5 PESAN NASIHAT PENUH HIKMAH LUQMAN TENTANG PENDIDIKAN ANAK. Sahabat Quran yang dimuliakan Allah, di dalam Al Quran kita sudah sering mendengarkan kisah tentang seseorang yang bernama Luqman Al-Hakim. Bahkan salah satu surat di dalam Al Quran pun diberi nama surat Luqman, yaitu surat yang menempati urutan ke-31 dalam urutan surat-surat Al Quran yang berisikan 34 ayat serta diturunkan pada periode dakwah nabi di Mekkah (surat Makkiyah).
Surat Luqman ini merupakan ayat tentang pendidikan anak dan nasihat penuh hikmah dari kisah bagaimana Luqman memberikan pendidikan dan nasihat kepada anaknya, khusus pada QS Luqman ayat 13 14. Siapakah sesungguhnya Luqman Al-Hakim ini ?
Apa saja nasihat penuh hikmah kebijaksanaan yang ia sampaikan dan dapat kita pelajari serta terapkan dalam kehidupan? Khususnya dalam hal mendidik putra-putri kita, agar dapat menjadi mujahid-mujahid terbaik kelak.
Berikut ini kutipan pembahasan tentang nasihat penuh hikmah dari Luqman Al-Hakim tentang pendidikan anak-anak, yang penulis tulis ulang dari buku Islamic Parenting karangan Syaikh Jamal Abdurrahman.
Siapakah Luqman ?
Luqman Al-Hakim merupakan seorang lelaki yang diberikan karunia hikmah oleh Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya :
Allah berfirman,
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman” (Q.S. Luqman: 12)
Hikmah yang Allah berikan kepadanya antara lain berupa ilmu, agama dan kebenaran dalam ucapan. Kata-kata bijaknya berupa nasihat penuh hikmah banyak dan telah diriwayatkan secara turun-temurun. Dia memberikan fatwa sejak Nabi Daud AS belum diutus, dan kemudian ketika Nabi Daud AS diutus menjadi Nabi, ia meninggalkan fatwanya dan berguru kepada Nabi Daud AS.
Ketika ditanya tentang sikapnya itu, ia pun menjawab, “Tidakkah lebih baik bagiku berhenti memberi fatwa bila telah ada yang menanganinya?”. Ketika ditanya kepadanya, “Siapakah orang yang jahat itu ?” Luqman menjawab, ” Orang yang tidak peduli bila orang lain melihatnya berbuat jahat” (tafsir Jalalain).
Mujahid berkata,”Luqman adalah seorang budak hitam dari Habasyah, tebal kedua bibirnya, dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari ketika dia duduk di majelis sedang berceramah kepada orang banyak, datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu bertanya, ‘Bukankah engkau yang tadi menggembala kambing di tempat ini dan itu?’ Luqman menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu bertanya, ‘Lalu apa yang menghantarkanmu sampai pada kedudukan terhormat seperti yang kulihat sekarang ini?’ Luqman menjawab, ‘Benar dalam berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan menjadi urusanku.’”
Khalid Ar-Rib’i mengatakan, “Luqman adalah budak Habsyi. Pada suatu hari tuannya menyuruhnya, ‘Sembelihkanlah buat kami kambing ini.’ Luqman pun menyembelihnya dan tuannya berkata, ‘Keluarkanlah dari dalamnya dua gumpal darah yang terbaik.’ Lalu Luqman mengeluarkan lidah dan jantung. Luqman tinggal beberapa lama seperti yang dikehendaki oleh Allah, lalu tuannya berkata lagi, ‘Sembelihkanlah kambing buat kami.’ Luqman pun menyembelihnya dan tuannya berkata, ‘Keluarkanlah dari dalamnya dua gumpal darah yang terburuk.’ Lalu Luqman mengeluarkan lidah dan jantung pula, yang membuat tuannya bertanya, ‘ Kuperintahkan kamu untuk mengeluarkan dua gumpal darah yang terbaik dari dalamnya, maka kamu mengeluarkan keduanya, dan kuperintahkan pula kamu mengeluarkan dua gumpal darah yang terburuk dari dalamnya, tetapi ternyata kamu mengeluarkan keduanya pula.’ Luqman pun menjawab, ‘Sungguh, tiada suatu bagianpun yang lebih baik daripada keduanya apabila keduanya baik dan tiada yang lebih buruk dari pada keduanya jika keduanya buruk’.” (Ibnu Katsir)
Al-Qurthubi mengatakan, “Menurut suatu pendapat, Luqman adalah anak laki-laki saudara perempuan Nabi Ayyub yang menikah dengan anak laki-laki adik perempuan ibunya. Pernah ada seorang lelaki yang memandanginya, maka Luqman berkata, “Jika engkau lihat aku mempunyai sepasang bibir yang tebal lagi kasar, maka sungguh dari keduanya keluar kata-kata yang lembut, dan jika engkau melihat rupaku hitam, maka sungguh hatiku putih.”
PESAN-PESAN / NASIHAT PENUH HIKMAH LUQMAN TENTANG PENDIDIKAN ANAK
1. Jangan Berbuat Syirik
Allah berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).
Ibnu Katsir telah mengatakan dalam tafsirnya, Luqman berpesan kepada putranya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak diberi pengetahuannya yang paling utama. Karena itu, dalam wasiat pertamanya Luqman berpesan kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun karena perbuatan itu termasuk dalam dosa / kezaliman yang besar.
Zalim disini bermakna Syirik, dan merupakan dosa yang paling besar. Sehubungan dengan hal ini, Bukhari telah meriwayatkan melalu Abdullah bin Mas’ud yang telah menceritakan firman Allah :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).” (QS. Al-An’am : 82)
Kami berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak berbuat zalim terhadap dirinya sendiri ?”.
Rasulullah SAW bersabda, “Pengertiannya tidaklah seperti yang kalian katakan bahwa mereka tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman, yang dimaksud kezaliman ialah kemusyrikan. Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Luqman kepada anaknya yang disitir oleh firman-Nya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman : 13). (HR. Bukhari, Kitab Ahaditsil Anbiya 3110)
2. Allah Mengetahui Keadaan Hamba-Nya
Allah berfirman,
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata), ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa seandainya amal sekecil biji sawi itu dibentengi dan ditutupi, berada di dalam batu besar yang membisu atau hilang dan lenyap di kawasan langit dan di dalam bumi, sungguh Allah pasti akan menemukannya. Demikian karena tiada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya dan tiada sebutir biji sawi pun, baik yang ada di langit maupun di bumi, yang terhalang oleh penglihatan-Nya.
Al-Qurthubi mengatakan, “Telah diceritakan bahwa putra Luqman bertanya kepada ayahnya tentang sebutir biji yang jatuh ke dasar laut, apakah Allah mengetahuinya? Maka Luqman menjawab dengan mengulangi jawaban semula dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui.’” (QS. Luqman: 16).
3. Dirikan Shalat, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan Sabar
Luqman terus-menerus memberikan pengarahan kepada putranya dalam nasihat penuh hikmah selanjutnya. Kisahnya disebutkan dalam firman-Nya,
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17).
Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitabnya, “Dirikanlah shalat lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. Perintahkanlah yang baik dan cegahlah yang munkar sesuai kemampuan dan jerih payahmu. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf dan nahi munkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari orang lain. Oleh karena itu, dalam nasihat penuh hikmah selanjutnya Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersabar.”
Menurut pendapat lain, Luqman memerintahkan putranya untuk bersabar menghadapi berbagai macam kesulitan hidup di dunia, seperti berbagai macam penyakit dan sebagainya, dan agar jangan sampai ketidaksabarannya menghadapi hal tersebut menjerumuskannya ke dalam perbuatan durhaka terhadap Allah.
Pendapat ini cukup baik karena pengertiannya bersifat umum. Demikianlah menurut Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Menurut makna lahiriahnya, wallahu’alam, bahwa firman-Nya, “sesungguhnya itu” menunjukkan pada mengerjakan shalat, menunaikan amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta bersabar menghadapi gangguan dan musibah, semuanya termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.
4. Jangan Sombong
Allah berfirman,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18),
Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau bersikap sombong dengan meremehkan hamba-hamba Allah dan memalingkan mukamu dari mereka bila mereka berbicara denganmu.”
Makna ayat di atas menurut Al-Qurthubi, “Janganlah kamu palingkan mukamu dari orang-orang karena sombong terhadap mereka, merasa besar diri, dan meremehkan mereka.” Maka yang dimaksud adalah hadapkanlah wajahmu ke arah mereka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Apabila orang yang paling muda diantara mereka berbicara dengannya, dengarkanlah ucapannya sampai dia menghentikan pembicaraannya. Demikian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
5. Bersikaplah Pertengahan
Allah berfirman,
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19).
Al-Qurthubi mengatakan, setelah Luqman memperingatkan anaknya agar waspada terhadap akhlak tercela, ia lalu menggambarkan kepadanya akhlak mulia yang harus dikenakannya. Yaitu mengambil sikap pertengahan dalam berjalan. Cara berjalan pertengahan adalah melangkah antara cepat dan lambat. Hanya Allah yang lebih mengetahui makna yang dimaksud. Akan tetapi, Allah sendiri memuji orang yang bersikap demikian sebagaimana yang telah disebutkan keterangannya dalam surat Al-Furqan,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” (QS. Al-Furqan: 63).
“Dan lunakkanlah suaramu.”, Al-Qurthubi menjelaskan, “Kurangi suaramu dari suara yang keras.” Dengan kata lain, janganlah kamu memaksakan diri mengeluarkan suara yang sangat keras, tapi dalam batas seperlunya, karena suara yang keras lebih dari yang diperlukan adalah tindakan yang dipaksakan dan dapat mengganggu. Makna keseluruhan ialah bersikap rendah hati atau tawadhu.
Tentang kalimat, “Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.”, Al-Qurthubi menjelaskan, “Suara yang paling buruk dan paling tidak enak didengar ialah suara keledai.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa tidaklah sekali-kali keledai memekik dan tidaklah sekali-kali anjing menggonggong, melainkan karena melihat setan. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan bahwa suara segala sesuatu adalah tasbih, kecuali suara lengkingan keledai. Ibnu Katsir mengatakan, “Penyerupaan meninggikan suara dengan suara keledai menunjukkan bahwa hal itu haram dan sangat tercela.
Secara garis besarnya, ayat pada surat Al Furqon di atas merupakan dalil yang menunjukkan buruknya meninggikan suara dalam berbicara dan berkhutbah, sama buruknya dengan suara keledai, karena suara keledai sangat tinggi.
Demikianlah sahabat-sahabat quran sekalian, secuplik nasihat/pesan penuh hikmah dari Luqman tentang pendidikan anak yang tertulis dalam Al Quran. Untuk mendapatkan lebih banyak lagi materi tentang kajian Islamic Parenting, sahabat dapat memiliki buku “Islamic Parenting“, karangan Syaikh Jamal Abdurrahman melalui link berikut ini : Cara Mendidik Anak Menurut Islam.
Semoga bermanfaat.