CERITA UMAR BIN KHATTAB DAN SEORANG YAHUDI MISKIN. Sahabat pengunjung blog Pondok Islami, kali ini penulis akan berbagi kisah inspiratif tentang sebuah kejadian di masa Khalifah Umar Bin Khattab. Seperti kita ketahui Umar Bin Khattab semenjak masuk Islam merupakan seorang sahabat yang sangat terkenal akan pembelaannya terhadap Rasulullah SAW, dan ajaran Islam di setiap kesempatan yang ada, tanpa ragu dan mengenal takut. Begitu pula ketika beliau menjabat sebagai seorang khalifah menggantikan khalifah pertama, Abu Bakar as Siddiq, beliau benar-benar menunjukkan sikap keteladanan dan karakter pemimpin idaman serta sangat layak untuk dijadikan panutan oleh siapapun. Beliau adalah khalifah yang sangat disayangi oleh umat karena sikapnya yang adil dan penyayang kepada umat. Dia juga merupakan pemimpin sekaligus pelindung dari para kaum minoritas.
Tak hanya dalam bidang ekonomi saja Umar Bin Khattab berusaha untuk memperhatikan rakyat yang dipimpinnya. Tetapi juga dalam bidang sosial, ia berusaha untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatnya, hingga tidak ada seorang rakyatpun yang merasa terzhalimi. Perlindungannya juga bukan omong kosong, jika memang rakyat memerlukan perlindungan, maka beliau akan melindunginya, bahkan dengan tangan beliau sendiri. Semua dilakukannya bukan dengan tujuan mencari sanjungan ataupun ambisi, tetapi semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Ia sangat takut jika kelalaiannya dari menjaga amanah yang sedang diembannya, akan menuai murka Allah kelak. Salah satu kisah yang sering kita dengar adalah tentang riwayat Khalifah Umar bin Khattab dan pengemis tua. Selain kisah tersebut, kisah berikut ini juga merupakan riwayat yang menunjukkan tentang keadilan beliau yang begitu menakjubkan.
Pada suatu masa kepemimpinan Khalifah Umar, wilayah Mesir merupakan salah satu wilayah didalam kekhalifahan Islam. Dipimpin oleh seorang Gubernur yang bernama Amr bin Ash, salah seorang sahabat Rasulullah yang masuk Islam semasa pembebasan Fathu Makkah dan telah mengikuti sejumlah peperangan di masa pemerintahan Umar. Untuk membalas budinya, Amr Bin Ash yang pernah membawa panji peperangan itu kemudian dijadikan Gubernur Mesir.
Ia seorang gubernur yang taat dan mengikuti perintah-perintah Umar, namun entah kenapa di belakangannya ia melakukan pembangkangan. Hal ini diketahui Khalifah Umar ketika pada suatu hari kedatangan seorang Yahudi miskin dengan pakaian compang camping, yang berjalan dari Mesir ke Madinah untuk menemui Khalifah dan ingin mencari keadilan. Sesampainya di depan pintu gerbang, ia hendak diusir oleh pengawal sebelum akhirnya Umar datang dan mempersilahkan Yahudi itu masuk.
Setelah Yahudi itu masuk, Umar kemudian mempersilahkan Yahudi itu untuk menceritakan masalahnya. “Aku ini orang miskin, Tuan Khalifah. Aku tidak memiliki apa-apa selain gubuk yang aku tinggali selama ini. Namun kebetulan gubukku itu terletak di dekat istana milik Gubernur Mesir. Ia berencana memperluas istananya dengan mengusir tempat tinggal yang telah kubeli dengan hasil keringatku sewaktu masih muda.” kata Yahudi itu. “Saya datang ke sini untuk mencari keadilan, konon katanya di sini Khalifah Umar selalu berlaku adil, apa benar begitu ?” uji orang Yahudi itu.
“Baiklah kalau begitu,” kata Umar tak banyak bicara. Ia kemudian menyuruh pengawalnya untuk mencari sebuah tulang unta dan diberikan padanya. Setelah sampai di tangannya, tulang unta itu segera digarisnya secara lurus dengan pedangnya. “Ini, bawalah ke Gubernur Amr Bin Ash. Kalau ia masih macam-macam lapor kembali kepadaku,” kata Umar Bin Khattab memberikan jaminannya.
Orang Yahudi itupun menjadi bingung, ia datang dari jauh untuk meminta keadilan Khalifah Umar, akan tetapi sesampainya di hadapan Khalifah malah hanya diberi tulang unta. “Wahai Khalifah, saya ingin mencari keadilan, bukan mencari tulang. Di Mesir juga banyak tulang unta,” bantah Yahudi itu dengan perasaan tidak puas.
“Sudahlah, kau bilang ke Gubernur Mesir dulu, jika ia masih bersikeras akan merampas rumahmu, kembalilah padaku.” tegas Khalifah Umar.
Yahudi itupun segera pulang dengan perasaan bingung dan tdak percaya. Apakah reaksi dari Gubernur Amr Bin Ash setelah menerima tulang unta tersebut. Sesampainya di Mesir, ia memberikan tulang unta yang telah tergaris dengan pedang Khalifah Umar kepada Gubernur Amr Bin Ash. Melihat itu, Gubernur Amr Bin Ash seketika langsung gemetar, matanya nanar, ia langsung memerintahkan pengawal itu untuk mendirikan gubuk reot milik Yahudi tadi. Yahudi itupun makin bertambah bingung, di Madinah ia mencari keadilan malah diberikan sepotong tulang unta. Kemudian di Mesir ia memberikan tulang unta tersebut kepada Gubernur Amr Bin Ash, dan Gubernur Mesir itu malah gemetar ketakutan.
“Ada apa Tuan Gubernur, mengapa Anda gemetar luar biasa ketika melihat tulang unta tersebut ?” tanya si Yahudi dengan heran. “Hai orang Yahudi, tahukah kamu arti dari tulang yang diberikah Khalifah Umar ?” tanya Gubernur Mesir Amr Bin Ash. Yahudi itu menggeleng tanda tak mengerti.
“Dari tulang ini, Khalifah Umar seolah-olah mengatakan kepadaku, “Hai Amr bin Ash, berlaku luruslah sebelum jasadmu menjadi tulang-belulang ini. Atau kalau kau memang tidak bisa berlaku lurus, biar aku yang akan meluruskanmu dengan pedangku ini !” kata Amr Bin Ash menjelaskan maksud tulang yang digaris dengan pedang itu.
Yahudi yang menyimak dengan seksama cerita itu seketika langsung jatuh tersungkur, kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat karena kekagumanya akan perilaku sang Khalifah dan Gubernur Mesir Amr Bin Ash. Perilaku kedua pemimpin itu menggambarkan bagaimana kebenaran Islam yang dibawa oleh sikap para pemimpinnya. Dirinya yang seorang Yahudi saja memperoleh jaminan perlindungan yang sedemikian kuat, apalagi jika ia masuk Islam, tentu perlindungannya semakin kokoh. Maka tanpa ragu-ragu lagi ia pun masuk Islam karena telah mengalami dan menghayati sendiri akan kebenaran ajaran Islam yang ditampakkan melalui sikap dan perilaku pemimpinnya sendiri.
Demikianlah riwayat cerita Umar Bin Khattab dan Seorang Yahudi Miskin yang menunjukkan keadilan dan kearifan dari seorang Khalifah Umar Bin Khattab dan kepatuhan dari Amr Bin Ash. Semoga dapat menjadi ibroh dan pelajaran yang berharga tentang arti kepemimpinan.
Wallahu’alam bishawab.
sumber : buku “Kilat Mata Kesatria Allah – Lelaki yang Menggenggam Teguh Ayat-Ayat Allah”, penulis Wiwid Prasetyo.