melihat mereka, maka Nabi Luth AS pun langsung mengkhawatirkan keadaan mereka. Kedatangan para pemuda tampan yang sesungguhnya para malaikat ini ditutup-tutupi oleh Nabi Luth, hingga tidak ada seorangpun dari kaum Nabi Luth yang mengetahui kedatangan mereka selain istri Nabi Luth.
Akan tetapi karena kemungkaran sang istri, ia pun memilih, untuk keluar dari rumahnya dan memberitahukan kaum Nabi Luth tentang kedatangan tamu-tamu Nabi Luth yang tampan dan rupawan itu. Maka kaum Nabi Luth yang sangat keji dan mungkar itu, begitu mengetahui berita itu, segera datang dengan bergegas menuju rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji dengan para tamu Nabi Luth tersebut.
Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumah Nabi Luth AS sambil memanggil Nabi Luth dengan suara keras meminta Nabi Luth mengeluarkan tamu-tamunya itu kepada mereka. Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada tamu-tamunya itu. Nabi Luth pun berusaha menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka dari mengganggu para tamunya.
Ia berkata kepada mereka,
“Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu,; Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr: 68-69)
Nabi Luth juga mengingatkan mereka, bahwa Allah SWT telah menciptakan wanita untuk mereka agar mereka dapat menyalurkan syahwatnya, akan peringatan tersebut tidak ditanggapi oleh kaumnya dan mereka tetap ingin masuk ke rumah Nabi Luth.
Ketika itu, Nabi Luth AS tidak mendapati seorang yang berakal dari kalangan mereka, yang dapat menerangkan kesalahan mereka. Sehingga akhirnya Nabi Luth pun merasa sudah tidak mampu lagi menahan kebiadaban kaumnya ini sambil berkata,
“Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (QS. Huud: 80)
Saat itulah, para tamu Nabi Luth memberitahukan siapa mereka kepada Nabi Luth, bahwa sesungguhnya mereka bukan manusia tetapi malaikat yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya yang fasik itu.
Tidak berapa lama, kaum Nabi Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para malaikat itu, lalu salah seorang malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan di antara dinding-dinding rumah. Kemudian para malaikat meminta Nabi Luth untuk pergi bersama keluarganya pada malam hari, karena azab akan menimpa mereka di pagi hari.
Mereka juga menasihatinya agar ia dan keluarganya tidak menoleh ke belakang saat azab itu turun, agar tidak menimpa mereka. Di malam hari, Nabi Luth AS dan keluarganya pun pergi meninggalkan negeri Sadum dan ketika tiba waktu Subuh, maka Allah mengirimkan kepada mereka azab yang sangat pedih yang menimpa negeri itu.
Saat azab itu datang, negeri yang dipenuhi oleh kaum mungkar dan tersebut bergoncang dengan goncangan yang sangat keras. Malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu; bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas. Kemudian mereka dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah SWT berfirman,
“Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Allah SWT menyelamatkan Nabi Luth AS dan keluarganya selain istrinya dengan rahmat dari Allah SWT, karena mereka menjaga pesan itu, bersyukur atas nikmat Allah dan beribadah kepada-Nya. Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sedangkan kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya. Allah SWT berfirman,
“Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih.” (QS. Adz Dzaariyat: 37)
KISAH NABI LUTH DAN ISTRINYA
Sebagaimana di kisahkan di atas tentang istri Nabi Luth AS yang durhaka dan kafir hingga ikut menerima azab Allah SWT bersama kaum Nabi Luth AS. Istri Nabi Luth yang bernama Wa’ilah semula merupakan istri yang baik. Namun ia terpengaruh oleh seorang wanita tua yang menawarkan kekayaan berupa emas dan perak. Syaratnya adalah ia harus bersedia memberi tahu kaum laki-laki di negeri Sodom apabila ada tamu lelaki tampan yang berkunjung ke rumahnya.
Sebagaimana kisah di atas bahwa kaumnya Nabi Luth AS, yaitu kaum Sodom, merupakan kaum yang berperangai lebih rendah dari binatang. Tidak ada satu kaum pun sebelum mereka yang memiliki keburukan moral seperti itu. Mereka adalah kaum yang ‘mempopulerkan’ perilaku homoseksual. Lelaki suka dengan lelaki (gay) dan perempuan suka dengan perempuan (lesbian). Banyak lelaki menjadi waria (transgender) dan perempuan menjadi seperti pria / macho.
Rumah Nabi Luth AS memang sering didatangi oleh laki-laki dari kaum lain untuk bertamu. Di antara mereka ada yang masih remaja dan tampan. Hal ini karena Nabi Luth terkenal sebagai orang yang sangat dermawan dan bijak.
Godaan harta sangat kuat menerpa jiwa Wa’ilah. Apalagi tetangga-tetangganya memang kaya raya dan sangat suka berpestapora. Wa’ilah pun hidup dalam kebimbangan. Di satu sisi ia adalah istri dari seorang Rasul yang sangat menentang perilaku seks menyimpang pada kaumnya, akan tetapi disisi lain ia ingin hidupnya lebih baik dalam ukuran materi. Berulang kali dia meminta harta kepada Nabi Luth AS. Tetapi tetap saja Luth tidak bisa memenuhinya.
“Suamiku, bekerjalah lebih keras. Supaya engkau bisa dapat uang yang banyak. Kau kan tahu kita sudah lama menikah, anak-anak kita juga sudah besar. Tetapi kita tidak punya harta. Lihat tetangga kita, kaya raya, bisa berpesta, sedangkan kita, untuk makan enak saja susah” ucapan penuh omelan keluar dari mulut Wa’ilah kepada Nabi Luth AS.
Nabi Luth hanya tersenyum sambil berkata, “Istriku, janganlah engkau terpedaya harta dunia. Itu hanya kesenangan sementara. Jangan juga tergoda oleh tetangga kita yang kaya raya. Percayalah Allah SWT lebih tahu dalam soal membagi rezekinya. Lagian kita tidak pernah kelaparan. Itu lebih dari cukup.”
Mendengar nasehat suaminya, Wa’ilah bukannya menjadi sadar malah menjadi murka. Hingga akhirnya Wa’ilah berubah dari istri yang sabar dan menerima menjadi istri yang suka menuntut lebih terhadap kebutuhan dunianya.
Rupanya nafsu duniawi lebih menguasai dirinya. Wa’ilah menjadi gelap mata. Gemerlap perhiasan dan perabot tetangganya membuatnya lupa. Akhirnya Wa’ilah pun tergoda. Ia menerima tawaran wanita tua yang menjanjikan emas permata apabila ia mau memberitahu tentang tamu suaminya. Wa’ilah meminta putrinya untuk memberitahu masyarakat setiap kali ada lelaki tampan yang bertamu pada suaminya.
Untunglah ke dua putri Nabi Luth AS ini menolak keinginan ibunya.“Ibu, janganlah berbuat keburukan, takutlah kepada Allah bu” demikian nasehat anaknya kepada sang ibu.
Hingga datanglah peristiwa yang sangat menentukan nasib Wa’ilah. Yaitu hari dimana Allah SWT mengutus dua orang malaikat yaitu Malaikat Jibril dan Malaikt Mikail yang Allah serupakan menjadi dua pemuda yang sangat tampan kepada Nabi Luth AS.
Mengetahui kedatangan dua pemuda tampan ini membuat dada Nabi Luth menjadi sangat sesak. Nabi Luth as merasa khawatir dengan kedatangan kedua tamunya karena tahu kebejatan moral kaumnya. Sebagaimana Allah menggambarkan dalam Al Quran,
“Dia (Luth) merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka. Dan ia berkata: ‘Ini adalah hari yang sangat sulit’.” (QS. Hud:77)
Kabar datangnya tamu ini juga diketahui oleh Wa’ilah dan sangat membuatnya gembiranya. “ Hari ini hari keberuntunganku, lihat suamiku kedatangan dua tamu pemuda yang sangat ganteng dan rupawan. “ kata Wa’ilah gembira.
“Tak lama lagi gelang emas dan perhiasan yang sudah aku impikan akan menjadi miliku. Aku harus bergegas sebelum ada orang yang tahu.” Kata Wa’ilah. Wa’ilah pun mengutus putrinya namun putrinya menolak. Mereka tidak mau mengkhianati agama ayahnya dan menjadi pembantu kejahatan. Mendengar penolakan sang putri Wa’ilah pun menjadi gelap mata dan murka.
“Kurang ajar kalian sudah berani membantah ibu. Baik, biar ibu sendiri yang akan pergi memberitahu orang-orang.”
Wa’ilah pun bergegas keluar pintu. Ke dua orang putrinya berusaha mencegah “Ibu jangan ibu, demi Allah jangan pergi. Ibu akan mendapat murka Allah, ayo ibu jangan lakukan itu. Jangan mengkhianati Ayah” kata dua putri Wa’ilah sambil menangis.
Bukannya kasihan dan mendengar nasehat putrinya, Wa’ilah yang sudah dibutakan oleh nafsu malah menjadi semakin murka. Tanpa membuang waktu lagi ia pun segera membuka pintu rumahnya dan mendorong putrinya yang berusaha menghalanginya, dan mengabarkan tentang kedatangan tamu-tamu pria yang tampan rupawan itu kepada tetangga-tetangganya.
Kaum Sodom begitu gembira mendengar kabar dari Wa’ilah. Tanpa bisa dikendalikan lagi mereka bersegera menuju rumah Nabi Luth AS. Sesampainya di depan rumah Nabi Luth mereka pun berteriak-teriak agar Nabi Luth segera mengeluarkan kedua tamunya. Keberingasan kaumnya itu memaksa Luth untuk segera membukakan pintu rumahnya.
Nabi Luth AS bahkan berusaha meredam keberingasan kaumnya dengan menawarkan putri-putrinya kepada mereka. Namun mereka tidak berminat sedikit pun kepada putri-putri Nabi Luth. Tiba-tiba tamu itu berkata kepada Nabi Luth AS, “Sesungguhnya kami adalah ututsan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak dapat mengganggu engkau.” Kemudian mereka berkata lagi: “Bukakan pintu dan tinggalkanlah kami bersama mereka!”
Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth AS. Ketika itulah, Jibril menunjukkan kelebihannya, ia mengembangkan sayapnya dan memukul orang-orang durjana itu. Akhirnya mata mereka, tanpa kecuali buta seketika. Mereka berteriak kesakitan dan bingung mencari arah.
Bertanyalah Nabi Luth as kepada malaikat Jibril: “Apakah kaumku akan dibinasakan saat ini juga?” Malaikat menjawab bahwa azab akan ditimpakan kepada kaumnya pada waktu Subuh nanti. Nabi Luth berpikir, bukankah waktu Subuh sudah dekat. Jibril memerintahkan Nabi Luth untuk pergi membawa keluarganya pada akhir malam nanti bersama keluarganya, kecuali istrinya, Wa’ilah. Karena istrinya telah membantu orang-orang berbuat kerusakan dan ia harus menerima akibatnya.
Lalu turunlah azab atas diri Wa’ilah beserta semua kaum Luth sebagaimana difirmankan Allah dalam Al Quran:
“Maka, tatkala datang azab Kami, Kami balikkakn (kota itu), dan kami turunkan di atasnya hujan batu, (seperti) tanah liat dibakar bertubi-tubi. Diberi tanda dari Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud: 82-83)
Demikianlah Kisah Nabi Luth AS dan mukjizat Nabi Luth AS serta kisah azab yang menimpa kaum Sodom, termasuk istri Nabi Luth AS yang tergoda oleh harta benda dunia, sehingga menjadi mungkar dan mengkhianati Nabi Luth AS dan Allah SWT.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah Nabi Luth AS dan kaum Sodom serta istri Nabi Luth AS yang telah durhaka akibat pengaruh tipu daya nafsu dunia.
Wallhu’alam bishaawab.