KISAH INSPIRATIF ARTI KATA SAHABAT SEJATI. Pembaca Pondok Islami yang senantiasa mengharapkan ridho Allah SWT. Dalam kehidupan kita tentu kita memiliki rekan atau sahabat. Baik itu sahabat sepermainan, sahabat di sekolah, sahabat di kantor hingga sahabat dalam berwirausaha atau berbisnis.
Islam mengajarkan kita untuk selalu memperbanyak silaturahmi, tentunya untuk memperbanyak sahabat dan saudara. Akan tetapi sahabat yang seperti apakah yang sebaiknya kita cari ? Agama Islam memberikan penekanan pentingnya memilih sahabat, karena sahabat adalah hubungan yang sangat mulia dan mampu berperan besar dalam pembentukan karakter / ahlak kita.
Simak firman Allah SWT dalam surat At-Taubah : 119 yang artinya,
“Wahai orang yang beriman! Bertakwalah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang bersifat benar.” (Surah at-Taubah, ayat 119)
Maknanya adalah peranan seorang sahabat sangat penting dalam membentuk pola hidup kita. Memilih sahabat atau pergaulan yang tepat akan memberikan kebaikan dan manfaat yang besar. Begitu pula jangan sampai salah dalam memilih sahabat, yang akhirnya akan berdampak buruk pada kehidupan kita kelak.
Sebagaimana Rasulullah SAW pun menyampaikan hadist yang artinya,
“Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh karena itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya.” (Hadis riwayat Abu Daud).
Dari Abu Musa al-Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda yang artinya,
“Diumpamakan teman yang sholeh (baik) dan teman yang buruk (jahat) ibarat seorang penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi kemungkinan akan memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya, paling tidak engkau tetap akan mendapatkan bau harumnya. Sedangkan tukang besi bisa jadi percikan apinya akan mengenai baju anda, paling tidak engkau akan mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)
Sahabat Ali Bin Abi Thalib r.a pernah ditanya,
“Berapa banyak teman dekat tuan?” Ali menjawab: “Saat ini aku tidak mengetahuinya, karena dunia saat ini sedang berada di pihakku. Dalam kondisi seperti ini semua orang mengaku sebagai teman dekatku. Ketika nanti dunia meninggalkanku baru aku tahu siapa teman dekatku. Sebab teman terbaik adalah orang yang mendekat padaku saat dunia meninggalkanku.”
Banyak kisah sahabat sejati yang kita dengar dari generasi terbaik, para sahabat Rasulullah SAW, para salafus shaleh, para tabi’in dan tabi’ut serta ulama-ulama terdahulu yang terkenal dengan keluhuran ahlak dan budi pekertinya. Sungguh bukan hal yang mudah saat ini, di era kehidupan keduniawian yang serba materialistis.
Menemukan sahabat sejati, merupakan hal yang langka terjadi. Apalagi bila diawali dengan sebuah kekeliruan, atau kesalahan karena ketidaktahuan diri kita, yang mengakibatkan kerugian bagi sahabat kita. Hampir bisa dipastikan mereka akan menjauh, syukur-syukur dengan cara yang baik-baik, besar kemungkinan menjauh setelah puas mencaci maki dan mencela kita bahkan bukan tidak mungkin mencederai kita terlebih dahulu, naudzu billaahi mindzaliik.
Penulis sungguh tergugah dan merasa sangat takjub dan kagum sekaligus terharu, ketika membaca kisah keajaiban seorang sahabat sejati di era kekinian. Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena masih diberi-Nya kesempatan untuk mengenal, walaupun hanya dalam tulisan-tulisan yang menceritakan kisah ini.
Bahwa masih ada secuplik kisah nyata kekinian, tentang keagungan sebuah persahabatan sejati yang dilakoni oleh sepasang sahabat. Ya, siapa lagi kalau bukan Dewa Eka Prayoga dan sahabat sejatinya Mirza G. Indralaksana.
Barangkali sudah banyak yang mengenal sosok Dewa Eka Prayoga, seorang anak muda penuh dengan semangat dan gairah untuk menggapai masa depan yang gemilang. Energi yang masih sangat besar membawanya pada prestasi awal yang sungguh mengagumkan.
Di usianya yang masih sangat belia, awal 20-an, sudah mampu menghimpun dana hingga miliaran rupiah, untuk digulirkan dalam sebuah rencana bisnis yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang memuaskan. Tapi jalan kehidupan memang hanya milik Allah SWT semata.
Sebaik apapun rencana manusia, tetapi Allah SWT selalu memiliki skenario lain yang kadang sulit dimengerti oleh akal manusia. Hal itupun terjadi pada Kang Dewa, panggilan akrab Dewa Eka Prayoga.
Pengusaha muda yang baru saja menikah di saat memasuki usia 21 tahun saat itu, sangat belia untuk menghadapi kenyataan pengkhianatan rekan bisnisnya. Uang senilai nyaris 8 miliar yang berhasil dihimpun dari ratusan investor, hasil kerja kerasnya selama 8 bulan, untuk pengadaan barang pada sebuah kantor, dibawa kabur rekan bisnisnya yang mengajak Kang Dewa berbisnis pengadaan barang tersebut.
Masih lekat dalam ingatan Kang Dewa bagaimana para investor mengejar-ngejarnya, meminta pertanggungjawaban agar uang mereka bisa kembali. Ancaman dan teror menjadi santapan tiap hari, hingga keluarga besarnya di Sukabumi pun tak luput dari ancaman.
Namanya menjadi tercemar, menjadi perguncingan para tetangga dan sahabat-sahabatnya, bahkan hingga mengganggu dan meresahkan keluarga besarnya. Putus asa, sudah pasti menghantui pemikiran dan perasaan Kang Dewa saat itu.
Dari waktu ke waktu, hari ke hari, bulan demi bulan, menjadi semakin kacau saja. Cacian hingga makian tambah memperburuk situasi, sahabat-sahabatnya satu persatu mulai menjauh dengan pasti.
Segala yang dimiliki menjadi sirna begitu saja, bahkan tabungan masa depan keluarga kecil baru merekapun, terpaksa ikut tiada untuk mengganti kerugian para investor yang merasa dirugikan dan ditipu. Dunia pemuda yang baru saja menjadi suami itu dalam sekejap mata berubah.
Kuliahnya yang sudah mendekati akhir pun terpaksa dihentikan karena ketiadaan biaya. Aset-aset tersisa yang masih dimilikinya terpaksa dijual, hidupnya secara tiba-tiba seperti dibawa oleh badai yang mengamuk, waktu berlalu semakin gelap saja.
Satu tahun kemudian lahirlah anak pertama mereka, dalam kondisi keuangan dan hidup yang serba tidak karuan. Itulah titik terendah dalam kehidupan usaha Dewa Eka Prayoga. Sungguh sangat menyedihkan melihat anak pertama mereka yang baru lahir hanya bisa ditidurkan diatas kasur tipis di lantai yang dingin, “Itu anaknya apa gak kasihan hanya tidur diatas kasur tipis di lantai, dingin atuuh!” demikian celetukan tetangga mereka ketika melihat kejadian itu. “Habis gimana lagi, memang kami gak punya uang lagi … buat beli kasur saja kami tidak mampu,” jawab Dewa.
Mendengar dan menyaksikan itu, sang istri, Wiwin Supiyah pun menangis. Hujan air mata pun turun tanpa bisa dibendung lagi merasakan bagaimana pedihnya menyertai dan menemani suaminya dalam kondisi seperti itu. Tetapi walaupun demikian tak sedikitpun Wiwin beranjak dari sisi Dewa.
Janji suci pernikahan yang telah diucapkan selalu diingatnya untuk senantiasa mendampingi Dewa, sehidup semati dalam keadaan senang maupun sedih. Salah satu “investor” yang juga mempercayakan dananya kepada Dewa adalah Mirza G Indralaksana.
Dia termasuk salah satu orang yang kemudian harus menelan pil pahit. Dia harus menerima bahwa dananya juga ikutan raib akibat kecerobohan Dewa. Secara logika, harusnya Mirza marah, sedih atau minimal menjauh, tetapi saat itu yang terjadi justru berbeda.
Dia malah memutuskan untuk membantu sahabat sejatinya itu, dan mengatakan bahwa faktanya apa yang dialami Kang Dewa memang sebuah musibah. Uang yang sudah dikumpulkan dibawa lari oleh sahabatnya sendiri yang telah menipu Kang Dewa.
Bagi Mirza G Laksana pilihannya jatuh pada mengikhlaskan musibah itu dan memutuskan untuk membantu Dewa, “Ya mau gimana lagi, faktanya memang dibawa lari kok, kalo Saya gak bantuin, malah makin berantakan, ya sudah Saya milih bantuin, dan uang yang Saya sudah masukin, ya Saya ikhlashkanlah, namanya juga musibah, Saya yang penting bantu Mas Dewa. Dan Mas Dewa tetap bergerak. Itu yang paling penting.”
Bukan sekedar membantu, tetapi kemudian Mas Mirza mendukung penuh usaha sahabat sejatinya, Dewa Eka Prayoga, dan menganggap perjuangan baru dimulai dari awal lagi. Kedua sahabat sejati ini kemudian berjalan setia beriringan hingga saat ini. Dimulailah perjalanan mereka berdua. Duet Mas Dewa dan Mas Mirza ini dimulai dari jualan ceker ayam, jualan kambing lalu kambingnya penyakitan, jualan makanan kecil, hingga perlahan berjualan buku dengan menggunakan reseller. Perjalanan yang jika kemudian dikisahkan hanya akan membuat kita terenyuh kasihan.
Bagaimana kelanjutan kisah perjuangan dua sahabat sejati ini ? Peristiwa-peristiwa penting apakah yang mendasar dan memecut semangat serta keberanian Kang Dewa untuk bertahan dan keluar dari keterpurukan itu ?
Sungguh beruntung saat ini kita bisa mengikuti kisah kehidupan Kang Dewa Eka Prayoga yang penuh dengan berbagai hikmah, pelajaran, dan motivasi semangat untuk terus berjuang untuk kehidupan dan keluarga. Semangat untuk senantiasa bersujud dan berharap hanya kepada Yang Maha Kuasa, sang Maha Besar, penguasa kehidupan.
Tak ada tempat memohon dan meminta selain hanya kepada-Nya. Dewa Eka Prayoga bukanlah orang-orang dari generasi terbaik umat Islam, akan tetapi dia adalah sesosok hamba Allah yang telah diberikan kesempatan besar untuk menjani berbagai episode kehidupan, yang tidak semua orang bisa mendapatkannya dan hingga saat ini telah berhasil melalui berbagai episode yang tidak lain adalah ujian dari-Nya dengan baik.
Sungguh sangat layak untuk diambil hikmah dari kehidupannya bagi siapapun yang ingin menjadi manusia yang lebih baik.
Jangan lewatkan juga kisah inspiratif : Selalu Di Titik Nol
Asma Nadia yang merupakan salah satu pengarang novel terbaik negeri ini berkesempatan untuk menuliskan kisah kehidupan Dewa Eka Prayoga dalam sebuah novel. Novel terpanjang yang pernah ditulisnya sepanjang karir penulisan Asma Nadia. Tak heran melihat begitu hebatnya drama kehidupan yang dijalani tokoh utamanya tersebut.
Novel yang diberi judul “BIDADARI UNTUK DEWA” saat ini sedang dalam masa pre-launching hingga tanggal 10 oktober 2017.
Bagi sahabat yang ingin mengetahui lebih jauh kisah perjuangan Dewa Eka Prayoga dapat membeli novel ini di toko buku Gramedia nanti atau bisa memesan saat ini hingga 10 Oktober 2017 dengan harga khusus dan benefit lain yang hanya diperoleh pada masa pre order ini saja.
Silahkan cek ketentuan pembelian Pre-Order Novel Bidadari Untuk Dewa pada link berikut ini : Novel Bidadari Untuk Dewa.
Atau dapat langsung mendapatkan infonya dari grup Whatsapp berikut ini –> .
Semoga saja kisah persahabatan dua pemuda super istimewa ini, dapat menunjukkan pada kita semua akan arti kata sahabat sejati, yang mungkin saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat langka. Semoga pula dengan semakin banyak orang membaca novel Bidadari Untuk Dewa, akan semakin banyak lahir para sahabat-sahabat sejati di sekitar kita sekaligus para pejuang keluarga yang memiliki semangat, keteguhan, kepercayaan diri dan kepercayaan serta kedekatan dengan sang Maha Kuasa. Aamiin.
Semoga Bermanfaat.