Perjalanan hidup seorang Dewa Eka Prayoga yang begitu penuh lika-liku perjuangan, ibarat roller coaster, dan tidak semua orang dapat melaluinya. Berbagai hikmah kehidupan dalam perjalanan Dewa Eka Prayoga melewati masa-masa sulit itu.
Ketika tanpa disadarinya ia ditipu oleh rekan bisnis sekaligus sahabat dekatnya sendiri dan meninggalkan beban hutang sebesar hampir 8 miliar, disaat usianya masih sangat muda, 21 tahun. Bahkan baru saja memasuki mahligai pernikahan tepat 18 hari.
Badai rumah tangga pun tak urung menerpa pasangan muda itu, hingga ancaman perpisahanpun sempat tercetuskan. Namun beruntung hadirnya seorang istri, bak bidadari dari surga yang Allah anugerahkan kepadanya. Sungguh kesetiaan dan komitmen untuk menyertai suaminya hingga akhir hayatnya, menjadi puncak pengabdian dan komitmen sang bidadari, yang telah terikat lewat akad pernikahan mereka.
Teror dari para investor yang saat itu berbalik menjadi penagih hutang dan jumlahnya pun tak sedikit, ratusan orang terus mengganggu dan menghantui kehidupannya. Namun apa yang dilakukannya?
Tidak berlama-lama dengan kegundahan dan kegalauannya, ia pun mencoba bangkit dengan memperbaiki kesalaha-kesalahannya selama ini. Bergegas untuk belajar pada seorang guru dan motivator, untuk meneguhkan kembali langkahnya disertai dorongan spritual dari istri, sahabat yang masih tersisa dan keluarga tercintanya.
Ia tidak lari dari tanggungjawabnya kepada para investor ataupun penagih hutang. Ia mencoba berbicara serta bernegosiasi dari hati ke hati untuk menjelaskan permasalahan dan memberikan keyakinan bahwa ia akan bertanggung jawab menyelesaikan seluruh hutangnya, hingga mereka percaya, walaupun dengan ancaman dan tekanan. Keringanan dan tempo yang diberikan untuk melunasi hutang yang mendekati 8 M, digunakan sebaik-baiknya untuk mulai kembali berikhtiar melunasinya.
Akan tetapi hutang yang begitu besar, hampir 8 milyar, bagaimana melunasinya, harus berapa tahun ia mencicil hutang-hutang tersebut. Sabarkah para penagih hutang itu menunggunya ? Sementara saat itu usahanya harus bergerak dari nol kembali. Berjualan apa saja agar bisa mencicil hutang, hingga menjual ceker ayam pun dilakoni pasangan muda itu.
SANGGUPKAH ?
MUNGKINKAH ?
atau
MUSTAHIL……?
Barangkali sekelumit pikiran itu sempat terpikirkan. Lalu bagaimana mereka akhirnya menjalaninya ? Bagaimana mereka melewati hari demi hari yang terasa begitu lambat berjalan, kadang malah terlalu cepat ketika dikejar-kejar tenggat waktu pembayaran cicilan ?
Ternyata tak hanya sampai disitu cobaan menerpa anak muda ini. Ketika bisnisnya mulai berjalan, Dewa terserang penyakit langka yang mengancam hidupnya. Tak mampu bergerak, lumpuh sekujur tubuhnya, meregang nyawa.
Apakah Dewa bisa lolos dari kematian ?
Dapatkan ia melunasi hutang-hutangnya?
Bagaimana akhir dari perjuangan Dewa ?
Ikuti kisah dalam buku “Melawan Kemustahilan”, karya Dewa Eka Prayoga ini.