SIFAT PANTANG MENYERAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Sahabat pembaca yang dimuliakan Allah, akhir-akhir ini kita sering dihadapkan pada keluhan dari berbagai golongan masyarakat, terkait dengan kondisi ekonomi. Pandemi dan berbagai perubahan yang terjadi di dunia, juga menjadi salah satu penyebab dinamika perubahan sosial dan ekonomi, termasuk di Indonesia.
Ditengah kesulitan dan himpitan ekonomi yang sedang dihadapi, tidak jarang kita dengar seruan-seruan bijak yang mengajak untuk tetap semangat, pantang menyerah, jangan kalah sama keadaan, dan berbagai seruan-seruan penyemangat lainnya. Intinya ajakan itu adalah untuk membangun sifat pantang menyerah dan tidak mudah berputus-asa.
Karena sikap putus asa seringkali mengakibatkan dampak yang justru negatif / destruktif. Banyak kejadian yang juga bisa kita baca dan dapatkan infonya dari berbagai media, tentang bagaimana seseorang yang sedang ditimpa masalah yang berat baginya, kemudian berakhir dengan tragis dengan bunuh diri.
Oleh karenanya jauh lebih baik memiliki sifat pantang menyerah, agar terhindar dari sikap keputus-asa-an. Lantas bagaimana Islam memandang sifat pantang menyerah atau tidak mudah berputus asa ini ?
Allah SWT dalam Al Quran surat Yusuf ayat 87 telah menyampaikan :
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf : 87)
Begitupula seperti tercantum dalam surat Al-Ra’d ayat 31 :
وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الْأَرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَىٰ ۗ بَلْ لِلَّهِ الْأَمْرُ جَمِيعًا ۗ أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا
“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya.” (QS. Al-Ra’d : 31)
Dikutip dari laman islami.co, Ahmad Abduh ‘Iwad dalam bukunya Laa Tayasu min Ruhillah dengan mengutip pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani, menuturkan bahwa putus asa merupakan salah satu kategori dosa besar, sebagaimana ayat di atas yang menyebutkan perumpaan orang yang berputus dengan kaum yang kafir.
Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa orang mukmin yang sesungguhnya, akan selalu memiliki sifat pantang menyerah alias pantang berputus asa. Pada setiap masalah yang dihadapinya, orang mukmin yang sesungguhnya, akan selalu optimis ada jalan keluar yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap hamba-Nya yang beriman.
Hal ini lah yang menjadi pembeda antara orang mukmin dan orang kafir, yang mudah menyerah dan putus asa saat ditimpa masalah.
Sifat Pantang Menyerah Dan Hikmahnya
Banyak sekali contoh kisah dan cerita tentang manusia yang memiliki sifat pantang menyerah, tidak mudah putus asa, yang bisa kita ambil ibrah/pelajarannya. Diantaranya terjadi pada manusia-manusia pilihan, yaitu para Nabi dan Rasul.
Begitu pula terjadi pada manusia biasa seperti kita yang telah mengalami tempaan yang kuat hingga mampu memiliki sifat pantang menyerah. Di bawah ini Kami cuplik beberapa kisah yang diambil dari channel telegram Ustadz Arafat, penulis buku Best Seller Hijrah Rezeki, Titik Balik, Setiap Hari Ada Rezeki Baru Untukmu dan Buku Yang Sampulnya Sobek.
Keteladanan Nabi Muhammad sAW
Rasulullah SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul terbaik. Sejarah hidup Rasulullah SAW adalah sejarah paling hebat diantara para Nabi yang lain. Pelajaran yang bisa kita petik dari riwayat Rasulullah merupakan pelajaran paling lengkap dan sempurna.
Apakah jika kesuksesan Rasul merupakan kisah terbaik lantas Beliau tidak pernah mengalami kegagalan? Bagaimana kalau kita mengingat kembali apa yang dialami oleh Nabi selama perjuangan dakwahnya.
Ingatlah ketika orang-orang Quraisy berkumpul dalam sebuah suasana, lalu Nabi bersabda,
“Jika aku katakan kepada kalian semua, bahwa ada musuh yang akan menyerang kalian di waktu pagi dan petang, apakah kalian mempercayaiku?”
“Kami percaya engkau pasti jujur!”
“Kalau begitu aku juga sampaikan kepada kalian bahwa aku seorang Nabi yang memberi peringatan akan azab akhirat yang pedih.”
“Celakalah engkau Muhammad! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami semua di sini?”
Saat itu Rasulullah tidak berhasil menyadarkan kaum Quraisy. Begitu pula saat Nabi datang ke perkampungan Thaif untuk menyampaikan dakwahnya, Beliau juga mengalami kegagalan. Bahkan penduduk Thaif mengusir Beliau, dan melempari dengan batu sehingga terluka seluruh tubuhnya yang mulia.
Beralih kepada perang-perang yang terjadi semasa kenabian, tidak semua peperangan dimenangkan oleh kaum muslimin. Sebut saja Perang Uhud, dimana Rasulullah dan pasukan mengalami kekalahan sehingga 70 sahabat gugur sebagai syahid sekaligus. Bandingkan dengan syuhada Perang Badar yang berjumlah 14 sahabat.
Tidak hanya Uhud, Perang Hunain pun menjadi saksi bagaimana kaum muslimin sempat dibuat porak poranda, sehingga diabadikan dalam Al-Quran surat At-Taubah 25,
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
“dan (ingatlah) momen Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang langgang.” (QS. At-Taubah : 25)
Jadi apa yang bisa kita simpulkan? Ternyata Rasulullah juga pernah tidak berhasil, pernah merasakan kegagalan, dan pernah pula menelan pahitnya kekalahan.
Rasululullah SAW adalah manusia terbaik di sisi Allah. Teramat mudah bagi Rasulullah meminta kemudahan dan kemenangan kepada Allah. Hanya Rasul tidak melakukannya, semata untuk menjadi pelajaran bagi kita bahwa hidup adakalanya tidak berhasil, gagal, dan kalah.
Akan tetapi Rasulullah mencontohkan bagaimana seharusnya bersikap di saat seperti itu, yaitu sifat pantang menyerah, terus berikhtiar dengan cara istiqomah disertai doa tanpa putus berharap hanya kepada-Nya. Belajar dari kesalahan yang dilakukan, memperbaiki diri dan terus berikhtiar untuk mengejar tujuan yang ingin dicapai.
Dari kisah tersebut kita bisa belajar banyak tentang arti sebuah perjuangan, kegigihan, kesabaran, semangat untuk bangkit kembali setelah terpuruk, dan sifat pantang menyerah. Rasulullah adalah Uswatun Hasanah, contoh terbaik bagi umat manusia.
Adakah pelajaran yang lebih baik dari kisah Rasulullah?
Memiliki sifat pantang menyerah, dan terus berikhtiar dengan doa yang tak pernah putus berharap pertolongan dan petunjuk-Nya, merupakah sifat yang dicontohkan Rasulullah. Meneladaninya, mengikutinya adalah sunnah bagi kita umatnya.
Kisah Perjalanan Nabi Musa a.s
Kisah Nabi Musa dalam mencari Nabi Khidir, untuk memperoleh ilmu Allah SWT, bisa menjadi sebuah kisah yang penuh dengan pembelajaran bagi kita. Salah satunya adalah tentang bagaimana seharusnya setiap manusia itu memiliki sifat pantang menyerah.
Beliau rela meninggalkan kaumnya, sabar menghadapi ujian selama perjalanannya, dan gigih dalam tekadnya. Kegigihan ini sampai Allah SWT abadikan dalam surat Al-Kahfi ayat 60,
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِي حُقُبًا
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi : 60)
Apa yang dikatakan Nabi Musa? Laa abrohu ! Aku tidak akan berhenti. Apa yang menguatkannya hingga Nabi Musa akhirnya berhasil? Laa abrohu! Aku tidak akan berhenti.
Apa yang membedakan orang-orang sukses dengan orang-orang gagal? Laa abrohu! Aku tidak akan berhenti.
Jadi bagi siapapun yang saat ini sedang menghadapi berbagai macam cobaan, tantangan, kesulitan dan kegagalan, laa abrohu ! Katakan dengan lantang pada diri kita, aku tidak akan berhenti !
Aku akan tetap mencoba lagi, berikhtiar lagi, diiringi dengan doa tanpa putus, memohon pertolongan-Nya, dan lakukan dengan penuh kesungguhan. Sebagaimana contoh sifat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Nabi Musa a.s dan Rasulullah SAW pada kisah di atas.
Barakallahu fiikum.