MENDADAK KAYA ? SIAPKAH ? Sahabat quran pembaca setia Pondok Islami, mungkin bingung dan kaget dengan judul artikel kali ini ? He… he… he…, yang pasti ini bukan artikel tentang resensi film berjudul “Mendadak Kaya” atau atau cerita tentang OKB, alias orang kaya baru.
Akan tetapi, tulisan kali ini, akan membahas tentang fenomena kaya, atau menjadi kaya. Tulisan yang bisa menjadi pengantar untuk buku yang baru saja launching di awal tahun 2020 ini, dari penerbit KMO Indonesia, yaitu “AWAS KAYA MENDADAK” karya Ari Chandra Kurniawan.
Menarik bukan untuk dibahas ? Siapa sih orang yang gak mau menjadi kaya. Betul gak ? Tapi, menjadi kaya itu bagaimana caranya ? Apakah semua orang bisa jadi kaya? Apa saja kiat-kiat yang harus dilakukan untuk bisa menjadi kaya raya.
Terus kalau udah kaya, harus bagaimana ? Banyak orang kaya yang malah jauh dari Allah, atau bahkan terperosok dalam hal-hal yang justru Allah larang atau benci !
Bagaimana sih sebenarnya definisi tentang kaya itu sendiri? Bagaimana dengan rezeki ? Apakah kaya (harta) itu sama dengan banyak rezeki ? Bagaimana pula agama islam memandang harta dan rezeki ?
Baca juga artikel kami tentang Buku Hijrah Rezeki
Yuk, coba bersama kita bahas satu persatu, pertanyaan-pertanyaan di atas.
HARTA DAN REZEKI
Pengertian Harta dan Rezeki
Pertama mari kita pahami dulu tentang apa itu harta dan rezeki. Samakah harta dengan rezeki ?
Harta itu adalah sesuatu yang bersifat materi. Sementara rezeki lebih luas lagi lingkupnya.
Harta dapat menjadi bagian dari rezeki. Tetapi rezeki tidak identik dengan harta.
Sehat, itu rezeki. Teman-teman yang sholeh itu rezeki. Tetangga yang baik, lingkungan hidup yang nyaman, tempat kerja yang bagus, anak-anak sholeh, orang tua sehat, pasangan (suami/istri) sabar dan penyayang.
Ada makanan bisa dimakan, ada tempat untuk tidur, punya iman kepada Allah, cinta pada Rasulullah, dekat dengan Qur’an, bisa menghafal Qur’an. Itu semua rezeki. Rezeki itu, lebih banyak dan lebih luas daripada harta.
Baca juga artikel kami tentang Speaker Quran Terbaik dari Al Akram
Jadi bagaimana membedakan antara harta dan rezeki ? Ada satu hal yang sangat mencolok yang bisa dengan mudah membedakan antara harta dan rezeki. Begini menurut penjelasan dari Ustadz Andri Raditya, founder gerakan SIJUM (naSI JUMat), perbedaan antara harta dan rezeki itu.
Harta itu, adalah “Apa-apa yang boleh kita miliki”.
Sementara Rezeki, adalah “Apa-apa yang boleh kita nikmati”.
Bisa dipahami ?
Ada orang punya rumah mewah dan mobil bagus. Dia memiliki harta berupa rumah dan mobil mewah. Apakah mobil dan rumah rezekinya? Belum tentu, jangan-jangan karena terlalu sibuk, ia jarang menikmatinya. Yang menikmati rumah dan mobil mewah justru malah sopirnya dan para pembantu rumah tangganya.
Rumah dan mobil tadi hartanya si pemilik. Tapi menjadi rezekinya si sopir dan para pembantunya.
Ada orang yang seumur hidup bekerja keras mengumpulkan banyak harta kekayaan. Semuanya disimpan dalam tabungan, karena memiliki rencana untuk dinikmati ketika masa tua nanti. Tapi ternyata umurnya tak sampai, sebelum usia tua, sudah dipanggil menghadap Sang Pencipta-Nya.
Status kekayaan memang benar miliknya, atas namanya. Tapi yang menikmati, mungkin adalah ahli warisnya. Hartanya si ayah, rezekinya si ahli waris.
Mungkin sahabat juga pernah mengalaminya. Beli lauk untuk makan, misal ayam goreng, kemudian sesampainya di rumah, ditaruh di atas meja makan. Ehhh, tanpa sepengetahuan sahabat, ayam goreng tadi dimakan sama kucing piaraan sahabat sendiri.
Ayam gorengnya punya kita, harta kita, tapi siapa yang menikmatinya? Si kucing, dan itulah yang namanya rezeki si kucing.
Oleh karenanya, untuk lebih memudahkan sahabat mengukurnya ada satu konsep lagi yang bisa membedakan dengan mudah antara harta dan rezeki.
Harta itu ukurannya adalah banyak atau sedikit.
Kalau rezeki, itu ukurannya lapang dan sempit.
Orang bisa banyak harta, tapi rezekinya bisa sempit. Contohnya, punya harta banyak tapi gak bisa beli apa-apa, karena sakit. Tidak boleh makan ini itu yang bisa menyebabkan penyakit makin parah. Harta banyak, rezeki sempit.
Kebalikannya, ada orang yang sedikit hartanya, tapi rezekinya lapang. Contohnya, ada asisten rumah tangga (ART), setiapkali bosnya makan di restoran mana saja, ia selalu dibawakan.
Setiap bos nya liburan kemana saja, selalu dibawakan oleh-oleh. Bahkan mungkin kadang malah diajak liburan, dan masih banyak contoh sejenis.
Ada juga orang yang sedikit hartanya, sedikit pula rezekinya. Naudzubillah, ini yang sangat menyedihkan. Ini bisa jadi tipikal orang miskin harta, dan tak pandai pula bersyukur.
Contohnya, ada orang yang punya harta tapi gak banyak. Harta yang cuma sedikit itu, malah dipakai untuk berjudi, hingga makin habislah hartanya. Istri marah-marah, anak jadi tak hormat dan patuh lagi, bahkan malu dengan keadaan orang tuanya.
Masyarakat sekitar pun menghindar karena tabiatnya yang buruk. Sulit bersedekah karena merasa diri tak punya harta berlebih. Enggan bersujud kepada Allah, karena merasa Allah telah memberikan takdir yang tidak baik untuknya.
Padahal bukannya ia tak memiliki harta, akan tetapi karena hatinya yang sempit, rezekinya pun ikut menyempit juga. Inilah kondisi yang sering terjadi dalam masyarakat.
Maka, benarlah perkataan yang menyebutkan bahwa kekayaan itu dimulai dari hati. Barangsiapa yang hatinya lapang, rezeki akan datang. Pandai bersyukur, akan makin melihat bahwa rezeki kita sebenarnya banyak.
Coba perhatikan dan lakukan introspeksi, berapa banyak hal yang kita tidak miliki, tapi Allah ijinkan kita untuk menikmatinya.
Belum punya rumah, tapi Allah ijinkan untuk bisa ngontrak rumah. Belum bisa punya mobil, tapi bisa naik taxi online kemana-mana, gonta-ganti mobil lagi, he…he… he.
Tidak usah pusing mikirin biaya perawatan dan pajak kendaraannya. Seringkali bisa merasakan naik mobil terbaru dan selalu dalam kondisi bagus terus.
Tidak punya uang untuk bisa makan di tempat yang enak, tapi malahan suka ditraktir orang makan di tempat enak. Punya teman yang memiliki barang yang gak bisa dibeli, tapi malah dikasih pinjam dan boleh dipakai.
Pilih mana coba??
Itu semua namanya, rezeki, tidak punya harta berlebih, tapi Allah ijinkan untuk bisa dinikmati.
Atau sebaliknya?
Punya harta banyak, tetapi tidak bisa dinikmati, malah orang lain yang bisa menikmatinya.
Walaupun sudah tentu, kalau ada pilihan lain, yang lebih membahagiakan tentu jika kita termasuk orang yang banyak harta sekaligus lapang rezekinya. Makin banyak harta, semakin banyak pula yang bisa dinikmati, dan dibagi.
Lapang hatinya untuk berbagi, bersedekah dan memberikan pertolongan dikala melihat orang susah dan membutuhkan pertolongan.
Semoga semua penjelasan di atas bisa memperjelas bedanya antara harta dan rezeki.
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2)
Macam-Macam Rezeki
Setelah kita tahu bedanya antara harta dan rezeki, saatnya kita bahas khusus tentang rezeki. Rezeki itu banyak macamnya, dan setiap mahluk yang berjalan di muka bumi ini sudah dijamin oleh Allah rezekinya, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran yang artinya,
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya” (QS. Huud : 6)
Dalam surat Huud ayat 6 di atas, secara jelas Allah SWT menyampaikan, kepada hamba-Nya, bahwa Allah memberi rezeki kepada seluruh makhluk yang berjalan di muka bumi ini.
Akan tetapi, di ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwasannya Allah memberikan kelapangan rezeki kepada sebagian hamba-Nya, dan menyempitkan rezeki kepada sebagian yang lain, untuk suatu hikmah dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Hal itu merupakan bagian dari kebijaksanaan-Nya dan kekuasaan-Nya, sesuai dengan ilmu Allah tentang apa yang bermanfaat dan yang layak bagi hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,
“Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki” (QS. An-Nahl : 71)
“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu” (QS. Al-‘Ankabuut : 62 )
Allah bisa mendatangkan rezeki dari mana saja. Berdasarkan sumbernya maka rezeki bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Rezeki Yang Sudah Dijamin
Setiap makhluk yang ada di bumi ini tercipta berikut dengan jaminan rezekinya. Baik manusia, binatang, maupun tumbuhan sekali pun. Allah sudah mengaturnya sedemikian rupa, sebagaimana firman-Nya dalam surat Huud, ayat 6 di atas.
2. Rezeki Karena Hasil Usaha
Ini adalah jenis rezeki yang didapatkan berdasarkan usaha yang kita kerjakan. Sebagai mana firman Allah, yang artinya :
“Dan bahwasanya seseorang manusia tidak memperoleh (apa-apa), selain apa yang telah di usahakannya” (QS. An Najm: 39)
Contohnya, jika seorang pekerja bekerja setengah hari, maka perusahaan pun akan menggaji sebanyak setengah hari. Lain hal jika bekerja sesuai jam kerja atau bahkan lembur.
3. Rezeki Karena Bersyukur
Masih ingatkan dengan ayat yang artinya:
“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7)
Orang yang senantiasa bersyukur adalah orang-orang yang dicintai Allah. Barang siapa dicintai oleh Allah, maka akan dilipatgandakan rezekinya.
4. Rezeki Karena Beristighfar
Dalam Al Quran Allah berfirman yang artinya,
“Mohonlah ampunan (Beristigfar) kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu”. (QS. Nuh : 10-11)
Dari bahasan sebelumnya kita tahu bahwa rezeki itu tidak hanya berupa harta, tetapi segala sesuatu yang menyimpan manfaat bagi manusia. Allah akan memberkahi orang-orang yang senantiasa memohon ampun kepada-Nya.
Salah satu yang membuat rezeki sulit datang kepada manusia adalah karena banyaknya dosa. Melalui istighfar inilah Allah akan mengampuni setiap dosa dan menurunkan hujan sebagai rezeki yang berkah.
5. Rezeki Karena Menikah
Menikah merupakan perintah Allah kepada setiap hamba-Nya yang sudah siap/layak, sebagaimana firman-Nya yang artinya,
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu laki-laki dan hamba-hamba sahayamu perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur: 32)
Jelas dalam ayat tersebut bahwa ada rezeki yang sudah Allah siapkan untuk pasangan yang menunaikan perintahnya untuk menikah. Jadi janganlah takut untuk menikah, karena alasan belum siap (belum mapan). Karena menikah justru akan mendatangkan rezeki yang berkah.
6. Rezeki Karena Hadirnya Seorang Anak
Jaman sekarang banyak pasangan yang telah menikah, takut untuk memiliki banyak anak, karena alasan materi. Khawatir tidak akan mampu menghidupi mereka, dan menambah beban hidup keluarga, sehingga membatasi jumlah anak yang dimiliki.
Padahal Allah SWT telah menjelaskan, bahwa setiap anak akan mendatangkan rezeki tersendiri yang telah Allah jamin, sebagaimana Allah sampaikan dalam Al Quran yang artinya,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin, Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (QS. Al Isra’ : 31)
Dan Rasulullah SAW pun, sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan, sebagaimana beliau sampaikan dalam hadist yang artinya,
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi nanti di hari kiamat”. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
7. Rezeki Karena Bersedekah
Banyak firman Allah dalam Al Quran dan hadist tentang sedekah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, yang menjelaskan tentang keutamaan sedekah, untuk mendatangkan/mengundang rezeki Allah.
Salah satunya adalah firman Allah dalam surat Al Baqarah, ayat 245 berikut ini yang artinya,
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjamanan yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. (QS. Al Baqarah: 245)
Siapapun yang menggunakan hartanya, waktunya, tenaganya maupun ilmunya di jalan Allah, maka Allah akan melipatgandakan rezeki bagi mereka berkali-kali lipat.
8. Rezeki Tak Terduga / Istimewa
Jenis rezeki yang satu ini tidak semua orang bisa mendapatkannya. Karena datangnya dari arah yang tidak disangka-sangka, dan hanya Allah yang tahu penyebabnya.Misalnya mendapat undian, hibah, hadiah, atau warisan.
Jenis rezeki yang terakhir ini memang sangat istimewa. Tapi juga bagaikan memakan buah simalakama. Kenapa ?
Karena, kalau kita tidak bisa membawa diri, tidak siap secara mental, tidak memiliki ilmunya, maka yang terjadi justru akan tersesat alias takabur. Karena menjadi Orang Kaya Baru (OKB) juga butuh persiapan mental dan ilmu yang kuat.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. At Thalaq: 2)
Hanya mereka yang senantiasa dekat dengan Allah, taat, dan selalu menjauhi apa-apa yang Allah tidak sukai, yang dapat menerima rezeki jenis ini dengan baik, dan mendatangkan keberkahan serta kesuksesan dunia dan akherat.
Kesimpulannya, dari semua macam / jenis rezeki yang ada, kita pasti berharap untuk bisa mendapatkannya. Akan tetapi, jauh lebih penting adalah bagaimana mempersiapkan mental dan ilmu, untuk bisa menerima semua rezeki itu dengan baik dan penuh keberkahan.
Sehingga rezeki yang kita terima, bisa membawa kesuksesan dunia dan akherat, bukan sebaliknya, malah membawa kita pada kesesatan dan memperberat timbangan amal keburukan kita di hari penghisaban kelak.
CARA CEPAT KAYA MENURUT ISLAM YANG TERBUKTI SUKSES
Sahabat pondok islami, seperti sudah dibahas di atas bahwa setiap manusia pasti ingin hidup serba berkecukupan. Walaupun masih ada juga segelintir orang yang benar-benar istiqomah dengan akhiratnya.
Tapi bukan sesuatu yang salah ketika memimpikan kehidupan dunia yang berkecukupan, karena ada pepatah yang mengatakan,
“Bekerjalah, seolah kamu akan hidup 1000 tahun. Dan beribadahlah, seolah kamu akan mati esok pagi”
Artinya, ya memang manusia juga butuh duniawi, dan Islam memang juga tidak melarang umatnya untuk meraih dunia. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash : 77)
Setiap manusia pasti butuh makanan untuk tetap sehat. Butuh Handphone untuk dapat berkomunikasi dan menjalin silaturahmi. Butuh kendaraan untuk bepergian. Butuh bekerja untuk menafkahi keluarga.
Rasulullah pun juga selalu mendorong umatnya untuk menjadi kaya, tapi kaya dalam artian positif dan ditujukan untuk hal-hal positif. Tidak ada yang tidak mungkin, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk hidup lebih kaya.
Miliki Mental Kaya
Memiliki mental kaya merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki jika sahabat ingin kaya dan berkah. Pernahkah sahabat bertemu dengan orang yang kaya, akan tetapi perilakunya pelit.
Ketika sedang beraktifitas di luar sering minta dibayarin. Saat melihat orang lain yang membutuhkan bantuan, malah sering menghindar dengan berbagai alasan.
Orang seperti ini bisa jadi kaya secara harta tetapi sesungguhnya memiiki mental miskin. Sifat pelit, mementingkan diri sendiri, bahkan cenderung sangat royal dan boros, akan tetapi jika menyangkut urusan orang lain, cenderung malah menghindar, sulit membantu orang lain.
Pada lain kesempatan, sering juga melihat orang biasa yang hidupnya biasa saja, tidak berlebihan dari sisi harta, akan tetapi sangat ringan tangan dalam membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Ada kebahagiaan tersendiri bagi orang-orang seperti ini, saat bisa diberi kesempatan untuk membantu orang lain. Mereka ini, walaupun tidak memiliki harta berlebih/kaya, sesungguhnya telah bermental kaya.
Umumnya orang-orang tipe bermental miskin seperti di atas, walaupun kaya harta akan tetapi kehidupannya cenderung tidak bahagia dan kurang dihargai oleh lingkungannya.
Sebaliknya orang-orang bermental kaya, walaupun kehidupannya sederhana, akan tetapi hatinya selalu lapang, berlimpah kebahagiaan. Merekapun cenderung sangat dihormati dan dihargai oleh lingkungannya.
Memiliki mental kaya merupakan fondasi penting untuk bisa mendapatkan rezeki yang berkah dan berlimpah. Mulailah dari sekarang, berbagilah dengan apa yang sahabat miliki saat ini, tak perlu menunggu kaya terlebih dahulu.
Cara Cepat Kaya Sesuai Tuntunan Islam
Berikut ini adalah langkah-langkah yang penulis bisa simpulkan untuk cepat kaya menurut syariat / tuntunan Islam, yang terbukti sukses apabila diterapkan secara istiqomah.
Bahkan pola sukses ini juga dijelaskan lebih detil dan lebih luas lagi dalam buku “AWAS KAYA MENDADAK” karangan penulis, motivator sekaligus pebisnis muda sukses, Ari Chandra Kurniawan.
1. Luruskan Niat, Bulatkan Tekad
Yang harus diperhatikan dan paling utama agar apa yang kita raih di dunia ini menjadi berkah dan akan membawa kebahagiaan akherat adalah niatnya.
Niatkan semua aktifitas kita selama hidup di dunia, termasuk dalam mencari rezeki dunia, adalah semata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Untuk mendapatkan rezeki yang melimpah, maka yang pertama harus dilakukan adalah meluruskan niat, semata hanya beribadah kepada Allah SWT. Bulatkan tekad, yakin bisa meraih sukses karena yakin bahwa Allah akan selalu bersama dalam setiap langkah-langkah kita.
Niat menjadi fondasi utama dan pertama dalam setiap perbuatan, sebagaimana Rasulullah sampaikan dalam hadist, yang artinya,
“Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.” (HR. Al-Baihaqi)
2. Berusahalah, Bekerjalah
Meski rezeki sudah dijamin Allah, tapi jangan berdiam diri. Berusahalah, bekerjalah. Karena rezeki juga harus dicari dan dijemput.
Sebagaimana Rasulullah SAW menjelaskan, dahulu ada salah seorang sahabat yang bertanya,
“Penghasilan apakah yang paling baik, Wahai Rasulullah?” Kemudian rasulpun menjawab, “Penghasilan seseorang yang dari jerih payah tangannya sendiri (pengusaha) dan setiap jual beli yang mabrur (pedagang yang jujur).” (HR. Ahmad)
3. Rajin Ibadah, Doa/Dzikir, Senantiasa Bersyukur
Kerjakanlah ibadah-ibadah wajib dan sunnah semaksimal mungkin dengan khusyuk dan ikhlas. Shalat sunnah Dhuha, Tahajud dan Sunat Hajat jangan sampai dilewatkan, untuk memperlancar segala urusan rezeki.
Selalu mengingat Allah (berdzikir) dalam setiap kesempatan dan tak pernah bosan untuk memohon kepada-Nya serta senantiasa bersyukur atas semua rezeki yang telah Allah beri.
Bertawakkal atas segala takdir yang telah Allah tentukan, baik itu takdir yang baik ataupun yang buruk menurut kita. Karena pada hakekatnya semua itu adalah skenario terbaik dari Allah untuk setiap hamba-Nya yang senantiasa taat kepada-Nya.
4. Perbanyak Sedekah, Keluarkan Zakat
Didalam setiap rezeki yang kita terima, Allah telah titipkan rezeki hamba-hamba-Nya yang lain. Bagian rezeki orang lain inilah, yang wajib kita keluarkan dalam ibadah Zakat, agar menjadi pembersih dari harta yang kita terima, atas hak orang lain.
Zakat fitrah, zakat mal (harta) adalah bagian dari rezeki yang wajib dikeluarkan dengan cara yang benar. Pelajari pengertian zakat fitrah, pengertian zakat mal, ketentuannya dan cara menghitungnya dengan benar, agar harta kita menjadi benar-benar bersih, sehingga tidak menjadi penghalang datangnya rezeki yang lebih besar lagi.
Allah juga sangat menyukai hamba-Nya yang rajin berbuat baik kepada sesama mahluk ciptaan-Nya. Dengan bersedekah maka sesungguhnya kita bukan telah menghabiskan / menghambur-hamburkan harta kita, akan tetapi sebaliknya, justru insya Allah, kita sesungguhnya sedang melipatgandakan harta kita.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya,
“Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’am : 160)
Bahkan dengan keikhlasan yang sempurna, dan sesuai takaran rezeki masing-masing hamba-Nya yang Ia kehendaki, Allah akan lipatgandakan hingga 700 kali lipat, sebagaimana firman-Nya, yang artinya,
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
5. Mendoakan Saudara Dengan Sembunyi-sembunyi
Orang yang suka mendoakan saudaranya secara sembunyi (tanpa diketahui oleh yang didoakan) pada hakekatnya sama saja sedang menebar benih untuk dipanen sendiri.
Sebagaimana hadist Rasulullah, yang artinya,
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama,” (HR. Muslim no. 4912)
Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajab. Ada malaikat yang telah diutus di atas kepala setiap orang yang mendoakan saudaranya.
Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan,
“Aamiin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”
Mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuan orangnya merupakan sunnah yang telah dicontohkan oleh para Nabi dan orang-orang saleh yang mengikuti mereka.
Perbuatan ini merupakan bukti keimanan yang utuh dari seorang muslim, sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadist yang artinya,
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
6. Teruslah Berinovasi
Banyak jalan menuju roma, maka teruslah berinovasi dengan usahamu. Cari dan kejarlah ilmu-ilmu yang bisa menunjang inovasi dalam usahamu.
7. Jangan Mudah Menyerah dan Senantiasa Tawakkal Dengan Ketentuan Allah SWT
Teruslah berjuang sampai mimpimu menjadi kenyataan. Jangan mudah menyerah, karena dalam setiap kesulitan itu, senantiasa Allah sertakan kemudahan dan jalan keluar, bagi orang-orang yang sabar.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 6)
Makna dari setelah kesulitan ada kemudahan menurut Ibnu Rajab adalah, Allah akan memberikan kemudahan setelah kesempitan jika hamba-Nya benar-benar hanya menggantungkan hatinya pada Allah semata.
Inilah hakekat tawakkal pada-Nya. Tawakkal ini yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan/kesulitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq : 3)
8. Perbanyak Silaturahmi
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 & Muslim no. 2557)
Ibnu Umar r.a berkata,
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Menurut penjelasan Ibnu Hajar dalam kitab Al Fath beliau menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan dalam hadist di atas adalah untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.” Itulah makna yang tepat (sumber : rumaysho.com).
Demikianlah sekelumit cara menjadi kaya yang diajarkan Islam, dalam artikel yang penulis beri judul Mendadak Kaya ? Siapkah ?
Harapannya tentu saja agar kita sebagai umat islam termotivasi untuk menjadi kaya. Menjadi kaya itu bukan sekadar kita memiliki banyak harta, akan tetapi bagaimana cara agar kita mampu mengelola harta kekayaan kita itu, agar tidak habis hingga tujuh turunan, dan melalui wasilah harta ini, kita bisa meraih keberkahan dunia dan akherat.
Wallahu’alam bishawab.