KISAH INSPIRATIF AKIBAT SEGELAS AIR. Sahabat Quran pembaca pondok islami yang dimuliakan Allah, kali ini kita akan mengikuti sebuah kisah inspiratif, yang insya allah penuh dengan hikmah.
Terjadi dekat dengan kehidupan kita, bukan merupakan kisah umat-umat terdahulu. Kisah yang berawal dari puluhan tahun kebelakang, tepatnya pada akhir tahun 1940-an.
Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, yang bekerja pada sebuah perusahaan tambang minyak di Arab Saudi, suatu saat, ketika sedang bekerja, merasakan rasa haus yang sangat kuat. Tenggorokannya terasa sangat kering sekali.
Maka iapun bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya. Saat ditemui air dingin yang tampak di hadapannya, maka ia pun segera menuangkan air dingin tersebut kedalam sebuah gelas.
Belum sempat ia meminum air dalam gelas tersebut, tiba-tiba ia mendengar sebuah hardikan, “Hei, kamu tidak boleh meminum air itu ! Air ini khusus disiapkan hanya untuk para insinyur !” Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.
Remaja lokal arab saudi itu pun akhirnya cuma bisa diam sambil menahan rasa dahaganya. Ia sadar bahwa ia hanyalah seorang anak miskin lulusan sekolah dasar lokal. Kalaupun ada yang bisa dibanggakan dari pendidikan yang telah ditempuhnya, hanyalah lulusan dari sebuah lembaga Tahfidz Quran.
Sungguh keahliannya ini tidak ada harganya, di perusahaan minyak tersebut. Perusahaan minyak tempat ia bekerja, merupakan sebuah perusahaan minyak milik pengusaha Amerika.
Setelah kejadian yang sangat tidak mengenakkan tersebut, remaja arab saudi ini selalu mengenang dan senantiasa terngiang-ngiang dalam kepalanya, bagaimana hardikan tersebut terjadi.
Kenapa hal ini terjadi padaku? Mengapa hanya untuk segelas air saja, aku dilarang untuk meminumnya ? Apakah karena statusku yang hanya seorang pekerja rendahan? Sementara mereka adalah para insinyur?
Apakah jika aku pun seorang insinyur seperti mereka, maka aku bisa meminum air tersebut ? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?Berbagai pertanyaan tersebut selalu tengiang-ngiang dalam dirinya.
Kejadian tersebut akhirnya menjadi momentum bagi remaja miskin itu, untuk bangkit membalas dendam. Muncul sebuah komitmen yang sangat kuat dalam dirinya.
Ia pun sejak saat itu selalu berusaha bekerja keras, siang dan malam. Waktu siangnya ia gunakan untuk bekerja, dan saat malam hari dilanjutkan untuk mengambil sekolah malam.
Hampir tiap hari ia mengurangi jam tidurnya, untuk mengejar ketertinggalan, hingga ia pun bisa lulus SMA. Atas hasil kerja kerasnya itu, perusahaan tempat ia bekerja, kemudian memberikan kesempatan padanya untuk mendalami ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia dikirim oleh perusahaannya ke Amerika untuk mengambil kuliah S1 bidang teknik di Universitas Lehigh dan master bidang geologi pada Universitas Stanford. Pemuda ini akhirnya berhasil lulus dengan hasil sangat memuaskan, hingga ia direkomendasikan oleh Profesornya untuk melanjutkan ke jenjang Doktoral. Hasilnya pun sangat baik, dengan predikat, Summa Cum Laude.
Setelah lulus, remaja yang telah tumbuh menjadi seorang pemuda ini pulang ke negerinya dan bekerja sebagai teknisi ahli di perusahaan tambang minyak tersebut. Kini ia sudah menyembuhkan “rasa sakitnya”, dan kembali sebagai insinyur, serta bisa minum air yang dulu pernah terlarang untuknya.
Apakah hanya sampai disitu saja ? Tidak, ia sudah terbiasa dan terlatih bekerja keras serta mengejar ketertinggalan. Karirnya pun melesat melampaui rekan-rekannya yang lain.
Berkat kerja keras, ilmu dan kecerdasan yang dimilikinya, karir sebagai teknisi ahli pun berkembang dan terus menanjak. Ia mulai menaiki tangga manajerial, menjadi pengawas Departemen produksi pada tahun 1969.
Ia pun kemudian dipromosikan menjadi Asisten Direktur, kemudian Direktur Produksi di Provinsi Utara pada 1972. Selanjutnya ia mendapat kepercayaan menjadi Wakil Presiden Bidang Produksi pada tahun 1975.
Jabatan Wakil Presiden Bidang Perminyakan ia peroleh pada tahun 1978, dan 2 tahun kemudian terpilih menjadi anggota Dewan Direksi serta dipromosikan ke posisi yang baru dibuat Wakil Presiden Eksekutif migas pada tahun 1981, yang bertanggung jawab mengawasi semua bisnis inti perusahaan tersebut di Saudi Arabia.
Sebuah prestasi yang luarbiasa, karena pada masa itu, inilah posisi tertinggi yang pernah dipegang oleh orang lokal di perusahaan tersebut. Orang yang pernah menghardiknya dulu, yaitu si insinyur Amerika, kini justru menjadi bawahannya.
Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap, karena ingin minta izin libur dan berkata; “Saya ingin mengajukan izin liburan. Saya berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air minum dimasa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Saya berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilaku saya di masa lalu.”
Dengan tenang, sang wakil direktur, mantan pekerja rendahan ini berkata, “Aku justru ingin berterimakasih kepadamu, dari lubuk hatiku yang paling dalam, karena perbuatanmu yang melarang aku minum air saat itu. Dulu aku memang benci padamu. Tapi, atas izin Allah, kamu lah yang menjadi sebab kesuksesanku, hingga aku bisa meraih posisi ini.”
Sikap positifnya telah membuahkan hasil yang gemilang. Tetapi apakah ia berhenti hanya sampai disitu ?
Tidak, akhirnya mantan pegawai rendahan ini pun menempati posisi tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.
Tahukah sahabat, apa perusahaan yang dipimpinnya ? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company), perusahaan minyak terbesar di dunia.
Ditangannya perusahaan ini semakin berkembang dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini Aramco mampu menghasilkan 3.4 juta barel dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia, dengan total cadangan 264 miliar barel minyak dan 253 triliun cadangan gas.
Atas prestasinya itu, ia diangkat oleh Raja Arab Saudi sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral, yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap dunia.
Ini adalah kisah dari Ali Bin Ibrahim Al-Naimi, yang sejak tahun 1995 hingga kini menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.
Bisa sahabat bayangkan, bagaimana menyikapi secara positif sebuah penghinaan, yaitu kisah segelas air dimasa lalu, bisa mengubah kehidupan seseorang. Dari orang biasa, yang diremehkan dan dilecehkan, mampu menjelma menjadi seseorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.
Itulah hikmah yang dapat kita petik dari kisah Ali Bin Ibrahim Al-Naimi di atas. Bagaimana pentingnya, setiap kita untuk senantiasa memiliki sikap positif.
Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain akan berperilaku atau bersikap terhadap kita. Kita pun tidak juga bisa mengatur, bagaimana keadaan yang akan datang menimpa diri kita.
Akan tetapi kita sepenuhnya memiliki kendali untuk menyikapi berbagai kondisi yang menimpa kita. Apakah kita akan terpuruk dan terus mengasihani diri sendiri karenanya. Atau kita mampu untuk bangkit dengan sikap positif dan terus berusaha keras menemukan solusi dan menjadi bagian dari solusi atas keadaan tersebut.
Terlebih lagi kita sebagai umat Islam, memiliki Allah SWT. Senantiasa ber-huznudhon atas skenario Allah untuk hidup kita, yakin bahwa Allah segala yang menimpa kita adalah cara Allah untuk menyayangi kita.
Baca juga artikel tentang : Belajar Falsafah Hidup Dari Cara Menanam Pohon Kurma di Timur Tengah
Sebagaimana firman-Nya dalam Al Quran yang artinya :
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu” (QS. Adh Dhuha : 3)
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Begitu juga Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita umatnya untuk senantiasa selalu berprasangka baik kepada Allah, dan selalu memohon kepada-Nya tanpa pernah henti.
“Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR.Muslim).
Demikianlah sahabat quran, pembaca pondok islami, sebuah artikel tentang Kisah Inspiratif Akibat Segelas Air, yang sesungguhnya adalah kisah nyata dari seorang Ali Bin Ibrahim Al-Naimi, Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi yang terkenal itu.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran penting darinya. Aamiin.
Wallahu’alam bishaawab.