ADAB MENUNTUT ILMU DALAM PESAN LUQMANUL HAKIM & AL-GHAZALI. Sahabat pembaca Pondok Islami, seperti telah dijelaskan dalam artikel kami sebelumnya tentang keutamaan menuntut ilmu dalam pandangan Islam, maka salah satu bagian terpenting dan tak bisa terpisahkan dari proses menuntut ilmu menurut Islam adalah adab dalam menuntut ilmu.
Sebagaimana disampaikan oleh seorang ulama ahli hadist, fiqih dan tafsir, Abu Zakariya An Anbari rahimahullah, beliau berkata : “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” .
Begitu pentingnya etika atau adab menuntut ilmu dalam Islam, sehingga Imam Malik rahimahullah pun mengatakan, “Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” .
Jadi dalam pandangan Islam, adab dalam menuntut ilmu merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses menuntut ilmu. Adab merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri.
Berkah, maknanya menurut Imam Al-Ghazālī, adalah bertambahnya nilai-nilai kebaikan. Ilmu yang berkah artinya ilmu yang dapat memberikan manfaat serta kebaikan di dalamnya.
Apa saja sesungguhnya adab dalam menuntut ilmu itu ? Yuk, kita pelajari pesan-pesan dari Lukmanul Hakim dan imam Al Ghazali tentang adab-adab menuntut ilmu, yang penulis rangkum dari buku karya Syaikh Jamal Abdurrahman, berjudul “Islamic Parenting”, Pendidikan Anak Metode Nabi, Penerbit Aqwam.
Pengertian dan Makna Adab
Sebelum membahas berbagai adab menuntut ilmu, perlu kita pahami terlebih dahulu makna atau pengertian dari adab itu sendiri. Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan bahwa adab secara bahasa artinya menerapkan akhlak mulia.
وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ
“Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400).
Mengapa adab harus didahulukan sebelum ilmu, seperti perkataan Imam Malik rahimahullah di atas ? Jawaban sederhananya adalah, dengan melihat contoh yang ada pada diri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam.
Rasulullah diutus oleh Allah sebagai suri tauladan terbaik umat manusia, sebagaimana Allah firmankan dalam Al Quran, yang artinya :
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab : 21)
Apa yang Rasulullah sampaikan kepada umatnya adalah berupa tuntunan dalam bentuk contoh-contoh perilaku akhlak mulia beliau dalam seluruh kehidupannya. Sebagaimana beliau sampaikan dalam hadistnya,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan (kemuliaan) akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
Orang yang mempelajari ilmu tanpa adab akan cenderung membawa ilmunya kepada kerusakan bagi manusia lain dan alam semesta, akan tetapi adab tanpa ilmu juga akan menyebabkan kebermanfaatannya bagi manusia lain dan alam seisinya menjadi tidak optimal.
Adab Menuntut Ilmu Dalam Pesan Luqmanul Hakim
Siapakah Luqmanul Hakim ? Mengapa pesan-pesannya begitu penting, bahkan dicatat dalam Al Quran dengan surat khusus, yaitu surat Luqman ? Untuk pembahasan detilnya, sahabat bisa membaca artikel kami tentang 5 pesan nasihat penuh hikmah Luqmanul Hakim tentang pendidikan anak beserta ayat tentang pendidikan anak.
Dalam pesan Luqmanul Hakim dibawah ini terkandung beberapa adab yang tinggi, yang dibutuhkan oleh seseorang yang sedang menuntut ilmu.
Syahr bin Hausyab telah mengatakan, “Ada informasi yang sampai kepadaku bahwa Luqmanul Hakim berpesan kepada putranya sebagai berikut :
‘Wahai anakku, janganlah kamu mempelajari ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama, untuk mendebat orang-orang yang bodoh, atau untuk memamerkan dirimu di berbagai pertemuan. Janganlah kamu meninggalkan ilmu karena tidak suka kepadanya dan lebih suka kebodohan.
Wahai anakku, pilihlah tempat pertemuan menurut pandanganmu sendiri. Apabila kamu menjumpai suatu kaum yang sedang berdzikir menyebut nama Allah maka bergabunglah bersama mereka. Karena, jika kamu seorang yang alim maka ilmumu akan bermanfaat, atau jika kamu seorang yang bodoh tentu mereka akan mengajarimu. Mudah-mudahan Allah menurunkan rahmat-Nya kepada mereka sehingga kamu pun akan mendapatkan bagian karena kamu menjadi teman duduk mereka.
Sebaliknya, apabila kamu melihat suatu kaum yang tidak berdzikir kepada Allah, janganlah kamu duduk bersama mereka. Karena jika kamu seorang yang alim maka ilmumu tidak akan berguna, dan jika kamu orang yang bodoh maka mereka akan makin menjerumuskanmu dalam kebatilan. Barangkali Allah menurunkan azab-Nya kepada mereka sehingga kamu pun ikut mendapat bagian karena kamu menjadi teman duduk mereka.'”
Adab Menuntut Ilmu Dalam Pesan Imam Al Ghazali
Pertama, orang yang menuntut ilmu harus menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan menjauhi perangai yang buruk, seperti mudah emosi, memperturutkan nafsu birahi, dengki, iri hati, sombong, dan besar hati. Semua itu merupakan kegelapan yang akan mengahalanginya dari cahaya ilmu.
Parameter menguasai ilmu bukan dilihat dari banyaknya periwayatan dan muatan hafalan yang banyak, melainkan cahaya mata hati yang melaluinya dapat dibedakan antara perkara yang hak dan yang batil, antara yang berbahaya dan hal yang bermanfaat, antara kebaikan dan keburukan, serta antara petunjuk dan kesesatan.
Kedua, penuntut ilmu harus mengurangi kesibukannya dari hal-hal yang dapat memalingkannya dari meraih ilmu dan mengonsentrasikan waktu untuknya, karena Allah tidak akan menjadikan dua hati dalam rongga seseorang.
Ketiga, seorang yang sedang belajar tidak boleh bersikap sombong dengan ilmunya dan tidak boleh menjerumuskan pengajarnya. Ia harus patuh kepada nasihatnya sebagaimana pasien yang mematuhi dokter yang merawatnya dengan penuh kasih sayang, dan sangat mengharapkan kesembuhan dalam waktu yang singkat.
Dianjurkan pula hendaknya ia bersikap rendah hati kepada pengajar atau guru dan senang melayaninya karena mengharapkan pahala dari Allah. Ilmu itu hanya dapat diraih dengan sikah rendah hati, penuh perhatian, dan mau mendengar dengan khusyuk.
Sebagaimana firman Allah,
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
Artinya : “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedangkan dia menyaksikannya.” (QS. Qaff : 37)
Keempat, perhatikan dengan baik maksud, tujuan, dan kesimpulan akhir dari suatu bidang ilmu yang terpuji. Janganlah seorang penuntut ilmu membiarkannya begitu saja.
Kelima, janganlah seorang yang sedang menuntut suatu bidang ilmu pengetahuan mempelajarinya dengan sekaligus, tapi harus tertib dan memulainya dari bagian yang paling penting.
Keenam, janganlah seorang penuntut ilmu beralih ke bidang lain sebelum menguasai bidang yang sebelumnya, karena ilmu pengetahuan itu ada tertib urutannya yang harus diperhatikan, sebagiannya merupakan pengantar bagi sebagian yang lain. Orang yang memperoleh kesuksesan pasti akan memperhatikan urutan dan tahapan ini.
Allah berfirman dalam Kitab-Nya,
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Artinya : “Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Baqarah : 121)
Yakni, mereka tidak melampaui suatu bidang pun, melainkan harus menguasainya terlebih dahulu ilmu dan pengalamannya.
Ketujuh, ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya, serta ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan ilmu-ilmu tersebut.
Kedelapan, hendaknya niat sang pelajar saat sedang menuntut ilmu ialah untuk menghiasi batin dan memperindahnya dengan keutamaan. Sedangkan pada masa mendatang akan menjadi sarana baginya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Jangan lupakan untuk senantiasa memanjatkan doa baik doa sebelum belajar maupun doa sesudah belajar, agar ilmu yang dipelajari akan membawa keberkahan, dan menjauhkannya dari kesombongan.
Jangan sampai ia berniat menuntut ilmu untuk meraih jabatan, harta, kedudukan, mendebat orang-orang yang kurang akalnya, dan menyombongkan diri. Karena Allah sesungguhnya telah menjamin, akan meninggikan derajat orang-orang yang dianugerahi iman dan ilmu pengetahuan melalui firman-Nya :
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ
Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadallah : 11)
Demikianlah uraian singkat tentang adab menuntut ilmu dalam islam menurut Luqmanul Hakim dan Imam Al Ghazali. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, untuk bisa mengamalkan adab-adab menuntut ilmu di atas, aamiin allahumma aamiin.
Barakallaahu fiikum.