Berbagi Kisah : Belajar Sholat Untuk Anak Sejak Dini

belajar sholat untuk anak
sumber : pixabay.com

BELAJAR SHOLAT UNTUK ANAK SEJAK DINI. Sahabat Quran pembaca setia Pondok Islami, kali ini penulis ingin kembali berbagi kisah tentang pengalaman sebuah keluarga dalam mendidik anak-anak mereka untuk mulai mengenal Allah, melalui ibadah shalat. Pendidikan agama sejak dini kepada anak-anak merupakan sebuah langkah cerdas yang merupakan ajaran Rasulullah SAW dalam mendidik keluarganya agar kelak mereka dapat menjadi anak-anak sholeh yang merupakan dambaan para orangtua. Kisah kali ini juga masih penulis tulis ulang dari buku parenting tentang kisah-kisah nyata para orangtua dalam mendidik anak-anak mereka untuk beribadah sejak dini yang berjudul “Terbukti Mendidik Anak Ala Rasulullah Untuk Rajin Beribadah Itu Mudah (True Story Orang Tua Berbagi Kisah)“, karangan Aminah Mustari dkk, penerbit Qultum Media, dengan judul “Subuh Bersama Azar dan Ofal“.

Selamat membaca dan semoga mampu menjadi inspirasi bagi penulis pribadi khususnya, dan para pembaca sekalian terutama yang sudah berkeluarga, agar senantiasa selalu bersemangat dan sabar dalam mengajarkan shalat kepada anak-anaknya sejak dini. Aamiin.

 

************************************

“Ya Allah sayangi Azar, adek Ofal, bunda, abi, dan tante seperti mereka menyayangiku sewaktu aku kecil. Jaga mereka dari orang-orang jahat, ya Allah…”

Azan subuh lantang terdengar melalui pengeras suara dari arah mushola sederhana di kampung kakak peremepuan ku kala itu. Kupaksakan kedua mataku yang enggan terbuka untuk melihat sekelliling dan beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu. Namun, langkahku sempat tehenti oleh langkah-langkah kecil kedua keponakanku yang menabrak tubuhku karena mereka masih mengantuk akibat semalam terlarut dalam obrolan santai penuh permainan denganku dan tidur lebih dari jam 8 malam.

“Maafin Azar, Tante….” ucap salah satu keponakanku lirih.

“Tak apa. Ayo, Tante bantu untuk wudhu,”ucapku bersemangat.

Kuajari mereka berwudhu dengan ilmu yang kudapat kala di sekolah dulu dan yang beberapa waktu lalu kembali diajarkan saat acara mentoring rutin organisasai dakwah di kampusku. Mungkin karena memang mereka masih kecil, (Azar baru menginjak usia 5 tahun dan Ofal adiknya masih berusia 3 tahun), sehingga air yang harusnya untuk berwudhu, mereka manfaatkan untuk bermain ciprat-cipratan. Akhirnya, air itu membasahi sebagian pakaian yang mereka kenakan.

“Azar…., Ofal….., airnya dihemat, ya! Ingat, Rasulullah pernah bersabda bahwa janganlah kau bersikap boros karena boros itu adalah perbuatan setan. Kalian pernah lihat sendiri kan salah satu iklan air di TV. Mereka kekurangan air bersih dan mereka sangat senang karena air sekarang sodekat……,” ucapku menasihati diselingi logat daerah menirukan jingle iklan air mineral sehingga membuat mereka tergelak.

“Iya, Tante… Maaf…,” ucap Azar diiringi anggukan Ofal sembari cekikikan.

“Tak apa, Sayang… Coba kita baca istighfar bersama. Astaghfirullaahal ‘azhiim…,” seruku membimbing mereka.

“Astaghfirullaaahal ‘azhiim…,”ucap mereka bersamaan.

Di ruang kecil yang disulap sebagai mushalla dalam rumah, telah menunggu kakak perempuanku yang tak lain adalah ibunda Azar dan Ofal beserta suaminya untuk shalat subuh berjamaah. Suasana damai begitu terasa di tiap gerakan shalat, lantunan ayat suci Al-Quran begitu merdu terdengar di telinga dan mengokohkan iman di hati yang selalu mengalami pasang surut. Kebersamaan dalam menunaikan ibadah shalat terasa sangat nikmat untk diakhiri. Seusai shalat, kami berdoa bersama dan begitu trenyuhnya hatiku kala mendengar doa dari kedua jagoan kecil kakakku itu.

“Ya Allah, sayangi Azar, adek Ofal, bunda, Abi, dan tante seperti mereka menyayangiku sewaktu aku kecil. Jaga mereka dari orang-orang jahat ya Allah…”

Buliran air mata runtuh mengalir lembut dari kedua bilah mata penuh kasih sayang dari kakak perempuanku. Lalu, kuberbisik lirih ke arah kakakku setelah memergoki kakakku menangis terharu mendengar doa anak-anaknya.

“Mbak, Azar dan Ofal sering ya diajarkan shalat berjamaah dan mendoakan kedua orangtua?”tanyaku lirih.

“Iya, Jeng, sejak mereka kecil. Mas Deni (Ayah Azar dan Ofal, red) selalu mengajarkan mereka untuk mendoakan kedua orangtua, mengajak mengaji bersama, dan mengajarkan shalawat kepada mereka. Subhanallah, kautahu ibadah yang pertama kali Azar lakukan saat seusia Ofal sekarang?” tanya mbak Rita diiringi gelengan mantap dariku. “Ia telah bisa bershalawat walau hanya sedikit. Ia lantunkan nama Nabi Muhammad berulang kali, dan ia telah bisa menghafalkan huruf alif hingga sin secara urut,” lanjut kakakku sembari tersenyum bangga.

Allahumma shalli shalatan… kamilatan wasallim salaman…. tamman ‘ala sayyidina… muhammadin illahi… tanhalul bihil ‘uqadu… watan fariju bihilil quradu…watuqadla bihil khawa iju watunalu bihin ragha ibu…wahusnul khawatimi… wayustasqal ghamam… biwajihil karimi waala alihi…washobbihi fikurli lamhati wanafasin…

Lantunan lagu itu sungguh merdu terdengar di telingaku walaupun Azar maupun Ofal terbata-bata menyanyikannya sembari terkekeh. Kuabadikan moment berharga tersebut dalam sebuah mini video melalui handphone-ku. Decak kagum berkali-kali terlukis sempurna di wajahku atas keberhasilan kakakku dan suaminya dalam mendidik anak-anak mereka. Hal yang sungguh luar biasa dan merupakan berkah tersendiri saat melihat tumbuh kembang anak dan mengabadikan pembelajaran ibadah pertama pada anak dengan nuansa Islam.

Aku turut senang melihat kedua keponakanku itu lebih menggemari shalawat nabi dan belajar mengaji di tengah banyaknya anak kecil yang menggandrungi lagu dewasa pada masa sekarang ini. Miris rasanya mendapati tak banyak anak seperti Azar dan Ofal pada zaman yang kian menggila ini, dan tak banyak juga orangtua yang dengan tekun dan sabar menuntun anaknya untuk mengaji. Pada masa sekarang ini banyak orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan lebih memilih menitipkan anak-anak mereka pada kakek-nenek, pengasuh atau sekolah.; Yang jauh lebih miris lagi, ada beberapa orang tua yang hanya memikirkan kebutuhan jasmani si anak dengan memenuhi kebutuhan akan pendidikan formal tanpa didukung bimbingan spiritual untuk bekal menjalani kehidupan esok.

“Tante pulang dulu ya. Jadi anak-anak yang sholeh, ya. Patuh pada Bunda dan Abi, Oke !”ucapku bersemangat kepada Azar dan Ofal.

“Insya Allah, Tante…,” seru mereka malu-malu. Subhanallah, anak seusia mereka telah mampu mengucapkan hal tersebut.

“Assalaamu’alaikum semuanya…,” seruku lalu bergebas menyalakan motorku untuk pulang.

“Wa’alaikumsalam, Tante. Hati-hati. Kata bunda, kalau bepergian jangan lupa bilang bismillah…,” teriak Azar lantang.

Bismillah… ucapku dalam hati lantas tersenyum bangga.

Adjenk Reztoe

****************************************

Belajar sholat untuk anak-anak kita sejak dini merupakan tuntunan Rasulullah SAW. Merupakan kewajiban para orang tua untuk membimbing mereka secara langsung. Tentu saja dengan senantiasa diiringi dengan doa yang tidak pernah putus dari kedua orang tua. Jangan pernah bosan untuk senantiasa menengadahkan tangan serta memanjatkan doa tanpa henti kepada-Nya. Apalagi di waktu-waktu mustajab,  seperti saat sepertiga malam terakhir, ketika sujud dalam shalat dan lain-lain. Jadikanlah diri kita sebagai orang tua yang sholeh, dengan memperbanyak memohon kepada-Nya agar anak-anak kita kelak menjadi anak-anak yang sholeh dan senantiasa berada di jalan yang lurus. Karena sesungguhnya mendoakan kebaikan untuk anak-anak kita merupakan salah satu ciri hamba Allah yang sholeh sebagaimana firman Allah berfirman yang artinya :

Dan (hamba-hamba Ar Rahman adalah) mereka yang mengatakan:” Ya Tuhan kami! Anugerahkan kepada kami, istri-istri dan keturunan kami yang akan menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin untuk orang-orang yang bertakwa (Al-Furqaan 25:74).

Wallahu’alam Bishawab.

Semoga Bermanfaat.

 

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

1000 konten video Ramadhan Siap Pakai
This is default text for notification bar